Our hands are marked by the lives we lead. They allow us to shape the world around us and interact with one another in the world.
Saya merasa beruntung pada kunjungan pertama ke National Library Singapore, tanggal 7 September kemarin. Secara tidak sengaja, disana sedang digelar pameran bertajuk, “Hands: Gift of a Generation”. Pameran ini digelar sejak 7 Agustus lalu hingga 13 Oktober nanti. Plaza National Library Singapore disulap menjadi ruang pamer yang representatif dengan beberapa ruangan untuk videoshow dan ruang pamer. Lengkap dengan panggung kecil untuk musisi muda Singapura menampilkan musik mereka. Saya dibuat takjub karena usaha panitia pameran dalam pemanfaatan ruang. Penataan ruang pamer yang mereka buat tidak kalah dari galeri seni.
Pameran ini menampilkan 30 orang Singapura yang ikut serta dalam periode nation-building. Pameran ini bertujuan untuk membuka kembali segala ingatan tentang kenangan mereka, tentang harapan dan ketakutan para founding fathers Singapura. Semuanya terangkum untuk memperkaya dan memperkuat identitas bangsa. Pameran ini adalah salah satu penghargaan dan bentuk ucapan terima kasih terhadap segala kisah yang mereka catat pada linimasa sejarah Singapura.
Bila memang ada kesempatan, sila mampir dan rasakan sendiri pengalaman Singapura dalam mengenang mereka yang berjasa dan berkontribusi terhadap kehidupan bernegara dan berbangsa.
Hal ini mengingatkan saya pada periode nation-building dalam catatan sejarah bangsa Indonesia. Tentu kita sendiri telah mengalami hal yang serupa. Namun, pernahkah kita melihat atau menjumpai sebuah pameran yang sengaja digelar untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang gugur dalam periode sejarah tersebut. Katakan, kita bisa mendengar pidato Bung Tomo ketika menggerakkan semangat perlawanan rakyat di Surabaya. Bukan hanya sekedar pidato kenegaraan semata.
Saya dibuat takjub kembali karena saya belum pernah merasakan hal yang semelankolis ini. Sebuah bangsa mengenang kembali para pendahulunya yang telah memberikan pijakan bagi tatanan kehidupan berbangsa yang kini dinikmati oleh generasi penerus. Para founding fathers telah melakukan banyak hal dalam periode nation-building sehingga peninggalan mereka adalah sebuah ‘gift’ atau ‘hadiah’ yang diwariskan untuk kemudian dipelihara dalam meraih masa depan bangsa. Sebuah ‘gift’ untuk terus mewujudkan harapan dan mimpi-mimpi mereka yang disusun dari keringat, air mata, dan darah.
Kunjungan singkat itu membuat saya sejenak merenung. Singapura melakukan hal yang luar biasa dalam usaha membangkitkan ingatan warganya tentang identitas dan sejarah mereka. Sekilas, itu bisa dilihat dari lamanya waktu gelaran pameran ini. Saya hanya bisa menyimpan keinginan bahwa suatu saat saya akan melihat hal yang demikian di Museum Nasional atau Galeri Nasional. Semoga.
Paninggilan, 10 September 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar