Senin, 23 September 2024

Been There, Done That!

Medio 2012 silam, saya dibuat penasaran oleh sebuah buku dengan warna yang atraktif, warna Valentino Rossi-begitu saya menyebutnya. Kalau di sepatu Nike yang pernah saya punya warnanya disebut “Volt”. Saat itu, masih jarang buku self-help dengan warna yang mencolok, sepengalaman saya. Kalaupun ada yang berwarna kuning yaitu 23 Episentrum dari Adenita dan bukunya Billy Boen, Young on Top.

Courtesy: www.goodreads.com

Buku ini sempat menjadi satu contoh tentang bagaimana sebuah ide dituangkan menjadi buku dalam workshop berjudul “Creative Writing” yang diselenggarakan oleh PlotPoint pada tahun 2012 itu juga. Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti workshop tersebut sebagai hadiah dari kuis yang saya menangkan di linimasa Twitter. Dulu, dulu sekali sebelum Twitter jadi X!

Kembali ke Been There Done That Got The T-Shirt (BTDTGTTS), saya pikir tadinya buku ini adalah buku self-help biasa dengan tampilan isi yang atraktif dan memudahkan pembacanya untuk mengubah sesuatu dalam hidup mereka. Tadinya! Waktu saya hanya mampir sebentar membuka sedikit halamannya di toko buku dan tidak pernah memasukkan buku ini dalam keranjang belanja.

Saya teringat akan waktu silam itu, maka saya memutuskan untuk membaca dan memiliki BTDTGTTS. Saya menurunkan ego saya kali ini untuk membeli buku bekasnya. Agak sulit memang untuk mendapatkan buku ini dalam kondisi baru. Entah saya saja yang malas untuk browsing di marketplace, I don’t care. I need this book, now!

Apa yang saya dapat setelah berhasil menamatkan BTDTGTTS? Well, I have to say that I’m a little bit sorry for myself. It’s a little bit late for me to know that I have to live your life secara meriah! Saya selalu terpaku pada idiom “Been There, Done That!”. Saya terpana ketika melihat kembali dan berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya dimana saya merasa cukup dengan semua itu. Saya pernah siaran radio (walau hanya acara talkshow berdurasi 2 jam), saya pernah merangkap jadi sutradara film-aktor-editor untuk tugas mata pelajaran Sejarah, saya pernah jadi crew untuk event Konser Siti Nurhaliza, saya pernah ini, saya pernah itu, and so on. Padahal, kalau saja saya tidak berhenti dan terpana, mungkin saya sudah menjalani hidup saya to the fullest.

BTDTGTTS bukanlah sebuah textbook tentang bagaimana hidup berjalan seperti ini dan seperti itu. Ia juga bukan sebuah guide untuk menjalani hari-hari ke depan dengan penuh motivasi dan semangat membara. BTDTGTTS adalah sebuah activity book yang tidak terlalu tebal namun butuh usaha untuk memahaminya. BTDTGTTS menuntut pembacanya untuk berpikir kembali seraya mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada didalamnya. Saya sendiri kewalahan untuk menemukan the truest answer untuk semua pertanyaan itu. So, wajar saja mengapa Mbak Gina S. Noer menyarankan buku ini sebagai satu buku yang ‘wajib’ dibaca pada workshop menulis yang sudah saya sebutkan tadi.

BTDTGTTS adalah buku yang ringan namun tidak menghibur. Ia mempertanyakan kembali tentang bagaimana pembaca akan menjalani hidup di masa depan. BTDTGTTS bisa dibaca dari bab manapun. Bila dibaca dari awal, tentu akan lebih baik karena lebih runut. Kalaupun dibaca dari tengah, tidak masalah. BTDTGTTS bukan sebuah kitab yang menuntut selesainya pembacaan bab demi bab. Dibaca dari halaman belakang, juga tidak apa. Bukankah sebuah akhir akan mebawa pada awal yang baru?

Saya tidak pernah bosan untuk membuka kembali buku ini walaupun sudah menamatkannya. Rasanya selalu tepat untuk membuka halaman mana saja. Terlalu banyak kejutan dalam buku ini. Saran saya, tandai bab favoritmu dengan pembatas buku. Penomoran halamannya unik seperti buku BIA dari Yoris Sebastian. Mudah-mudahan tidak terlalu terlambat untuk mengatakan bahwa buku ini keren!

Judul       : Been There Done That Got The T-Shirt (B.T.D.T.G.T.T.S)
Penulis     : Risyiana Muthia, visual oleh Emeralda
Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama
Tahun       : 2012
Tebal       : 124 hal.
Genre       : Motivasi, Self-help

Cipayung, 20 September 2024.

Jumat, 20 September 2024

101 Creative Notes and The "3i"

Buku ini sudah lama masuk dalam wishlist saya. Apalagi pada saat Twitter sedang enak-enaknya dipakai di Blackberry device. Entah mengapa, buku ini terlupakan. Lama sekali. Hingga kemarin saya memutuskan untuk mulai membaca lagi. Pilihannya jatuh pada beberapa buku Yoris Sebastian yang sudah lama ingin saya tamatkan. Satu dari mereka ada lah 101 Creative Notes ini.

Courtesy: www.goodreads.com

Seperti kata Yoris, try to avoid your routine. Maka, saya memulai pembacaan buku ini dari notes nomor 55. Lanjut hingga notes paling akhir. Lalu memulai lagi pembacaan dari halaman pembuka hingga bertemu lagi dengan notes nomor 55. Circling. Ya, i am try to avoid reader's habit. Mencoba mengamalkan satu dari sekian jurus kreatif ala Yoris.

IMO, tidak terlalu banyak teks dalam buku ini. Pembacaan terasa ringan dan bisa tamat baca sekali duduk dalam perjalanan pesawat Jakarta-Surabaya. Mungkin, Itulah mengapa judulnya hanya sebatas "notes" saja. Small message but the impact is huge! Memang penataan dan tata letaknya menampilkan sisi kreatif dari sang penulis dan rekan-rekannya yang berkolaborasi. Baik itu berupa gambar, quotes, ataupun screenshot yang dibuat dengan sebuah tablet keluaran well-known and reputable company.

At least, pada pembacaan kali ini, saya mendapatkan insight tentang "3i". Intuisi-Impact-Innovation. Yoris menekankan bahwa intuisi adalah ciptaan Tuhan sedangkan hitungan adalah ciptaan manusia, jadi rasanya tidak terlalu salah untuk percaya pada intuisi. Impact, adalah suatu efek yang diakibatkan dari segala tindakan kreatif kita. Ini perlu dipikirkan dalam ekonomi kreatif. Small efforts with big impacts. Terakhir, innovation. Barangkali saya masih terngiang-ngiang dengan pembacaan buku Yoris lainnya tentang Black Innovation Award (BIA). We have to innovate to embrace the unknown. Semuanya, adalah hal-hal yang perlu saya review kembali untuk menata ulang mindset saya yang sudah kadung rada kusut belakangan ini. #curhat

 

Judul           : 101 Creative Notes
Penulis        : Yoris Sebastian
Penerbit       : Gramedia Pustaka Utama
Tahun          : 2013
Tebal           : 200 hal.
Genre          : Motivasi


Pajang, 20 September 2024

Senin, 09 September 2024

(Saya Tidak Pernah Bosan) Mengintip Jakarta

Saya membaca komik untuk sekedar menghilangkan kejenuhan. Tentunya, si komik ini haruslah pula bisa jadi bahan tertawaan buat diri kita sendiri. Seperti komik ini, komik kompilasi dari tiga orang seniman komik yang memiliki ciri khas masing-masing.

Courtesy: www.goodreads.com


Tidak ada yang baru dengan tema seputar Jakarta. Jakarta masih selalu seperti itu. Masih dengan hiruk-pikuknya di hari kerja dari hari-hari lainnya yang tidak pernah sepi. Agaknya, ketiga komikus ini dapat menangkap eh mengintip Jakarta dari sisi lain yang tentu saja seputar kehidupan yang mereka jalani. Di Jakarta, tentunya!

Komik ini terbit pertama kali pada tahun 2014, lalu naik cetak kembali pada tahun 2015 dan 2016. Tahun-tahun dimana Komik Indonesia banyak bermunculan dari beragam penerbit lokal juga yang berusaha memfasilitasi komikus-komikus berbakat untuk berkarya. Sebuah fenomena yang menarik karena mereka dapat mengangkat tema yang relate dengan kehidupan sehari-hari pada tahun-tahun mendatang.

Isu yang diangkat komik ini masih sangat relate dengan keseharian warga Jakarta. Saya sendiri sampai kadang tertawa sendiri setiap mengulang pembacaan. Maklum, beberapa tahun lalu saya sempat mengalami beberapa sketsa yang diintip oleh para komikus penulisnya. Tak heran, saya tidak pernah bosan.

Judul           : Mengintip Metropolitan
Penulis        : Haryadhi, Sheila Rooswitha, "Mice" Misrad
Penerbit       : Octopus Garden
Tahun          : 2014
Tebal           : 144 hal.
Genre          : Komik Urban

 

Cipayung, 8 September 2024

Sejarah Yang Tidak Pernah Sampai


Harusnya banyak yang bisa saya tulis kembali dari buku ini. Agar kita sebagai muslimin-muslimat muda tahu bahwa selama ini sejarah Umat Islam sudah dicatat ulang oleh mereka yang mengaku "Penakluk Dunia".

Harusnya kita tahu bahwa peradaban yang dibangun Umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW adalah melampaui pengetahuan pada zamannya. Yang ada saat ini tinggal pengembangan dari dasar-dasar pengetahuan yang telah ditemukan oleh para cendekiawan Muslim pendahulu.

Saya sedikit kaget saat tiba pada tulisan yang membahas bahwa Thariq bin Ziyad tidak pernah membakar kapalnya. Kisah ini masyhur kita kenal ketika Thariq mencoba menaklukkan Eropa setibanya di daratan usai melewati Selat antara benua Afrika dan Eropa yang kini kita kenal sebagai Selat Gibraltar. Thariq tidak membakar kapalnya! Mengapa cerita yang kita kenal adalah Thariq membakar kapalnya untuk membakar semangat Kaum Muslimin yang ikut berperang dengannya. Inikah sebuah propaganda sejarah? Sejarah ditulis oleh Sang Pemenang?

Buku ini cukup menarik untuk dibaca, kemasannya bagus, ilustrasinya rapi, ada sumber referensi jadi tidak asal tulis. Buku ini layak dibaca hingga tamat dan bersambung ke buku lanjutannya. Hanya saja, penataan teksnya seharusnya bisa dibuat lebih rapi lagi.

Buku ini setidaknya bisa menjawab pertanyaan saya, "Mengapa bangsa yang tidak cebok seperti orang Eropa memiliki peradaban bangsa yang maju, sedangkan kita di Indonesia yang mayoritas Muslim ini selalu bersuci dari hadas kecil dan besar susah untuk maju?".

Apa betul kita mesti telanjang dan benar-benar bersih, suci lahir dan di dalam batin. Seperti kata Ebiet G. Ade? 

Judul           : The Untold Islamic History #1
Penulis        : Edgar Hamas
Penerbit       : Generasi Shalahuddin Berilmu
Tahun          : 2021
Tebal           : 249 hal.
Genre          : Sejarah Islam

 

Cipayung, 8 September 2024.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...