Image by Goodreads |
Seingat saya, keinginan untuk membaca buku ini muncul setelah pembacaan trilogi Sepakbola dari Sindhunata: Air Mata Bola, Bola-Bola Nasib, dan Bola di Balik Bulan. Ketertarikan dan rasa penasaran atas tulisan Emha utamanya untuk persepakbolaan menggugah keinginan untuk segera mendapatkan buku ini. Sesuatu hal yang sulit karena buku ini belum mengalami naik cetak.
Alhamdulillah. Saya mendapatkan buku ini dari di sebuah marketplace dengan harga yang lumayan. Namun, tidak mahal untuk sebuah karya klasik nan monumental ini.
Malam tadi, pembacaan sudah masuk halaman 32. Ada banyak kesan menyenangkan di balik sebuah entitas olahraga bernama sepakbola. Sebuah nuansa pemanusiaan atas segenap jalan nasib dan takdir. Bahwa manusia tidak punya kuasa apapun atas jalan takdirnya. Sebagaimana Maradona yang harus merasakan jadi manusia biasa kembali di Piala Dunia 1990 dan Timnas Denmark yang mengejutkan dunia ketika merajai Piala Eropa 1992. Sensasi yang agak berbeda namun tetap menyenangkan dengan ketika membaca Trilogi dari Romo Sindhu.
(bersambung)...
Cengkareng, 13 Agustus 2020