"Mendidik satu desa penduduk tempat daerah wisata
tentunya jauh lebih mudah dibandingkan mendidik 1.000 turis tengil sok tahu
asal berbagai kota besar di Indonesia."
("Tuh Lumba-lumba", hal.
79)
Courtesy: www.goodreads.com |
Istilah "stalking" menjadi populer belakangan
ini ketika media sosial semakin populer dan aksesibel pada semua lapisan
masyarakat. Lengkap satu paket dengan pelakunya yang biasa disebut sebagai
"stalker". Stalking bukan hanya berarti sekedar aktivitas
melihat-lihat saja. Tetapi juga, mengetahui lebih banyak mengenai satu objek
tertentu. Stalking Indonesia tentunya tidak lepas dari latar tersebut.
Stalking Indonesia bukanlah local guide semacam Lonely
Planet dan buku-buku lain yang sejenisnya. Stalking Indonesia bukan juga buku
panduan tentang bagaimana caranya berwisata di berbagai daerah tujuan wisata di
Tanah Air. Stalking Indonesia bukan juga catatan perjalanan biasa. Ia adalah
buku traveling eksepsional. Ia lahir dari keraguan penulisnya karena
tulisan-tulisannya tidak seperti yang biasa dijumpai di travel blog. Ia justru
mampu mengungkap lebih jauh secara mendalam tentang suatu objek wisata.
Ia ditulis oleh seorang penggila jalan-jalan dengan rasa
ingin tahu yang sangat besar dimana secara obsesif penulisnya selalu ingin
ngulik, mengintip, dan melacak semua seluk beluk setiap objek atau tujuan
wisata yang dikunjunginya. Akibatnya, informasi yang sampai pada pembaca
tergali habis, mulai dari hal-hal yang sepele hingga yang lebay-lebay.
Agaknya, bila kita mau menarik benang merah dari semua
catatan Margie dalam buku ini, kita dapat menemukan problem yang sama;
repetitive problem di hampir semua objek wisata Tanah Air. Kita tentu
menyayangkan mengapa biaya untuk menginap di Raja Ampat begitu mahal. Tetapi,
kita juga mafhum bila ternyata harga yang dipatok terlalu mahal itu ternyata
demi kelestarian alam sekitar Raja Ampat juga, misalnya.
Margie yang bangga dengan kebiasaan stalkingnya ini
setidaknya membuat kita para pembaca menjadi 'lebih tahu dari tahu'. Bukan
hanya sekedar tahu cara ikut melihat pemandangan luar biasa di Bumi Ibu Pertiwi
ini, tapi juga melihat sisi-sisi lain dibaliknya, tentang isu dan konflik yang
terkadang ikut menyusunnnya. Sebagai bonus, Margie juga memberi kita pilihan.
Mau pilih perjalanan pangkal kaya atau perjalanan penuh gengsi. It's up to you.
Happy traveling and happy stalking!
Judul :
Stalking Indonesia
Penulis :
Margareta Astaman
Penerbit :
Penerbit Buku Kompas
Tahun :
2014
Tebal :
198 hal.
Genre :
Sosial-Budaya
Cipayung, 26 Desember 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar