"Saya yakin orang Indonesia masih percaya pada kebaikan dan kejujuran. Tapi, saya nggak yakin mereka percaya bahwa kebaikan dan kejujuran bisa mereka jadikan jalan untuk mencapai cita-cita..." - Hal.138
Personally, ini adalah buku Sujiwo Tejo pertama yang saya tamatkan. Saya beli sepaket dengan dua buku lainnya yaitu dwicarita Rahvayana. Saya kira buku ini merupakan kumpulan artikel atau cerita soal lunturnya rasa berbangsa dan bertanah air Indonesia dari Sang Dalang Edan yang rupanya pernah mengenyam hidup sebagai wartawan. Namun, saya menemukan satu bentuk pengalaman yang baru dalam mentafakuri kehidupan sejarah bangsa melalui buku ini.
Lupa Endonesa menggugat kehidupan bangsa ini pada satu periode sejarah yang dilambangkan dengan sosok seorang Presiden dari tanah Pacitan. Segenap persoalan negeri kala itu digamblangkan sedemikian rupa. Sujiwo dengan gagah menulis hal-hal yang malu-malu, memalukan, dan tidak memalukan tentang persoalan kehidupan bangsa Indonesia. Semua ceritanya, menyiratkan bahwa kita ini memang lupa berbangsa Indonesia yang berbudi pekerti luhur.
Sujiwo menggunakan banyak perumpamaan dalam menyampaikan kritiknya atas satu keadaan tertentu. Kemunculan tokoh-tokoh punakawan dan main cast Mahabharata-Ramayana adalah satu unsur penyeimbang cerita. Betapa kenyataan masih bisa bermain dengan fiksi. Lepas dari pakem pewayangan pada umumnya. Penulisnya juga tidak lupa melibatkan para tokoh pewayangan itu dengan unsur modernitas yang kekinian.
Sepintas, cerita-cerita dalam buku ini terlihat sebagai cerita pendek karena selain habis dibaca sekali duduk mereka juga mempunyai unsur fiksi yang kental. Andai pun tidak dianggap sebagai cerpen, tidak salah juga bila kisah-kisah tuturan Sujiwo ini masuk kategori memoar. Memoar bergerak, dari satu kisah ke kisah lain dalam titimangsa yang sama.
Ada dua cerita yang jadi favorit saya disini. “Lakone Hanuman Ambassador” sebagai tandingan dari lakon “Hanuman Duta” dan “Jajak Pendapat para Dewa”. Sujiwo menjadikan seluruh tulisannya sebagai kritik sosial atas segenap peristiwa dengan mengawinkan unsur hiburan dan politik. Tulisannya ini bisa jadi hiburan bagi rakyat yang memang sudah kekurangan bahan tertawaan sekaligus kritik bagi pemimpin bangsa ini kelak di masa mendatang, agar sejarah tidak kembali terulang.
Judul : Lupa Endonesa
Penulis : Sujiwo Tejo
Penerbit : Penerbit Bentang
Tebal : 218 hal.
Tahun : 2012
Genre : Cerita Pendek-MemoarTebal : 218 hal.
Tahun : 2012
Dharmawangsa - Medan Merdeka Barat, 11 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar