Gusti
Kami pasrah sepasrah-pasrahnya
Kami telanjang setelanjang-telanjangnya
Kami syukuri apa pun
Sebab rahasia-Mu agung
Tak ada apa-apa yang penting
Dalam hidup yang cuma sejenak ini
Kecuali berlomba lari
Untuk melihat telapak kaki siapa
Yang paling dulu menginjak
Halaman rumah-Mu
Gusti
Lihatlah
Mulut kami fasih
Otak kami secerdik setan
Jiwa kami luwes
Bersujud bagai para malaikat-Mu
Namun saksikan
Adakah hidup kami mampu begitu?
Langkah kami yang mantap dan dungu
Hasil-hasil kerja kami yang gagah dan semu
Arah mata kami yang bingung dan tertipu
Akan sanggupkah melunasi hutang kami
Kepada kasih cinta penciptaan-Mu?
Gusti
Masa depan kami sendiri kami bakar
Namun betapa Engkau bijaksana
Kelakuan kami semakin nakal
Namun kebesaran-Mu Mahakekal
Nafsu kami semakin rakus
Tapi betapa rahmat-Mu tak putus-putus
Kemanusiaan kami semakin dangkal
Sehingga Engkau menjadi terlampau mahal
Gusti
Kamilah pesakitan
Di penjara yang kami bangun sendiri
Kamilah narapidana
Yang tak berwajah lagi
Kaki dan tangan ini
Kami ikat sendiri
Maka hukumlah atau ampuni kami
Dan jangan biarkan terlalu lama menanti
Petikan dari puisi "Doa Pesakitan", dalam "Seribu Masjid Satu Jumlahnya", halaman 100-101, Emha Ainun Nadjib, Mizan: 2016
Cipayung, 15 Februari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar