Sabtu, 30 Juli 2016

Catatan untuk Buku Baru Emha: Refotnasi

Image Courtesy: www.goodreads.com
Belum selesai pembacaan buku kumpulan puisi Cak Nun, ‘Seribu Masjid, Satu Jumlahnya: Catatan Tahajud Cinta Seorang Hamba’, saya segera menghampiri toko buku langganan untuk mendapatkan edisi terbaru ‘Mati Ketawa ala Refotnasi: Menyorong Rembulan’. Terus terang, saya tidak ingin ketinggalan satu pun edisi terbaru dari buku-buku Emha. Saya tidak ingin menyesal dan terus penasaran dengan jalan pikiran Cak Nun yang selalu mendekonstruksi cara pikir saya sebelumnya.

To be honest, sebelum benar-benar bisa membaca buku ini, saya masih menduga bahwa buku ini adalah kelanjutan tulisan Emha setelah ‘2,5 Jam di Istana’. Benar saja, ada statement bahwa buku ini merupakan semacam lanjutan dari buku itu. Emha benar-benar turun dan menemani kaum yang dilemahkan dan terpinggirkan untuk senantiasa memperbarui segenap ikhtiar untuk menyikapi keadaan bangsa di era awal reformasi.

Saya jadi teringat pada syair dari lagu “Shalli Wassalim” yang ada di album Emha Ainun Nadjib berjudul “Berhijrah dari Kegelapan”.

Sayang, sayang, sayang, orang hebat tinggi hati...
Omong demokrasi, pidato berapi-api...
Ternyata karena menginginkan kursi...
Sementara rakyat, kerepotan cari nasi...

Entah ada hubungannya atau tidak, antara reformasi dan repot nasi, saya anggap buku ini adalah kesaksian Emha pada suatu masa di republik tercinta ini. Satu kesaksian agar kita mampu berkaca, untuk senantiasa istirahat sejenak, menatap ke dalam diri demi menjawab satu, ribuan, atau bahkan jutaan pertanyaan yang belum selesai. Tentang bagaimana reformasi melanda bangsa ini. Pun, kenapa bangsa yang katanya bangsa yang besar ini jadi kerepotan cari nasi.

*tulisan ini dibuat setelah membeli buku Cak Nun yang terbaru “Mati Ketawa ala Refotnasi” dan membaca artikel dengan judul sama di bagian akhir buku. 

Pharmindo, 30 Juli 2016.

The 5 Levels of Leadership

Image Courtesy: www.goodreads.com
Satu lagi buku terjemahan milik istri yang menghiasi rak buku kami adalah buku karya John C. Maxwell ini. Saya sendiri sudah familiar dengan nama si penulis karena buku-buku motivasi dari Parlindungan Marpaung. Buku ini agaknya masih bicara soal kepemimpinan. Bagaimana sekelompok orang dalam organisasi bekerja untuk mencapai hasil tertinggi sebagai puncak kesuksesan.

Kepemimpinan yang sejati bukanlah masalah memiliki pekerjaan atau jabatan tertentu. Capailah hasil dan bangun tim yang produktif, agar anda bisa terus mengembangkan diri dalam peran anda sendiri. Anda harus mau membantu orang lain mengembangkan keahlian mereka agar menjadi pemimpin sesuai kemampuan dan kapasitas mereka.

Jika anda memiliki keahlian dan berdedikasi, anda bisa mencapai puncak kepemimpinan. Suatu kondisi dimana pengalaman anda bisa memperluas pengaruh anda, melebihi jangkauan dan waktu anda, untuk keuntungan orang lain.

Bila disingkat, inilah kelima level dalam kepemimpinan.
1. Jabatan, orang lain mengikuti karena keharusan.
2. Perkenanan, orang lain mengikuti karena mereka ingin.
3. Produktivitas, orang lain mengikuti karena apa yang telah anda lakukan untuk organisasi.
4. Mengembangkan orang lain, orang lain mengikuti karena apa yang telah anda lakukan untuk mereka.
5. Puncak, orang lain mengikuti karena jati diri anda dan apa yang anda wakili.

Anyway, ketidaknyamanan akibat proses penerjemahan selalu jadi masalah dalam membaca buku semacam ini. Saya jadi penasaran seperti apa terbitan aslinya. Hal ini cukup penting bagi saya agar mampu menyesuaikan dengan konteks yang dimaksud penulis. Namun, overall buku ini cukup membantu bagi pengembangan diri pribadi maupun pimpinan/pemimpin yang sedang memegang satu otorisasi atas wewenang tertentu.

Judul           : The 5 Levels of Leadership
Penulis        : John C. Maxwell
Penerbit      : PT. Menuju Insan Cemerlang
Tahun          : 2012
Tebal           : 382 hal.
Genre           : Manajemen-Kepemimpinan

Cipayung, 27 Juli 2016.

Analisis Tulisan Tangan

Image Courtesy: www.goodreads.com
Sejauh mana tulisan tangan menggambarkan siapa anda, bagaimana kepribadian anda, bagaimana karakter anda, dan bagaimana konsep diri yang ada tampilkan? Well, buku ini adalah jawaban yang tepat untuk sekian pertanyaan diatas. Ditambahi anak judul ‘Grapho for success’, buku ini rasanya memadupadankan cara menganalisis tulisan tangan dengan segenap materi motivasional.

Saya sendiri belum mempraktekkan apa yang diperintahkan buku ini. Maka dari itu, saya sangat penasaran dengan eksperimen ini. Masalahnya, saya belum punya cukup waktu untuk menulis kembali dari awal, mengikuti petunjuk buku. 

Kalaupun ada tulisan tangan saya yang bisa dianalisa untuk keperluan eksperimen, saya tidak punya pilihan lagi selain draft surat cinta yang saya tulis untuk sebuah lomba menulis. Dulu, belum ada istilah ‘baper’ (bawa perasaan-red) sehingga rasanya sah bagi saya untuk melupakan segala kejadian setelah ditulisnya surat cinta itu.

Seperti layaknya buku-buku motivasional praktis, buku ini berniat membantu kita untuk menemukan kelebihan dan kelemahan diri kita. Dengan begitu, kita akan  mampu memformulasikan tindakan dan reaksi apa yang akan kita lakukan dalam konteks interaksi sehari-hari. Namun, dengan adanya skill analisis tulisan tangan, setidaknya buku ini tidak akan membuat anda menghabiskan waktu dengan percuma. Anda akan belajar banyak. Tentang diri anda, tepatnya.

 
Cipayung, 27 Juli 2016.

Cerita Sahabat: Kumpulan Cerita Sahabat

Image Courtesy: www.goodreads.com
Sebenarnya, sudah lama sekali saya ingin menulis sesuatu tentang buku ini. Buku ini sengaja saya beli medio 2012 lalu, suatu waktu dimana saya lagi rajin-rajinnya menulis untuk ikut lomba menulis. Kumpulan cerpen ini seakan jadi media pembelajaran untuk menambah wawasan dan melatih gaya menulis.
 
Saya tidak menandai secara khusus cerpen-cerpen favorit maupun yang ceritanya biasa saja. Saya juga tidak mempertimbangkan siapa-siapa saja yang cerpennya ikut tayang. Yang jelas, saya harus belajar dan mendapatkan sesuatu dari buku ini, ditambah unsur hiburan yang sangat menyenangkan untuk mengikuti kisah-kisah didalamnya.
 
Alberthiene Endah, sebagai kolaborator dalam buku ini agaknya memang sudah menandai karya-karya mereka sebelumnya. Entah lewat media dunia maya yang mana, yang jelas performa karya mereka menginspirasinya untuk menggandeng dan bersama-sama membuat kumpulan cerpen ini. Cerita-cerita yang berciri spontan, tajam, praktis dan berbumbu itulah yang jadi kriteria mengapa karya-karya mereka yang terpilih untuk diterbitkan secara kolaboratif.
 
Mengenai hal kolaboratif inilah yang menurut saya masih sangat jarang di Indonesia. Sebagai seorang penulis yang lebih dulu kesohor, Alberthiene Endah cukup rendah hati untuk mau berkarya dengan kebanyakan penulis muda yang belum benar teruji konsistensinya. Satu langkah maju sudah dibuat. By the way, Cerita Sahabat edisi kedua sudah terbit. Saya akan menulis sesuatu tentangnya. Nanti.
 
Judul        : Cerita Sahabat
Penulis        : Alberthiene Endah & Friends
Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama
Tahun        : 2012
Tebal        : 336 hal.
Genre        : Sastra Indonesia-Cerita Pendek

 
Cipayung, 25 Juli 2016 

Why They Don’t Want You To Get Rich

Image Courtesy: abprasbuk.blogspot.com

Well, saya menemukan buku ini ketika iseng mencari-cari buku di satu toko di kawasan Palasari. Judulnya terdengar agak tidak menyenangkan. Why They Don’t Want You To Get Rich. Siapa ‘they’, siapa ‘You’? Saya jadi siapa? Apakah hanya jadi ‘you’? Berarti, memang ada satu atau lebih pihak yang memang tidak menginginkan kita semua menjadi kaya? Ada satu atau lebih sistem yang membuat kita lebih nyaman untuk tidak menjadi kaya? Itulah yang terlintas dalam benak saya, saat itu, dulu sekali. 

Seorang kawan yang dulu menjadi pedagang sekaligus aktivis MLM tiba-tiba mendatangi saya ketika saya sedang membaca buku ini di dalam bis kota. Dia menyatakan kesalutannya karena saya mulai membaca buku-buku motivasional seperti itu. saya sendiri tidak menganggap buku ini sebagai satu buku motivasi atau pengembangan diri. Saya anggap buku ini sama seperti ‘Hello Laziness’ milik Corinne Maier. A joke about business complexity. Saya maklum saja saat bertemu kawan itu karena saya sedang menjadi pedagang pulsa dengan omset yang lumayan untuk ukuran mahasiswa.

Sampai saat tulisan ini dibuat, saya sendiri merasa perlu membaca ulang untuk mengulang kembali apa yang pernah saya pelajari dan menyesuaikan dengan konteks diri saya saat ini. Saya mencatat beberapa judul chapter yang sempat saya baca berulang-ulang. ‘Jadilah sesuatu yang unik atau jangan jadi apa-apa’, sounds too greedy but that was something to remind you to keep being unique. ‘Berani bertanggungjawab dan memegang kendali’, statement yang tegas sekali. Get your life and control it. Satu lagi, ‘Bergerak cepat atau berhenti dan minggir’. Statement terakhir ini yang rupanya membekas di akhir masa kuliah. Bergerak cepat kumpulkan bahan skripsi, buat skripsi, atau selesai!

Another comment is dari buku ini saya akhirnya mendapat pencerahan mengenai sesuatu yang disebut “LEVERAGE”. Leverage ini didefinisikan oleh si penerjemah sebagai pendongkrak. Pendongkrak to a new heights. I guess. Tulisan Brian Sher cukup membuat saya sedikit paham tentang sebuah kata yang membuat orang menjadi jutawan.

Seperti halnya buku bisnis dan manajemen dari Barat sana, tentu saja porsi individualitas menempati tempat tertinggi yang menjiwai seluruh isi buku. Tidak hanya dalam cara pandang tetapi juga hingga level implementasi. Bahwa bersaing dengan tetangga sendiri adalah wajar dan pemenang adalah ia yang sanggup bertahan dalam persaingan. The winner takes it all.

Judul        : Why They Don’t Want U To Get Rich
Penulis        : Brian Sher
Penerbit    : Hikmah
Tahun        : 2007
Tebal        : 273 hal.
Genre        : Bisnis-Manajemen

Cipayung, 24 Juli 2016 

In Bed With Model$

Courtesy: www.goodreads.com
Back to year 2006, terbit sebuah buku yang menurut saya fenomenal. Buku ini tidak berada di deretan Best Seller toko buku namun masuk kriteria fenomenal. Mengapa? Mau tidak mau harus diakui Moammar Emka-si penulis buku- memang menulis sesuatu yang benar-benar terjadi dan mengangkat realitas yang sedang terjadi dalam dunia permodelan sejagad republik. Ditambah gimmick judul yang benar-benar provokatif dan merangsang setiap pembaca ingin tahu lebih dalam seluk beluk jagad permodelan.

Setidaknya,  buat saya pembacaan buku ini mengandung beberapa makna. ‘In Bed With Model$’ mengandung makna “sesuatu” yang bersifat di balik layar. Tertutup dan tersembunyi. Kamar adalah ruang pribadi untuk segala macam aktivitas yang pribadi pula. Sehingga, paduan kata dalam judul diatas adalah sebuah realitas yang distempeli cap “RAHASIA” atawa “CONFIDENTIAL”. 

Penggunaan kata “Model$” yang menggunakan simbol dolar ($) adalah satu bentuk penggambaran sisi-sisi gelap dan rahasia dari sejumlah model yang ia temui selalu melibatkan unsur uang, dalam jumlah kecil maupun besar. Sebuah kegiatan transaksional.

Buku ini ditulis dalam waktu yang cukup singkat. Menurut penulisnya sendiri, ia hanya memerlukan waktu 20 hari. Itu sudah termasuk mengorek ingatan dan reka ulang adegan sepanjang pengalaman penulis bersama model-model. Oh ya, tulisan Emka juga enak dibaca secara random karena tidak ada sekuensial pada setiap judul. Sehingga, tidak masalah bila pembaca membaca “Party With Model$” lebih dahulu dan mengakhirinya dengan “Money Talks”.

Judul           : In Bed With Model$
Penulis        : Moammar Emka
Penerbit      : GagasMedia
Tahun          : 2006
Tebal           : 252 hal.
Genre          : Gaya Hidup

Cipayung, 24 Juli 2016

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...