Rasanya tidak berlebihan bila pada akhir bulan Oktober kemarin adalah akhir bulan yang paling sukses untuk Jakarta. Betapa tidak, hanya selang beberapa hari Jakarta sukses menggelar konser dua musisi legendaris (sebenarnya empat plus Natalie Cole dan Peter Cetera, namun mereka masuk dalam rombongan David Foster) yang selalu dinanti penggemar setianya.
Kebetulan, entah karena Indonesia sedang mengalami bencana atau mungkin para teroris itu tidak mengerti musik dan juga paham siapa itu mereka, alhasil kedua pertunjukan itu dapat berlangsung dengan sukses. Sehingga, Indonesia masuk dalam catatan perjalanan David Foster & Friends, Simply Red, Kenny G, dan baru-baru ini Megadeth, yang kalau juga tidak ada halangan akan menggoyang Jakarta.
Barangkali juga, mereka sempat menulis "Hallo Indonesia, I was here" di sprei kasur atau dinding toilet hotel tempat mereka menginap. Berbeda sekali dengan kejadian tur Manchester United ke Indonesia medio tahun lalu yang diwarnai aksi teroris sehingga The Fergie Boys batal merumput di Senayan. Untungnya, bisnis pertunjukan tidak mengalami gangguan berarti. Padahal, kalau dipikir-pikir idelogi tersembunyi yang tersirat dalam musik bisa jadi musuh utama "teroris".
Adalah suatu anugerah bila dalam suasana berduka akibat berbagai macam "kekacauan domestik" masih ada musisi dunia yang menyempatkan mampir di Indonesia. Even, hanya untuk sekedar mengajak penonton bernostalgia. Lupakan sejenak penat dalam hiruk pikuk kemacetan Jakarta untuk mereka yang kebagian tiket front row. Lupakan juga tangis duka saudara-saudara kita di Wasior, Mentawai, dan wedhus gembel Merapi, karena esok pagi kembali. Dan kita akan tertawa bersama-sama lagi.
Rangkaian itu pun kemudian masih ditambah dengan kunjungan Obama. Kunjungan bilateral atas nama Trade and Democracy (versi BBC). Barangkali, Obama perlu menyaksikan sendiri bagaimana cara bangsa ini mengejawantahkan paham demokrasi barat. Dan contoh yang paling sederhana untuk itu adalah cara pemerintah menghandle dan mengeksekusi cara penanggulangan bencana. Obama juga perlu melihat sendiri gambaran bencana di Indonesia.
Mereka datang dan pergi. Berlalu bersama kesan dari abu Merapi. Merapi telah menyambut mereka karena Merapi tak pernah ingkar janji.
Paninggilan-Gambir, 22 November 2010. 00:56
Kebetulan, entah karena Indonesia sedang mengalami bencana atau mungkin para teroris itu tidak mengerti musik dan juga paham siapa itu mereka, alhasil kedua pertunjukan itu dapat berlangsung dengan sukses. Sehingga, Indonesia masuk dalam catatan perjalanan David Foster & Friends, Simply Red, Kenny G, dan baru-baru ini Megadeth, yang kalau juga tidak ada halangan akan menggoyang Jakarta.
Barangkali juga, mereka sempat menulis "Hallo Indonesia, I was here" di sprei kasur atau dinding toilet hotel tempat mereka menginap. Berbeda sekali dengan kejadian tur Manchester United ke Indonesia medio tahun lalu yang diwarnai aksi teroris sehingga The Fergie Boys batal merumput di Senayan. Untungnya, bisnis pertunjukan tidak mengalami gangguan berarti. Padahal, kalau dipikir-pikir idelogi tersembunyi yang tersirat dalam musik bisa jadi musuh utama "teroris".
Adalah suatu anugerah bila dalam suasana berduka akibat berbagai macam "kekacauan domestik" masih ada musisi dunia yang menyempatkan mampir di Indonesia. Even, hanya untuk sekedar mengajak penonton bernostalgia. Lupakan sejenak penat dalam hiruk pikuk kemacetan Jakarta untuk mereka yang kebagian tiket front row. Lupakan juga tangis duka saudara-saudara kita di Wasior, Mentawai, dan wedhus gembel Merapi, karena esok pagi kembali. Dan kita akan tertawa bersama-sama lagi.
Rangkaian itu pun kemudian masih ditambah dengan kunjungan Obama. Kunjungan bilateral atas nama Trade and Democracy (versi BBC). Barangkali, Obama perlu menyaksikan sendiri bagaimana cara bangsa ini mengejawantahkan paham demokrasi barat. Dan contoh yang paling sederhana untuk itu adalah cara pemerintah menghandle dan mengeksekusi cara penanggulangan bencana. Obama juga perlu melihat sendiri gambaran bencana di Indonesia.
Mereka datang dan pergi. Berlalu bersama kesan dari abu Merapi. Merapi telah menyambut mereka karena Merapi tak pernah ingkar janji.
Paninggilan-Gambir, 22 November 2010. 00:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar