As we grow up in more technology-enriched environments filled with laptops and smart phones, technology is not just becoming a part of our daily lives - it's becoming a part of each and every one of us.
Sempat dirundung galau, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Lenovo A6000+. Sebagai pengganti HTC Desire VC Dual on CDMA-GSM. Sebulan belakangan, ponsel HTC mulai menunjukkan kinerja yang layak untuk dilabeli “sudah minta diganti”. Mulai dari baterai yang enggan dicharge, baik dengan charger asli bawaan maupun powerbank, tidak bisa load aplikasi BBM, dan baterai yang cepat drop.
- Adora Svitak
Sempat dirundung galau, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Lenovo A6000+. Sebagai pengganti HTC Desire VC Dual on CDMA-GSM. Sebulan belakangan, ponsel HTC mulai menunjukkan kinerja yang layak untuk dilabeli “sudah minta diganti”. Mulai dari baterai yang enggan dicharge, baik dengan charger asli bawaan maupun powerbank, tidak bisa load aplikasi BBM, dan baterai yang cepat drop.
Lenovo A6000+. Courtesy: www.foneforest.com |
Terus terang, mencari pengganti si HTC kesayangan adalah bukan perkara mudah. Beberapa minggu sebelumnya bahkan saya sudah menjatuhkan kandidat pengganti pada varian Andromax yang disupport jaringan 4G CDMA. Saya sebagai pengguna jaringan 3G CDMA cukup puas dengan layanan provider yang satu itu. Sehingga seharusnya tidak ada pilihan lagi bagi saya untuk menentukan pilihan pada Andromax Q. Namun, pilihan itu kembali goyah ketika muncul ponsel dengan spek yang sedikit lebih dan harga yang tidak terpaut jauh.
Kemunculan ponsel semacam Infinix Hot Note dengan fitur prosesor Quadcore dan 2GB RAM dengan harga dibawah 1,7 juta tentu membuat saya berpaling. Saya pun segera mencari review terkait ponsel yang baru masuk pasar Indonesia ini. Ponsel ini mengalami penjualan perdananya dengan menggandeng portal jualan online berinisial “L”. Dengan begitu, ponsel ini tidak mudah dijumpai di pasaran macam di BEC. Satu alternatif yaitu dengan membeli dari pedagang yang mengikuti flash sale itu, tentu dengan harga yang beragam.
Well, pada satu hari dimana si HTC sudah benar-benar enggan dicharge, saya segera mendatangi satu toko ponsel dan langsung memilih A6000+. Saya cukup sadar bahwa saya hanya butuh spek ponsel untuk aplikasi yang tergolong umum: chat, messaging, email, mobile office, dan browsing. Tentu keputusan ini didukung review yang telah dibaca sebelumnya.
Lenovo A6000+ dibekali OS Android Kitkat 4.4.4, prosesor Quadcore 1,2 GHz Cortex A53, RAM 2GB, Dolby Audio, ROM 16GB (upgradeable to 32GB via microSD card), GPU Adreno 306, dan jaringan 4G LTE. Spesifikasi semacam ini masih didukung dengan kamera 8 MP (2MP front camera), layar IPS 5.0 inci, ketebalan 8,2 mm dengan berat hanya 128 gram.
Bila ingin upgrade ke OS terbaru, bisa langsung diupdate ke Android Lollipop dengan System Update yang tersedia ketika ponsel diaktifkan. Saya tidak langsung mengupdate ke Android Lollipop karena khawatir update terbaru akan mengurangi kualitas kameranya. Seperti saya baca dalam user review di laman www.gsmarena.com.
Ponsel ini sudah cukup mendukung aktifitas harian saya. Pembaca pasti sudah paham rasanya menggunakan ponsel yang 4 kali lebih cepat dari ponsel lamanya. Lumayan menyenangkan ketika harus menulis note ditemani alunan lagu dari sound system berteknologi Dolby. Kalaupun ada yang kurang, dari sisi desain ponsel ini tampil standar dan terkesan tidak menampilkan premium look. LED flash notification di bagian depan pun tidak disertakan dan seperti kebanyakan ponsel Android, tidak saya temukan aplikasi Note bawaan (kecuali Samsung).
Last but not least, ponsel ini punya value for money yang tinggi. Rasio antara harga dan fitur yang didapatkan pengguna seimbang bahkan diatas rata-rata. Apalagi, ponsel ini sudah mendukung penggunaan jaringan 4G untuk mendukung aktifitas mobile. Ponsel ini tidak terlalu salah bila jadi alternatif pilihan untuk pengguna yang menginginkan kualitas ponsel yang ringan, cepat, dan bersahabat dengan kantong.
Medan Merdeka Barat, 24 Agustus 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar