Courtesy: www.caknun.com |
Saya
agak keheranan waktu pertama kali menjumpai buku Emha dengan judul
seperti ini. Tadinya, saya pikir slilit milik Sang Kiai ini punya
kesaktian atau makrifat. Entah digunakan untuk apa. Barulah saya pahami
kemudian ketika benar-benar membaca tulisan yang diangkat jadi judul
seluruh buku ini. Ternyata, gara-gara slilit seorang Kiai batal masuk
surga.
Begini ceritanya. Seorang Kiai telah makan daging di sebuah kenduri, waktu itu ia sibuk meladeni orang yang ingin bersalaman dengan dirinya, ia tak sempat untuk menyingkirkan slilit daging di giginya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Pak Kiai mengambil seujung potongan bambu dari pagar tetangganya untuk membuang slilit daging di gigi Pak Kiai, layaknya tusuk gigi.
Kemudian, Pak Kiai meninggal dunia. Lalu ada seorang santri yang mimpi bertemu dengan Pak Kiai yang tertahan di pintu surga. Dalam mimpinya Pak Kiai berkata, "Dosa-dosaku telah Allah ampuni kecuali satu. Aku tidak sempat meminta izin pemilik rumah untuk mengambil sedikit dari bambunya untuk kujadikan tusuk gigi. itu membuatku sangat repot di alam kubur."
Tulisan ini punya muatan pesan yang amat dalam. Betapa slilit yang remeh itu telah merepotkan seorang Kiai yang selalu dipersepsikan mudah menggapai surga. Betapa hal kecil yang amat remeh pun ternyata dapat menghalangi kita dari jalan kebaikan bila diperolah dengan cara yang tidak benar dan tidak disukai Allah SWT. Bayangkan saja bagaimana runyamnya para koruptor dan para maling duit rakyat ketika menghadapi hari penghisaban.
Dari kisah tersebut, kemudian Emha menjelaskan perkara-perkara lainnya semacam itu yang tidak saja melulu habluminallah tetapi juga habluminannas. Tulisan Emha muncul dengan cermat dan cerdas dalam menganalisa etika sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Slilit
Sang Kiai" hadir kembali dalam wujud cetak ulang setelah lahir pertama
kali pada tahun 1991. Buku ini tetap memiliki nilai relevansi yang
tinggi dengan kondisi saat ini. Bagaimanapun adanya, kehidupan ini tidak
bersifat parsial-statis tetapi kontekstual dinamis. Walaupun sudah
tidak lagi aktual, namun nilai kontekstualnya tetap terjaga.
Judul : Slilit Sang Kiai
Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Pustaka Utama Grafiti
Tebal : 243 hal.
Tahun : 1991
Genre : Sosial-Budaya
Penerbit : Pustaka Utama Grafiti
Tebal : 243 hal.
Tahun : 1991
Genre : Sosial-Budaya
Pharmindo-Medan Merdeka Barat, 29 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar