Sungguh saya merasa sangat malu sekali untuk mengakui bahwa saya belum selesai mengkhattamkan buku ini. Sebuah karya terbaik Leila S. Chudori lainnya. Pertama kali merasa penasaran dengan 9 dari Nadira ini adalah ketika membaca tulisan Maman S. Mahayana yang dimuat di Majalah Sastra Horison edisi April 2010. Bukan sekedar ulasan saja, tetapi Maman S. Mahayana menyikapi masalah dualisme nilai sastra yang dikandung dalam buku ini.
Pertama, ada yang menganggap 9 dari Nadira ini adalah sebuah kumpulan cerpen. Setidaknya, bisa dilihat dari testimoni Prof. Budi Darma. Namun, disisi lain ada pula yang menganggap 9 dari Nadira adalah sebuah novel. Berangkat dari kedua perbedaan pemahaman tersebut maka Maman S. Mahayana mengeluarkan jurus sastra miliknya agar pembaca mampu memilih sendiri bentuk yang diinginkan.
Entah dimaknai sebagai kumpulan cerita pendek atau novel. Kedua pendapat itu saya rasa tidak sepenuhnya salah karena sastra berpijak pada tafsiran dan kehidupan dalam pikiran. Memang betul ada potongan cerita dalam 9 dari Nadira yang berasal dari cerpen “Tasbih” yang dimuat di Horison edisi April 2009. Lalu, bila secara kasat mata pembaca menganggap 9 dari Nadira ini sebagai novel pun ada benarnya karena memang tidak terlihat seperti kumpulan cerpen. Saya rasa itulah sebagian kecil kelebihan yang dimiliki buku pemenang Khatulistiwa Literary Award 2010 ini. Sebuah alasan untuk merasa cukup bangga bila sanggup menamatkan buku ini.
Terus terang, saya kehilangan daya jelajah untuk menyelami buku ini. Saya berhenti tepat di awal cerita berjudul Utara Bayu. Sejak berhenti disitu, saya belum meneruskan lagi. Sehingga, sampai catatan ini ditulis pun saya belum tahu konklusi seperti apa di akhir cerita nanti.
Saya menjadi semakin malu ketika dengan bangganya pamer di twitter bahwa saya sedang membaca buku 9 dari Nadira sambil menyebutkan nama penulis @leilaschudori dan akan segera menerbitkan review di blog Selendang Warna. Tanpa sadar, di email saya sudah ada notification bahwa Leila S. Chudori is following you now. Sampai sekarang saya pun belum memastikan apakah beliau masih follow saya di twitter.
Harapan saya, mungkin liburan Imlek nanti saya bisa menamatkan sisa cerita dari 9 dari Nadira sambil berharap mata dan pikiran ini tidak kehilangan daya jelajah. Semoga.
Judul: 9 dari Nadira
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun: 2009
Tebal: 270 hal.Genre: Novel
Delivery date: April 2010
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun: 2009
Tebal: 270 hal.Genre: Novel
Delivery date: April 2010
Pharmindo-Paninggilan, 4 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar