Selamat tinggal, 2018. Terima kasih untuk segala pelajaran di tahun yang tidak pernah berakhir ini. Terima kasih untuk segala pencapaian yang (masih) terasa hampa. Selamat tinggal. Semoga sukses.
Cengkareng, 31 Desember 2018.
Senin, 31 Desember 2018
Jumat, 30 November 2018
Belahan Jiwa
Membaca lagi surat-surat mu
Hatiku jatuh rindu
Hatiku jatuh rindu
Entah mengapa setiap memainkan lagu ini ingatanku selalu menuju padamu. Ah, mengapa ya? Mengapa semua ini harus juga tentangmu? Aku tidak pernah tahu. Hanya bisa menerka dan mereka-reka saja.
Waktu itu kita masih terlalu muda. Terlalu mudah terpesona untuk tahu apa yang orang sebut cinta. Mungkin, kita sama-sama terbuai dalam khayal dan imaji masing-masing. Ya, mungkin saja. Barangkali, kita terbuai bahwa kisah kita adalah Rangga dan Cinta.
Aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara kita berdua? Aku tidak pernah benar-benar tahu apa namanya. Kita berdua sepakat bahwa jarak membentang. Membentang sebegitu rupa sebelum ada tol Cipularang.
Penamu dan penaku pernah bicara. Pernah begitu dekat hingga pada akhirnya justru dalam dekat hanyalah diam yang ada diantara kita.
Jakarta, 30 November 2018.
* Belahan Jiwa, KLa Project
Kamis, 29 November 2018
Mimpi
Semua bisa terjadi
di dalam mimpi
Benar kata puisi
Sekali berarti sudah itu mati
Jurangmangu, 15 November 2018.
di dalam mimpi
Benar kata puisi
Sekali berarti sudah itu mati
Jurangmangu, 15 November 2018.
3 Tahun Aldebaran
Bapak, Assalammualaikum.
Kami tahu engkau tidak lagi disini. Duduk bersama cucu pertamamu, mencium pipi dan memeluknya seraya berkata “Selamat ulang tahun, cucu Akung…”. Kami tahu dan paham bahwasanya tugas Bapak sudah selesai. Bapak rupanya tidak ditugaskan oleh Allah SWT untuk sampai mengantarkan Aldebaran ke Taman Pendidikan Al-Qurán di komplek sebelah. Memang sudah cita-cita Bapak untuk mengantar Aldebaran sekolah sambal naik motor Nmax. Kadang, takdir Tuhan memang tidak boleh dipilih, kita tidak bisa memilih takdir sebagaimana kita memilih shaf untuk shalat di Masjid.
Bapak, Aldebaran sudah mulai masuk sekolah TPA menjelang genap 3 tahun umurnya. Anak sekecil itu yang masih senang berlari-lari di lapangan TPA sudah bisa membaca dua huruf awal rangkaian huruf hijaiyah. “a”, “ba”, begitu katanya di depan Ustadz pembimbing. Not bad lah Pak. Alde baru membiasakan lagi membaca huruf hijaiyah pasca fase Upin-Ipin.
Sekali pernah saya menemani Alde ke sekolah TPA. Saya adalah tipikal orang tua zaman sekarang yang sedikit-sedikit khawatir Aldebaran jatuh atau berebut bola dengan temannya. Padahal, zaman Bapak dulu tidak begitu. Bapak dan Ibu membiarkan saya begitu saja. Pulang dengan baju kotor penuh keringat itu sudah biasa. Malamnya, Bapak pasti marah. That’s all.
Saya jadi ingat masa-masa itu. Kelakukan saya nampaknya sama seperti apa yang saya lihat pada Aldebaran sekarang. Maklum saja Pak, TPA ini punya lapangan basket dan lapangan futsal berumput. Sama seperti TPA Al-Falaah yang punya lapangan bekas sawah. Sekarang sudah jadi rumah.
Pak, mungkin Bapak bisa tahu dan lihat sendiri. Aldebaran sekarang sudah bisa membaca surat Al-Fatihah. Agak sulit membiasakannya memang namun bila diingatkan untuk membacanya sambal mendoakan Akung, ia pasti mau dan agak “emosional”. Wajar ya Pak, Alde belum paham Akung pergi kemana.
Tidak hanya itu saja, Alde juga sudah bisa menghitung satu dua tiga sampai sepuluh, dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Catat, Pak. In English lho, Pak dan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan skor TOEIC saya yang jadi Pole Position di kantor. Mungkin pengaruh tab (iPad) Aki Ni dan video unduhan dari Youtube berpengaruh pada ingatannya.
Apapun itu, kami disini merasa sangat bersyukur bahwa di umurnya yang ketiga ini, ada banyak kemajuan. Walaupun di hari ulang tahunnya ini gejala radang belum juga mereda, kami tetap merayakannya dengan suka cita. Minimal di hati kami masing-masing.
Oh ya, Aisyah pun makin bertambah besar. Makannya banyak dan tidak susah. Aisyah juga mulai belajar ngomong dan semakin bisa berkomunikasi dengan kami. Ah, andai Bapak ada disini bersama kami.
Bapak, sampaikan salam saya pada Eyang Kung dan Eyang Tik disana. Kelak kita akan berjumpa kembali. Saya akhiri cerita saya ini. Wassalammualaikum.
Cipayung, 9 November 2018.
Senin, 19 November 2018
Untuk Bintang
Sumber gambar: id.wikipedia.org |
Untuk Bintang sejatinya adalah judul album pertama Cokelat. Band yang terbentu di Bandung pada tahun 1996. Cokelat berhasil menembus label setelah lama bermain di jalur indie. Bersama Padi, Caffeine, dan Wong, mereka sempat bergabung dalam satu album kompilasi bertajuk “Indie Ten”. Sebuah album berisi sepuluh lagu terbaik dari band-band indie. Seingat saya, waktu itu album ini “Indie Ten” mengalami kesuksesan dari segi penjualan. Dari sisi komersial lainnya, beberapa alumni “Indie Ten” masih eksis bahkan ada yang sudah mengalami metamorfosa.
Saya sendiri menjadi penikmat musik Indie pada tahun 90-an akhir. Waktu itu di Bandung masih ada Radio Fire 95,6 FM. Saya lupa tepatnya jam berapa indie music radioshow itu. Saya mendengarkannya malam hari sambil mengerjakan PR atau sekedar baca-baca komik dan buku pelajaran. Saya bersyukur ketika album “Indie Ten” dirilis. Ini merupakan sebuah langkah besar bagi musisi yang berada di jalur indie. Album indie terakhir saya adalah “Indie-Go” sebuah album kompilasi juga, dari i-Radio kalau tidak salah compilernya, dengan main hits dari Flush, “Gopek”. We'll talk about this later.
“Untuk Bintang” sendiri merupakan lagu kesembilan dari 10 lagu dalam album ini. Selain hits “Pergi”, album ini juga memuat kembali single Cokelat di “Indie Ten” yaitu “Bunga Tidur”. Lagu “Untuk Bintang” sendiri menurut saya agak mirip dengan “Soon” milik Moonpools and Caterpillar, band indie asal Filipina yang bermukim di USA. Saya tidak tahu bagaimana pastinya, yang jelas “Soon” dirilis pada tahun 1995, merujuk pada laman Wikipedia.
Thanks to online music streaming platform, now i can easily stream the song. Sekarang tidak sulit rasanya untuk menemukan lagu dalam album yang ingin kita mainkan. Ya, saya bisa merasakan kembali ciri khas Cokelat. Cokelat manis dengan vokal khas Kikan dan dibalut semangat indie. Ada beberapa hal yang tidak tergantikan memang. Sebuah perasaan yang hadir beserta segenap memori tentang masa itu. Yeah, i miss my indie time.
Selamat Hari Pahlawan!
Cipayung, 10 November 2018
Rabu, 14 November 2018
6 November
6 November, setiap tahun selalu saya peringati sebagai hari “debut” saya di Jakarta. Saya mendapatkan pekerjaan yang sesuai kontrak akan dimulai pada tanggal 6 November, satu dekade yang lalu. Tanggal yang sama dengan debut Alex Ferguson di Manchester United. Mengapa kemudian “debut” di Jakarta ini menjadi sesuatu yang spesial padahal saya sudah resmi bekerja dan dibayar sejak beberapa bulan sebelumnya di Bandung adalah satu hal yang setiap tahunnya selalu saya pikir ulang-untuk tidak menyebutnya sebagai renungan.
Courtesy: clker.com |
Saya tidak tahu kenapa “debut” di Jakarta adalah sesuatu yang spesial. Padahal seharusnya hari yang spesial itu adalah saat saya menerima gaji pertama saya sebesar Rp. 150.000,- medio 2006 silam. Saya sudah lupa kapan kejadian istimewa itu karena Bapak saya sempat kecewa pada saya. Menurut beliau, jumlahnya sangat tidak masuk akal untuk hidup sebulan namun bukankah kata Tuhan, kalau engkau bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmatmu?
Lagi-lagi saya tidak paham benar mengapa Jakarta itu selalu spesial? Apakah karena saya terlalu silau pada cahaya pantul matahari di segenap pencakar langit Jakarta? Atau itu hanya sebuah mimpi artifisial dari seorang anak kampung yang mengidamkan sebuah kehidupan megah di cakrawala metropolitan? Saya sendiri heran mengapa perasaan untuk pergi ke Jakarta selalu ada setelah lulus kuliah. Saya merasa harus “keluar” dari rumah.
Menjalani “debut” di Jakarta memberi saya banyak pelajaran. Tidak perlu saya sebut disini satu per satu. Yang jelas, saya jadi semakin tahu apa artinya pulang, pulang ke Bandung. Pulang pada sebuah perasaan nyaman, pulang pada sebuah keadaan tenteram, pulang pada kerinduan.
Sampai saat tulisan ini dibuat, saya sendiri masih mencari tahu mengapa pindahnya saya ke Jakarta menjadi sebuah tonggak yang selalu saya ingat. Saya masih mencari penjelasan tentang mengapa hal ini bisa menjadi sejarah. Saya tidak tahu pasti. Saya menjalani apa yang saya hadapi, ketika kemudian takdir mengantarkan saya kemana pun. Sebuah perjalanan dimulai karena sebuah alasan pencarian. Saya kira itu.
Cengkareng, 7 November 2018.
Rabu, 31 Oktober 2018
Kumerindu
Mumpung gairah menulis belum hilang, let me tell you something by this blog. Ini bukan tulisan tentang rindu. Judul diatas adalah satu judul lagu kolaborasi antara PAS Band dengan Bunga Citra Lestari atawa BCL. Lagunya bagus, musiknya enak, kedua entitas bermusik dengan gayanya masing-masing. PAS Band utuh sebagai sebuah band dan BCL memadu vokal.
Sumber gambar: www.youtube.com |
Saya tidak akan melakukan kritik terhadap mereka. Saya tidak akan memberi penilaian apapun karena saya tidak punya otoritas yang demikian. Saya mengapresiasi karya mereka yang dimuat dalam album THE BEAST OF PAS pada tahun 2006 silam. PAS Band membuka cakrawala musik mereka dengan tidak kehilangan ciri khas yang sudah terlanjur menjadi trademark.
Saya kagum pada PAS Band, dalam satu wawancara mereka tidak berpikir panjang dan tanpa ragu untuk take vocal dengan BCL ketika ia menyatakan keinginannya untuk bernyanyi. It's not a mainstream anyway but they did it and it was a success. BCL sendiri dalam konser tunggalnya berterima kasih pada PAS Band karena sudah membuka jalannya untuk jadi penyanyi.
Kadang, suatu hal yang terjadi begitu saja dengan sangat sederhana. You want to sing? OK, you can sing with us, let's go make a record. As simple as that.
Cipayung, 8 Oktober 2018.
Selasa, 14 Agustus 2018
Prolog Satu Dekade
Agustus 2018. Tahu-tahu sudah bulan Agustus. Saya sudah merencanakan bahwa bulan Agustus tahun ini adalah perayaan satu dekade blog Selendang Warna. Sesuai rencana, bulan Agustus ini saya melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saya akan menuliskan perjalanan blog ini dalam enam bagian tulisan. Khusus untuk perayaan satu dekade. Saya tidak bisa membuat album seperti KLa Project untuk menandai sebuah eksistensi selama satu dekade. Belakangan, Afgan juga meniru hal yang sama dengan KLa Project.
Sumber gambar: www.calciomercato.com |
Awalnya, saya ingin semua berjalan sesuai rencana. Tetapi, kadang hidup tidak memberi kita kesempatan segampang itu. Sebuah kejadian besar menimpa keluarga besar kami. Bapak saya meninggal bulan Februari lalu. Kejadian itu mengubah segalanya, termasuk untuk blog ini. Bahkan, saya tidak menulis satu tulisan pun selama bulan Maret. Saya merasa kehilangan segalanya dan tidak ada lagi gairah untuk menulis. Soal ini baiknya dibahas lain kali saja.
Keinginan untuk menulis kadang-kadang muncul dari beberapa tulisan lama di telepon selular. Saya perlu mengubah pola tulisan saja sehingga effort yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Selama masih bersifat personal dan kontemplatif, yang selama ini saya jadikan haluan. Namun, itu hanya terjadi pada beberapa tulisan saja. Sisanya menguap begitu saja digilas kaki sang waktu yang sombong.
Tiba-tiba sudah Agustus. Ingatan bawah sadar saya mengingatkan bahwa saya harus segera melakukan sesuatu. Tidak mudah. Sangat tidak mudah rasanya karena saya harus mengingat kembali pada satu titik dimana saya mulai berhenti menulis. Ya, setelah Bapak meninggal itu tadi.
Bila dilihat satu dekade ke belakang, saya bisa mereka-reka kembali, menyusun kepingan demi kepingan memori tentang momen apa saja yang sudah saya lewati. Semacam penanda zaman yang merekam apa saja yang pernah ada dalam pikiran saya. Ada rasa malu, bangga, senang, sedih, kecewa, dan segenap perasaan lain yang meliputi dan kadang masih bisa saya rasakan getirnya.
Semoga catatan pembuka ini menjadi penanda baru agar saya mampu mencapai tujuan saya di perayaan satu dekade blog Selendang Warna. Apapun itu, saya berharap bahwa apa yang telah saya lakukan selama ini ada manfaatnya untuk para pembaca. Terlebih, untuk diri saya sendiri sebagai wahana dokumentasi pikiran.
Bogor, 14 Agustus 2018.
Senin, 13 Agustus 2018
No Boundaries
Found this album on one of the popular online music streaming platform. I don't know, but the cover seems to bring them back. The buried memories, perhaps 18 years ago.
Remake from www.joox.com |
Just happened when searching Pearl Jam's 'Soldier of Love' and the memorable 'Last Kiss'.
The album was released as a benefit album for Kosovo War Refugee in June 1999. Contains a lot of song from popular artists.
So far, i didn't hear them much. Just the Pearl Jam things.
Bogor, 13 August 2018.
Jumat, 06 Juli 2018
Kadang (2)
Kadang,
Saya berpikir bahwa surga itu tidak ada
Bahwa surga itu hanyalah sebuah kiasan
Dalam Rukun Iman tidak disebutkan Iman kepada surga
Justru malah iman kepada Hari Kiamat
Kadang,
Saya berpikir bahwa surga itu tidak ada
Bahkan, kalau perlu tidak perlu ada
Kalau cuma jadi pamrih Ibadah
Kadang. Ya, kadang-kadang.
Bogor, 6 Juli 2018
Saya berpikir bahwa surga itu tidak ada
Bahwa surga itu hanyalah sebuah kiasan
Dalam Rukun Iman tidak disebutkan Iman kepada surga
Justru malah iman kepada Hari Kiamat
Kadang,
Saya berpikir bahwa surga itu tidak ada
Bahkan, kalau perlu tidak perlu ada
Kalau cuma jadi pamrih Ibadah
Kadang. Ya, kadang-kadang.
Bogor, 6 Juli 2018
Rabu, 04 Juli 2018
Kadang
Kadang kita rasanya suka ge-er
Ge-er sudah diampuni dosanya usai Ramadhan
Ge-er punya pahala berlimpah setiap selesai Qiyamul Lail
Ge-er merasa paling paham sendiri setiap selesai ikut Kajian
Kadang...
Bogor, 4 Juli 2018
Ge-er sudah diampuni dosanya usai Ramadhan
Ge-er punya pahala berlimpah setiap selesai Qiyamul Lail
Ge-er merasa paling paham sendiri setiap selesai ikut Kajian
Kadang...
Bogor, 4 Juli 2018
Selasa, 03 Juli 2018
Selamat Ulang Tahun, Aisyah
Aisyah sayang,
Hari ini engkau tepat berusia satu tahun. Persis di tanggal dan hari yang sama dengan hari lahirmu setahun lalu. Hari yang juga penuh dengan ketidaknyaman di hati Bapak karena Ibumu harus menjalani operasi Sectio Caesaria-untuk yang kedua kalinya. Untuk engkau tahu, Ibu belum genap dua tahun setelah menjalani operasi yang pertama. Khawatir memang namun akhirnya dengan rasa sakit yang masih tertinggal, engkau lahir di Rumah Sakit yang sama dengan Mas Aldebaran.
Ini adalah tulisan pertama Bapak setelah Akung meninggal. Ya, Bapak belum sanggup mengetik apapun untuk menggugurkan kewajiban satu bulan enam posting di blog ini. Bahkan, tidak ada postingan atau hanya sekedar draft di bulan Maret. Ada banyak faktor tentang kenapa hal ini bisa terjadi. Biar nanti Bapak urai dulu satu per satu. Biar Bapak menata hati kembali usai Akung tidak ada.
Aisyah,
Memang disayangkan, Akung tidak sampai untuk melihat engkau berulang tahun. Bila Aldebaran adalah mahkota Akung, maka engkau adalah cahaya Akung, yang selalu menyinari langkah Akung. Begitulah kalau diandaikan. Seandainya Akung bisa melihat engkau sudah mulai belajar berdiri sendiri, Bapak berharap Akung sedang dalam pangkuan Rabb-Nya bersama kedua buyutmu, Eyang Kung dan Eyang Ti. Utimu pun sama, tidak sempat melihatmu beranjak setahun. Uti masih harus menjalani pengobatan usai opname di Malam Lebaran kemarin.
Apapun itu, Bapak dan Ibu selalu mendoakan agar engkau tumbuh sehat dan menjadi anak yang patuh dan berbudi bakti kepada Agama dan Orang Tua. Sungguh tiada hal lain yang membahagiakan Bapak dan Ibu selain doa anak-anaknya.
Ulang tahunmu ini memang tidak semeriah Aldebaran dahulu. Bapak pun hanya bisa pulang malam di hari istimewamu ini. Engkau sudah larut dalam tidurmu yang tenang. Bapak hanya bisa menciumimu dan memegangi tanganmu saja.
Aisyah manisku,
Selamat ulang tahun, sayang. Cepatlah besar dan bersinar, taklukkan congkaknya dunia. Doa kami selalu di nadimu.
Bogor, 2 Juli 2018.
Senin, 28 Mei 2018
EU Law
Just because the latest EU regulation on Data Protection, I had to remind you this.
Cengkareng, 28 Mei 2018.
Postingan pertama setelah Bapak tidak ada
Cengkareng, 28 Mei 2018.
Postingan pertama setelah Bapak tidak ada
Senin, 05 Februari 2018
Selamat Jalan, Om Jockie. God Bless You.
Kabar duka di awal tahun ini kembali mengguncang dunia musik Tanah Air. Jockie Surjoprajogo tutup usia di usia yg ke 63. Almarhum meninggal dunia di RS Pondok Indah Bintaro akibat sakit diabetes yang telah lama diidapnya. Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat anak. Almarhum dimakamkan di TPU Karet Bivak.
Semasa hidupnya, Jockie dikenal sebagai musisi handal yang telah bekerjasama dengan banyak musisi dan seniman kendati tetap berkarya bersama God Bless. Jockie dikenal juga bergabung bersama SWAMI dan Kantata Takwa.
Entah mengapa setelah tiba kabar kepergian beliau di dalam kepala saya memutar lagu 'Semut Hitam', dari album ketiga God Bless dengan judul album yang sama. Album yang lahir tahun 1987 itu adalah album yang menandai kembalinya God Bless ke kancah musik rock tanah air.
Walaupun almarhum telah meninggalkan kita, karyanya akan selalu jadi penanda bahwa beliau akan selalu ada. Konser 'Penjilat Matahari' yang digelar pada tahun lalu seakan memberi bukti. Bahwa segalanya boleh berakhir namun sebuah karya akan selalu jadi warisan.
Bandung, 5 Februari 2018.
Rabu, 31 Januari 2018
Rabu, 24 Januari 2018
Selamat Jalan, Sys NS
Sumber gambar: www.hitsfromthe80sand90s.com |
Tidak banyak yang saya tahu soal Sys NS, selain mendiang adalah sebagai aktor yang besar bersama Radio Prambors dengan kelompok lawaknya Sersan Prambors bersama Mukhlis Gumilang, Pepeng, Krisna, dan Nana Krip sebagai punggawanya. Selain itu, saya hanya tahu bahwa mendiang juga adalah seorang politisi.
Kabar duka itu tiba usai gempa 6,1 Skala Richter mengguncang Ibukota. Lama tak terdengar kabar darinya, almarhum dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung.
Aktor bernama lengkap Raden Mas Haryo Heroe Syswanto Ns. Soerio Soebagio ini lahir di Semarang pada 18 Juli 1956. Almarhum meninggalkan seorang istri berserta 3 orang anak dan 2 orang cucu. Ia ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya sebelum dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah.
Anyway, kepergian Sys NS kembali merundung dunia kesenian kita. Namun bagaimanapun, kenangan akan selalu jadi warisan yang menyenangkan. Selamat jalan, semoga dilapangkan jalan Om Sys.
Blok M, 24 Januari 2018.
Selasa, 16 Januari 2018
Selamat Jalan, Habib
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Umat Islam kembali berduka dengan meninggalnya Habib Abdurrahman Muhammad yang merupakan cucu Habib Ali Kwitang meninggal dunia kemarin (Senin, 15/01) di Pondok Gede. Almarhum meninggal dunia selepas Isya di Rumah Sakit Haji Pondok Gede.
Habib Abdurrahman merupakan penerus dakwah dan pimpinan Majelis Ta'lim Habib Ali Al Habsyi di Kwitang. Ia wafat di usia 75 tahun. Almarhum adalah putra kedua dari tujuh bersaudara. Beliau dimakamkan di Pemakaman Keluarga di Masjid Al Riyadh.
Mendengar kabar meninggalnya Habib Kwitang membuat saya tiba-tiba teringat pada satu Hadits Rasulullah SAW. Sungguh bahwasanya Allah SWT menggenggam ilmu dengan mewafatkan para Ulama. Dalam pikiran selintas, meninggalnya Habib Abdurrahman ini jadi penanda. Sebuah tanda bahwa zaman semakin tua. Allah SWT telah menunjukkan tanda-tanda kuasaNya.
Semoga Habib ditempatkan bersama orang-orang saleh di surga Allah SWT. Semoga dilapangkan alam kuburnya. Semoga jamaah yang ditinggalkan senantiasa bersabar dan mengamalkan ajaran-ajaran beliau.
Cipayung, 16 Januari 2018.
RIP Dolores
Awal tahun 2018 ini dunia musik internasional kembali kehilangan seorang frontman. Dunia panggung kehilangan Dolores O'Riordan, vokalis band The Cranberries. Perempuan asal Irlandia itu meninggal dalam usia 46 tahun di London. Rencananya, ia akan berada disana dalam rangka sesi rekaman pendek.
Pelantun hits terkenal seperti 'Dreams', 'Zombie', 'Salvation', 'Linger', 'Promises', dan 'Just My Imagination' ini merupakan seorang panutan bagi setiap penggemarnya. Dolores juga adalah sosok inspirasional bagi band-band yang memiliki vokalis perempuannya. Menurut kantor berita Reuters seperti dikutip Rolling Stone, penyebab kematiannya masih belum dapat diketahui dan masih dalam status 'unexplained'.
Dolores berkiprah bersama The Cranberries sejak tahun 1989 silam. Dengan segala prestasi yang mereka capai majalah Rolling Stone sempat menamai mereka 'Ireland's Biggest Musical Export since U2'. Tidak berlebihan rasanya mengingat perjalanan mereka hingga saat ini Dolores tidak lagi bersama.
Saya turut merasakan sendiri bagaimana sulitnya memilih lagu apabila membentuk 'band dadakan' dengan vokalis perempuan semasa sekolah dulu. Mau ikut The Corrs rasanya terlalu sulit dan kompleks. Jarang ada anak perempuan mau menyumbangkan suaranya untuk mengimbangi vokal Andrea Corrs. Jadi, memainkan satu dari sekian hits The Cranberries adalah pilihan yang paling masuk akal. Penonton tidak akan terlalu peduli apakah vokalnya fals atau terlalu rendah. They will still hear the band playing.
Anyway, si anak tunggal dari tujuh bersaudara ini telah tiada. Namun, jejak langkahnya telah memberikan energi dan inspirasi. Goodbye, Dolores. You are now free from their tanks and their bombs.
Jurangmangu, 16 Januari 2018.
Pelantun hits terkenal seperti 'Dreams', 'Zombie', 'Salvation', 'Linger', 'Promises', dan 'Just My Imagination' ini merupakan seorang panutan bagi setiap penggemarnya. Dolores juga adalah sosok inspirasional bagi band-band yang memiliki vokalis perempuannya. Menurut kantor berita Reuters seperti dikutip Rolling Stone, penyebab kematiannya masih belum dapat diketahui dan masih dalam status 'unexplained'.
Dolores berkiprah bersama The Cranberries sejak tahun 1989 silam. Dengan segala prestasi yang mereka capai majalah Rolling Stone sempat menamai mereka 'Ireland's Biggest Musical Export since U2'. Tidak berlebihan rasanya mengingat perjalanan mereka hingga saat ini Dolores tidak lagi bersama.
Saya turut merasakan sendiri bagaimana sulitnya memilih lagu apabila membentuk 'band dadakan' dengan vokalis perempuan semasa sekolah dulu. Mau ikut The Corrs rasanya terlalu sulit dan kompleks. Jarang ada anak perempuan mau menyumbangkan suaranya untuk mengimbangi vokal Andrea Corrs. Jadi, memainkan satu dari sekian hits The Cranberries adalah pilihan yang paling masuk akal. Penonton tidak akan terlalu peduli apakah vokalnya fals atau terlalu rendah. They will still hear the band playing.
Anyway, si anak tunggal dari tujuh bersaudara ini telah tiada. Namun, jejak langkahnya telah memberikan energi dan inspirasi. Goodbye, Dolores. You are now free from their tanks and their bombs.
Jurangmangu, 16 Januari 2018.
Sabtu, 06 Januari 2018
Selamat Jalan, Om Yon
Sumber gambar: musixmatch.com |
Jum'at pagi ini saya seakan tidak percaya ketika membaca running text sebuah stasiun televisi. Isi berita nan singkat itu ibarat sebuah pesan telegram: Yon Koeswoyo meninggal dunia.
Tulisan ini dibuat pada Jum'at malam saat acara "Mengenang Yon Koeswoyo" disiarkan Lembaga Penyiaran Publik tercinta kita. Sebuah pentas kecil yang mengulang kembali kejayaan Koes Plus dengan menampilkan generasi kedua mereka. Acara yang juga menandai perjalanan 30 tahun Koes Plus berkarya. Om Yon terlihat masih segar.
Saya mulai akrab dengan karya Koes Plus lewat album 'Pantun Berkait' yang sering diputar Bapak selepas adzan Isya. Lirik lagu 'Perasaank begitu mengena pada saya. Pun, 'Tangis Dihatiku'. Suara Om Yon selalu terngiang-ngiang setiap ingat lagu-lagu itu.
Saya belum paham betul sebab meninggalnya Om Yon. Saya belum membaca berita apapun mengenai kabar duka ini. Apapun itu, Om Yon kini meninggalkan kita dan telah beristirahat bersama dengan Om Tonny dan Om Murry.
Om Yon telah pergi, entah dengan menitipkan tangis dihatinya atau tidak. Namun, beban hidupnya kini tak lagi berat karena betapa megah hidupnya kau bilang, dalam tidurmu semua akan hilang.
Medan Merdeka Barat, 5 Januari 2018.
Kamis, 04 Januari 2018
#BeraniGagal ala Si Juki
"Tidak penah gagal belum tentu hebat, terutama bagi yang belum pernah mencoba" - Si Juki
Sumber gambar: www.goodreads.com |
Perkenalan saya dengan Si Juki dimulai pada zaman Twitter masih berkuasa. Entah medio 2012 atau 2013. Yang jelas, saat itu saya sudah tertarik dengan karakter Si Juki namun belum mau untuk membaca komiknya. Saya hanya mampu stalking sesekali ke akun Twitter Faza Meonk @Fazameonk, Sang Pencipta karakter bernama asli Muhamad Marzuki ini.
Belum lama ini muncul iklan di media televisi tentang rilis film Si Juki. Sebuah kabar baik untuk jagad perkomikan di Indonesia. Karya yang tadinya hanya sebatas cetakan buku dapat dinikmati sebagai satu produk sinematografi. Ya, tidak berlebihan bila sama menyamakan Komik Si Juki dengan Komik Dragon Ball yang sudah lebih dulu melegenda.
Komik edisi #BeraniGagal ini mengisahkan rentetan cerita kegagalan yang dialami Si Juki. Dimulai dengan perjalanan Si Juki yang ikut serta dalam Pemilu 2014 dalam format digital. Si Juki menang, namun hasilnya tidak diakui. Mantan Capres yang berduet dengan Si Tuti ini dirundung kegagalan.
Ini adalah pengalaman pertama saya dengan komik Si Juki. Memang ada beberapa missing link karena saya tidak membaca beberapa buku sebelumnya. Namun, hal itu tidak menjadi masalah besar karena komik ini punya alurnya sendiri.
Saya suka alur ceritanya yang dirunut dari awal. Cerita dimulai dari bab Si Juki Sang Capres Gagal, Silsilah Kegagalan, Legenda Kegagalan, Yang Gagal dan Dilahirkan, Tak Selamanya Gagal Itu Pahit, Impian dan Kegagalan. Keresahan kaum Jomblo pun dikisahkan pada bab Jomlo (tidak sama dengan) Gagal. Mengikuti seterusnya bab Semua Pernah Gagal.
Sebagai buku yang habis dibaca sekali duduk, komik Si Juki edisi ini sangat menghibur. Buku ini pun tidak semuanya berisi panel komik. Ada beberapa narasi yang harus dibaca sebagai pengantar sebelum melihat adegan komikal, tentu masih dengan rentetan humor. Ada banyak celotehan segar yang mampu membuat tertawa puas. Ada beberapa sindiran satir dan sinis terhadap kemajuan teknologi akhir-akhir ini. Namun, diatas itu semua yang lebih penting adalah pesan-pesan dalam menyikapi kegagalan. Agaknya, pesan-pesan itulah yang berusaha disampaikan Si Juki untuk Generasi Zaman Now, agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan.
Anyway, Catatan Hampir Teladan Si Juki ini mengingatkan saya sekilas pada buku Catatan Mahasiswa Gila milik Adhitya Mulya. Ada banyak kejadian konyol didalam kedua buku itu, tetapi muatan pesan dan hikmah keduanya tetap kental dan sangat mudah dipahami. Semoga semakin banyak lagi komik karya anak bangsa, yang tidak hanya pandai menghibur tapi juga jagoan memberikan teladan.
Belum lama ini muncul iklan di media televisi tentang rilis film Si Juki. Sebuah kabar baik untuk jagad perkomikan di Indonesia. Karya yang tadinya hanya sebatas cetakan buku dapat dinikmati sebagai satu produk sinematografi. Ya, tidak berlebihan bila sama menyamakan Komik Si Juki dengan Komik Dragon Ball yang sudah lebih dulu melegenda.
Komik edisi #BeraniGagal ini mengisahkan rentetan cerita kegagalan yang dialami Si Juki. Dimulai dengan perjalanan Si Juki yang ikut serta dalam Pemilu 2014 dalam format digital. Si Juki menang, namun hasilnya tidak diakui. Mantan Capres yang berduet dengan Si Tuti ini dirundung kegagalan.
Ini adalah pengalaman pertama saya dengan komik Si Juki. Memang ada beberapa missing link karena saya tidak membaca beberapa buku sebelumnya. Namun, hal itu tidak menjadi masalah besar karena komik ini punya alurnya sendiri.
Saya suka alur ceritanya yang dirunut dari awal. Cerita dimulai dari bab Si Juki Sang Capres Gagal, Silsilah Kegagalan, Legenda Kegagalan, Yang Gagal dan Dilahirkan, Tak Selamanya Gagal Itu Pahit, Impian dan Kegagalan. Keresahan kaum Jomblo pun dikisahkan pada bab Jomlo (tidak sama dengan) Gagal. Mengikuti seterusnya bab Semua Pernah Gagal.
Sebagai buku yang habis dibaca sekali duduk, komik Si Juki edisi ini sangat menghibur. Buku ini pun tidak semuanya berisi panel komik. Ada beberapa narasi yang harus dibaca sebagai pengantar sebelum melihat adegan komikal, tentu masih dengan rentetan humor. Ada banyak celotehan segar yang mampu membuat tertawa puas. Ada beberapa sindiran satir dan sinis terhadap kemajuan teknologi akhir-akhir ini. Namun, diatas itu semua yang lebih penting adalah pesan-pesan dalam menyikapi kegagalan. Agaknya, pesan-pesan itulah yang berusaha disampaikan Si Juki untuk Generasi Zaman Now, agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan.
Anyway, Catatan Hampir Teladan Si Juki ini mengingatkan saya sekilas pada buku Catatan Mahasiswa Gila milik Adhitya Mulya. Ada banyak kejadian konyol didalam kedua buku itu, tetapi muatan pesan dan hikmah keduanya tetap kental dan sangat mudah dipahami. Semoga semakin banyak lagi komik karya anak bangsa, yang tidak hanya pandai menghibur tapi juga jagoan memberikan teladan.
Judul : #BeraniGagal: Catatan Hampir Teladan Si Juki
Penulis : Faza Meonk, et.al
Penerbit : Bukune
Tahun : 2016
Tebal : 156 hal.
Genre : Komik Indonesia
Cipayung-Cengkareng, 4 Januari 2018.
Langganan:
Postingan (Atom)