Masuk di Tahun 2009 seakan semuanya nyaris seperti biasa. Teriakan resolusi tahun baru menggema dimana-mana. Ramal-meramal masih menjadi bahan berita dan kalau perlu jadi bahasan diskusi panel. Saling bertukar pesan selamat tahun baru masih jadi kebiasaan yang rutin dan kalau perlu masih harus dipertahankan sampai dunia ini nanti tutup usia. Sebelum mengakhiri tahun 2008 tidak terlintas untuk menyusun sebuah resolusi. Malam itu yang penting adalah kesan. Kesan yang didapat bersama siapa ketika tahun akhirnya betul-betul berganti. Sampai akhirnya aku membaca sebuah tulisan:
"Aku tidak tahu harus menulis apa malam ini. Aku benar-benar tidak tahu. Sudah beberapa bulan ini engkau tidak lagi menulis disini. Aku memang tidak sedang menunggumu. Tapi, entah mengapa setiap hari setelah tulisan terakhir disini membuatku mendadak ingat padamu. Maka, engkau pun sudah tahu, esok harinya aku menunggumu disini. Barangkali engkau menuliskan sesuatu.
Nyatanya, tidak satu huruf pun engkau tuliskan. Tidak ada lagi cerita yang engkau tuliskan. Kemanakah engkau? Engkau yang selalu menuliskan cerita untukku. Kemanakah engkau yang selalu memujaku sambil menyanyikan lagu itu? Sudah nyaris 2 bulan ini engkau menghilang. Kau tahu rasanya kehilangan? Rasanya seperti itu.
Sudah tak terhitung waktu untuk melupakanmu tapi tetap saja aku tak mampu menahan perasaanku sendiri. Aku tahu aku ini memang bukan siapa-siapa untukmu dan kau juga tahu perasaanku padamu. Tapi kenapa, sirkuit kemelut ini malah menemuiku hanya karena dirimu. Karena Dirimu. Dirimu!
Aku ingin tertawa pada kebodohanku untuk menunggu tulisanmu. Aku malah menanyakan apa yang ada didalam kepalamu sehingga untuk menuliskan catatan saja rasanya susah sekali. Aku tahu engkau sudah tidak lagi di kota ini. Engkau telah jauh meninggalkanku. Meninggalkan semuanya. Semuanya."
Bandung, 31 Desember 2008
Aninda
"Aku tidak tahu harus menulis apa malam ini. Aku benar-benar tidak tahu. Sudah beberapa bulan ini engkau tidak lagi menulis disini. Aku memang tidak sedang menunggumu. Tapi, entah mengapa setiap hari setelah tulisan terakhir disini membuatku mendadak ingat padamu. Maka, engkau pun sudah tahu, esok harinya aku menunggumu disini. Barangkali engkau menuliskan sesuatu.
Nyatanya, tidak satu huruf pun engkau tuliskan. Tidak ada lagi cerita yang engkau tuliskan. Kemanakah engkau? Engkau yang selalu menuliskan cerita untukku. Kemanakah engkau yang selalu memujaku sambil menyanyikan lagu itu? Sudah nyaris 2 bulan ini engkau menghilang. Kau tahu rasanya kehilangan? Rasanya seperti itu.
Sudah tak terhitung waktu untuk melupakanmu tapi tetap saja aku tak mampu menahan perasaanku sendiri. Aku tahu aku ini memang bukan siapa-siapa untukmu dan kau juga tahu perasaanku padamu. Tapi kenapa, sirkuit kemelut ini malah menemuiku hanya karena dirimu. Karena Dirimu. Dirimu!
Aku ingin tertawa pada kebodohanku untuk menunggu tulisanmu. Aku malah menanyakan apa yang ada didalam kepalamu sehingga untuk menuliskan catatan saja rasanya susah sekali. Aku tahu engkau sudah tidak lagi di kota ini. Engkau telah jauh meninggalkanku. Meninggalkan semuanya. Semuanya."
Bandung, 31 Desember 2008
Aninda