Sumber gambar: www.goodreads.com |
SARA: Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan adalah topik yang seringkali dianggap tabu, sensitif, dan harus ditangani dengan penuh kehati-hatian. Apalagi situasi macam sekarang ini. Namun, saya menemukan sebuah buku dengan tulisan yang apa adanya, diselingi canda, namun tetap melayangkan gugatan: perbedaan apakah yang membuat kita berbeda.
Margareta Astaman membagikan celotehannya kembali melalui buku setebal 137 halaman ini. Margie, begitu ia akrab disapa, terlihat sangat concern terhadap identitasnya sebagai warga negara asing dan warga negara Indonesia sendiri. Identitas rasialnya membuat Margie tidak mudah untuk menentukan pilihan-pilihan yang bagi sebagian orang adalah hal yang lumrah.
Margie yang melanjutkan kuliahnya di NTU Singapura ini merasakan sendiri bagaimana menjadi seorang keturunan Cina asal Indonesia. Ada banyak kejadian yang membuatnya berpikir kembali tentang jati dirinya. Margie berhasil merangkum gugatan-gugatannya dalam buku ini.
Margie membagi buku ini menjadi tiga bab besar. Bab pertama, Margie menggugat jati dirinya secara gamblang dengan judul "Siapa Saya". Sebuah pertanyaan kecil namun membutuhkan analisis mendalam untuk menjawabnya. Bila perlu, disertai dengan riset tidak terbantahkan mengenai asal-usul nenek moyangnya yang dari Utara itu.
Bab kedua, diberi judul "Sekali Beda Tetap Beda". Maksudnya, dengan identitas kultural yang ia miliki, masyarakat umum tetap saja memandangnya dengan berbeda. Perbedaan etnisitas antara warga keturunan dan pribumi selalu menimbulkan celah sehingga berlaku suatu sistem tata nilai yang tidak selalu sama antara keduanya.
Terakhir, masalah 'perbedaan' ini akan semakin tajam ketika urusan hati sudah mulai terlibat. Margie terlihat serius dalam menggugat cinta antara sepasang anak manusia yang dilahirkan dalam keadaan berbeda (etnis, budaya, dll). Disini, Margie juga membuktikan bahwa ada sesuatu yang bernama PPBA-BS alias Persatuan Pacaran Beda Agama-Backstreet dan Durhaka Anonymous (DA). Kelompok pertama, mencoba meyakinkan dunia bahwa apa yang terjadi diantara sepasang kekasih yang berbeda haruslah diterima sebagai sebuah kenyataan. Sedangkan, yang terakhir lebih kepada memberi hiburan dan penguatan kepada mereka yang telah memilih jalan mereka (bisa saja sebagai kelanjutan dari PPBA-BS) supaya bisa tetap berbuat baik dan tidak durhaka kepada orang tua mereka.
Seperti buku-buku Margie lainnya, celotehan ringan dan khas mewarnai sepanjang pembacaan buku ini. Saya pribadi lebih menikmatinya seperti membaca tulisan-tulisan dalam blog. Pendek namun sarat makna. Membuat kita berpikir lagi: about difference, how different we are, how we differentiate others, and how we react upon difference.
Judul : Excuse-Moi
Penulis : Margareta Astaman
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2011
Tebal : 137 hal.
Genre : Sosial-Budaya
Cipayung, 31 Maret 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar