Medio 2012 silam, saya dibuat penasaran oleh sebuah buku dengan warna yang atraktif, warna Valentino Rossi-begitu saya menyebutnya. Kalau di sepatu Nike yang pernah saya punya warnanya disebut “Volt”. Saat itu, masih jarang buku self-help dengan warna yang mencolok, sepengalaman saya. Kalaupun ada yang berwarna kuning yaitu 23 Episentrum dari Adenita dan bukunya Billy Boen, Young on Top.
Courtesy: www.goodreads.com |
Buku ini sempat menjadi satu contoh tentang bagaimana sebuah ide dituangkan menjadi buku dalam workshop berjudul “Creative Writing” yang diselenggarakan oleh PlotPoint pada tahun 2012 itu juga. Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti workshop tersebut sebagai hadiah dari kuis yang saya menangkan di linimasa Twitter. Dulu, dulu sekali sebelum Twitter jadi X!
Kembali ke Been There Done That Got The T-Shirt (BTDTGTTS), saya pikir tadinya buku ini adalah buku self-help biasa dengan tampilan isi yang atraktif dan memudahkan pembacanya untuk mengubah sesuatu dalam hidup mereka. Tadinya! Waktu saya hanya mampir sebentar membuka sedikit halamannya di toko buku dan tidak pernah memasukkan buku ini dalam keranjang belanja.
Saya teringat akan waktu silam itu, maka saya memutuskan untuk membaca dan memiliki BTDTGTTS. Saya menurunkan ego saya kali ini untuk membeli buku bekasnya. Agak sulit memang untuk mendapatkan buku ini dalam kondisi baru. Entah saya saja yang malas untuk browsing di marketplace, I don’t care. I need this book, now!
Apa yang saya dapat setelah berhasil menamatkan BTDTGTTS? Well, I have to say that I’m a little bit sorry for myself. It’s a little bit late for me to know that I have to live your life secara meriah! Saya selalu terpaku pada idiom “Been There, Done That!”. Saya terpana ketika melihat kembali dan berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya dimana saya merasa cukup dengan semua itu. Saya pernah siaran radio (walau hanya acara talkshow berdurasi 2 jam), saya pernah merangkap jadi sutradara film-aktor-editor untuk tugas mata pelajaran Sejarah, saya pernah jadi crew untuk event Konser Siti Nurhaliza, saya pernah ini, saya pernah itu, and so on. Padahal, kalau saja saya tidak berhenti dan terpana, mungkin saya sudah menjalani hidup saya to the fullest.
BTDTGTTS bukanlah sebuah textbook tentang bagaimana hidup berjalan seperti ini dan seperti itu. Ia juga bukan sebuah guide untuk menjalani hari-hari ke depan dengan penuh motivasi dan semangat membara. BTDTGTTS adalah sebuah activity book yang tidak terlalu tebal namun butuh usaha untuk memahaminya. BTDTGTTS menuntut pembacanya untuk berpikir kembali seraya mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada didalamnya. Saya sendiri kewalahan untuk menemukan the truest answer untuk semua pertanyaan itu. So, wajar saja mengapa Mbak Gina S. Noer menyarankan buku ini sebagai satu buku yang ‘wajib’ dibaca pada workshop menulis yang sudah saya sebutkan tadi.
BTDTGTTS adalah buku yang ringan namun tidak menghibur. Ia mempertanyakan kembali tentang bagaimana pembaca akan menjalani hidup di masa depan. BTDTGTTS bisa dibaca dari bab manapun. Bila dibaca dari awal, tentu akan lebih baik karena lebih runut. Kalaupun dibaca dari tengah, tidak masalah. BTDTGTTS bukan sebuah kitab yang menuntut selesainya pembacaan bab demi bab. Dibaca dari halaman belakang, juga tidak apa. Bukankah sebuah akhir akan mebawa pada awal yang baru?
Saya tidak pernah bosan untuk membuka kembali buku ini walaupun sudah menamatkannya. Rasanya selalu tepat untuk membuka halaman mana saja. Terlalu banyak kejutan dalam buku ini. Saran saya, tandai bab favoritmu dengan pembatas buku. Penomoran halamannya unik seperti buku BIA dari Yoris Sebastian. Mudah-mudahan tidak terlalu terlambat untuk mengatakan bahwa buku ini keren!
Judul : Been There Done That Got The T-Shirt (B.T.D.T.G.T.T.S)
Penulis : Risyiana Muthia, visual oleh Emeralda
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Tebal : 124 hal.
Genre : Motivasi, Self-help
Cipayung, 20 September 2024.