Sore di Pangandaran adalah sisa-sisa kerinduan. Dibawah
langit yang mendung dan jalanan basah. Para wisatawan segera bersiap
menyambut datangnya malam. Malam belum menjelang. Senja pun belum turun.
Betapa bahagianya kami dapat berjumpa kembali sahabat seperjuangan
dengan plat D. Tak lama setelah melepas rindu dan laporan sama yang
punya hajat, kami segera menjelajah pantai.
Senja mulai
turun dan gelap. Angin semakin kencang. Kami masih di pantai.
Bermain-main dengan ombak yang saling berkejaran. Blitz dari kamera
digital yang bagai petir itu menandai kami yang rada-rada narsis ini.
Hujan kembali turun. Hujan mengusir kami kembali ke madrasah.
Selepas
waktu Isya, rasanya perut ini mulai berteriak minta diisi. Betul saja,
cacing-cacingnya sudah minta makan. Mereka teriak ingin makan seafood
atau sekedar ikan baker. Tak hanya itu saja, mereka juga berteriak ingin
makan di restoran yang ada TV-nya supaya mereka (lagi-lagi) bisa
berteriak mendukung Firman Utina Cs yang sedang menjaga skor tetap 1-0.
Selama
babak kedua itulah waktu makan kami. Indonesia kalah 2-1. Perut
kenyang. Udang terkulai. Kerapu terbakar. Asap rokok mengepul. Heuaay.
Pulang. Cari duren. Duren menyapa dihadapan kami. Sengaja kami menghadap
pantai timur dalam gelap yang semakin pekat. Kacang rebus dan kamera
masih jadi teman kami.
Tak lama, tiga orang sahabat menyusul
kami. Semakin lengkap rasanya malam minggu ini. Sahabat, kopi hitam,
kopi susu, kacang rebus, dan sepenggal kisah.
Ada kejadian
yang membosankan ketika harus menemukan penginapan tempat para perempuan
akan menginap. Sudah 3 kali keliling tapi tetap hasilnya 0 besar.
Untung, Tuhan masih menitipkan tanda-tanda kekuasaanNya hingga kami pun
tahu harus menuju kemana.
Kami, para lelaki, tiba di
penginapan dan langsung membuka apapun yang kami bawa. Buka baju. Buka
celana. Buka mulut (nguap tandanya ngantuk). Buka tas. Buka seleting
(mau pipis…). Buka minum. Buka laptop nonton bokep (yeahhh..) Buka mata
sampai jam 2 pagi. Sayangnya, DJ_arot sudah terkulai duluan. Perlahan
disusul Christ, Mamank, Angga and Kubil.
Malam yang semakin dingin dan sedikit gerimis menutup cerita malam itu.
Pegangsaan Dua, 22 Desember 2008
Tulisan ini berasal dari Notes di Facebook, diedit kembali tanggal 22 Desember 2023 untuk terbit di blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar