Jumat, 22 Desember 2023

Cerita dari Pangandaran - Part 2



Sore di Pangandaran adalah sisa-sisa kerinduan. Dibawah langit yang mendung dan jalanan basah. Para wisatawan segera bersiap menyambut datangnya malam. Malam belum menjelang. Senja pun belum turun. Betapa bahagianya kami dapat berjumpa kembali sahabat seperjuangan dengan plat D. Tak lama setelah melepas rindu dan laporan sama yang punya hajat, kami segera menjelajah pantai.


Senja mulai turun dan gelap. Angin semakin kencang. Kami masih di pantai. Bermain-main dengan ombak yang saling berkejaran. Blitz dari kamera digital yang bagai petir itu menandai kami yang rada-rada narsis ini. Hujan kembali turun. Hujan mengusir kami kembali ke madrasah.


Selepas waktu Isya, rasanya perut ini mulai berteriak minta diisi. Betul saja, cacing-cacingnya sudah minta makan. Mereka teriak ingin makan seafood atau sekedar ikan baker. Tak hanya itu saja, mereka juga berteriak ingin makan di restoran yang ada TV-nya supaya mereka (lagi-lagi) bisa berteriak mendukung Firman Utina Cs yang sedang menjaga skor tetap 1-0.


Selama babak kedua itulah waktu makan kami. Indonesia kalah 2-1. Perut kenyang. Udang terkulai. Kerapu terbakar. Asap rokok mengepul. Heuaay. Pulang. Cari duren. Duren menyapa dihadapan kami. Sengaja kami menghadap pantai timur dalam gelap yang semakin pekat. Kacang rebus dan kamera masih jadi teman kami.


Tak lama, tiga orang sahabat menyusul kami. Semakin lengkap rasanya malam minggu ini. Sahabat, kopi hitam, kopi susu, kacang rebus, dan sepenggal kisah.


Ada kejadian yang membosankan ketika harus menemukan penginapan tempat para perempuan akan menginap. Sudah 3 kali keliling tapi tetap hasilnya 0 besar. Untung, Tuhan masih menitipkan tanda-tanda kekuasaanNya hingga kami pun tahu harus menuju kemana.


Kami, para lelaki, tiba di penginapan dan langsung membuka apapun yang kami bawa. Buka baju. Buka celana. Buka mulut (nguap tandanya ngantuk). Buka tas. Buka seleting (mau pipis…). Buka minum. Buka laptop nonton bokep (yeahhh..) Buka mata sampai jam 2 pagi. Sayangnya, DJ_arot sudah terkulai duluan. Perlahan disusul Christ, Mamank, Angga and Kubil.


Malam yang semakin dingin dan sedikit gerimis menutup cerita malam itu.

 

Pegangsaan Dua, 22 Desember 2008

Tulisan ini berasal dari Notes di Facebook, diedit kembali tanggal 22 Desember 2023 untuk terbit di blog ini.


Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...