“Time goes on, people touch and they’re gone…” *)
Bung, masih sadarkah anda bahwa zaman pembangunan masih berlangsung kendati sudah bukan zaman orde baru? Masih sadarkah anda bahwa proses pembangunan secara fisik masih berlangsung di depan mata kita sehari-hari? Masih sadarkah anda bahwa kita tidak bisa lepas dari makhluk yang namanya pembangunan?
Saya baru sadar kemarin, ketika melihat truk molen pengaduk pasir beton hilir mudik keluar masuk komplek. Oh ya, saya lupa kasih tahu Bung kalau saya tinggal di sebuah komplek perumahan di pinggiran kota. Kebetulan dibelakang komplek ini telah dibangun sebuah megaproyek untuk ukuran kota Cimahi. Lahan yang dulunya adalah persawahan dengan hasil yang lumayan kini telah berganti dengan deretan gedung. Tentu bukan deretan gedung seperti di ruas Jalan Thamrin-Sudirman, Jakarta.
Entah sebuah proyek ambisius atau memang program pemerintah proyek ini dinamakan Rusunami. Kurang lebih singkatan dari Rumah Susun untuk Warga Miskin. Walaupun begitu, saya lebih suka menyebutnya dengan sebutan apartemen bukan rusun atawa rumah susun. Saya masih belum bisa membedakan antara rumah susun dengan apartemen seperti yang sedang anda tempati saat ini. Apa karena status peruntukannya lantas rusunami versi pemerintah tidak boleh disejajarkan minimal disamakan penamaannya dengan apartemen megah buatan Agung Podomoro Group? Lain kali kita bahas.
Begitulah Bung. Setiap harinya 3-4 unit truk molen mengantri menunggu giliran untuk melaksanakann tugasnya: menumpahkan adukan semen dan pasir. Pemandangan serupa tentu bukan yang pertama kali saya lihat. Sudah ratusan mungkin ribuan kali saya berpapasan dengan truk molen dengan label perusahaan yang berbeda. Yang membuatnya terasa berbeda kali ini adalah bahwa truk-truk itu kini beroperasi di dekat rumah saya tinggal lalu saya merasa bahwa telah terjadi banyak perubahan. Terutama dalam waktu setahun terakhir ini.
Saya melihat bahwa pembangunan yang kini semakin mendekat dan nampak jelas di mata saya telah membawa dampak yang besar bagi sebagian penduduk di komplek saya. Saya bisa merasakan gairah perekonomian yang akan segera menggeliat dan menuju klimaksnya. Semua terasa lebih dinamis. Berbeda jauh dengan kondisi beberapa tahun ke belakang dimana suasana komplek cenderung lebih statis dan monoton. Pembangunan rusunami itu akan membuka akses yang lebih luas dengan komplek kami sebagai sentral dari pertumbuhannya.
Sementara pembangunan masih terus berlangsung saya mengamati perubahan-perubahan lainnya. Orang tua kami mulai memasuki masa pensiunnya. Sebagian dari mereka ada yang menghabiskan uang pensiunnya dengan naik haji ke Tanah Haram. Ada yang membeli mobil untuk disewakan kembali. Ada yang membeli rumah untuk dikontrakkan kembali. Ada yang membuka warung di teras rumahnya. Ada yang mencari aktivitas rutin di Masjid. Ada yang senang di rumah saja barangkali sambil menghitung jumlah uang pensiun yang masih tersisa.
Kemudian, kami yang seumuran dengan saya dan dengan Bung juga mulai memasuki usia produktif menurut angkatan kerja. Beragam pekerjaan kami jalani. Ada yang jadi kru event organizer, ada yang merantau ke luar kota, ada yang jadi pekerja part-time, ada yang kerja di bank dan gajian setiap tanggal 25, ada yang jadi guru olahraga, ada yang jadi guru TK, ada yang jadi staf marketing dealer motor, ada yang kerjanya di rumah saja-seperti saya ini.
Perubahan lainnya yang bisa dibilang cukup drastis adalah kaum remajanya. Entah karena pengaruh zaman yang semakin maju dengan pembangunannya kini mereka tidak seperti kami ketika remaja dulu. Dengan arus information superhighway membuat mereka lebih cepat belajar dan terbuka terhadap suatu hal. Jangan heran bila Bung menemukan anak SD yang bertanya siapa Miyabi itu. Semuanya jadi antitesis kami dahulu.
Begitulah, generasi-generasi baru terus dilahirkan dan membuat semarak dunia ini. Sama halnya dengan pembangunan yang akan terus jadi tanda perubahan. Tidak ada yang abadi. Perubahan itulah yang abadi.
Salam dari Pharmindo,
Cimahi, 25 November 2009
*) David Foster & Olivia Newton John, “For Just a Moment”, OST. St. Elmo’s Fire
Bung, masih sadarkah anda bahwa zaman pembangunan masih berlangsung kendati sudah bukan zaman orde baru? Masih sadarkah anda bahwa proses pembangunan secara fisik masih berlangsung di depan mata kita sehari-hari? Masih sadarkah anda bahwa kita tidak bisa lepas dari makhluk yang namanya pembangunan?
Saya baru sadar kemarin, ketika melihat truk molen pengaduk pasir beton hilir mudik keluar masuk komplek. Oh ya, saya lupa kasih tahu Bung kalau saya tinggal di sebuah komplek perumahan di pinggiran kota. Kebetulan dibelakang komplek ini telah dibangun sebuah megaproyek untuk ukuran kota Cimahi. Lahan yang dulunya adalah persawahan dengan hasil yang lumayan kini telah berganti dengan deretan gedung. Tentu bukan deretan gedung seperti di ruas Jalan Thamrin-Sudirman, Jakarta.
Entah sebuah proyek ambisius atau memang program pemerintah proyek ini dinamakan Rusunami. Kurang lebih singkatan dari Rumah Susun untuk Warga Miskin. Walaupun begitu, saya lebih suka menyebutnya dengan sebutan apartemen bukan rusun atawa rumah susun. Saya masih belum bisa membedakan antara rumah susun dengan apartemen seperti yang sedang anda tempati saat ini. Apa karena status peruntukannya lantas rusunami versi pemerintah tidak boleh disejajarkan minimal disamakan penamaannya dengan apartemen megah buatan Agung Podomoro Group? Lain kali kita bahas.
Begitulah Bung. Setiap harinya 3-4 unit truk molen mengantri menunggu giliran untuk melaksanakann tugasnya: menumpahkan adukan semen dan pasir. Pemandangan serupa tentu bukan yang pertama kali saya lihat. Sudah ratusan mungkin ribuan kali saya berpapasan dengan truk molen dengan label perusahaan yang berbeda. Yang membuatnya terasa berbeda kali ini adalah bahwa truk-truk itu kini beroperasi di dekat rumah saya tinggal lalu saya merasa bahwa telah terjadi banyak perubahan. Terutama dalam waktu setahun terakhir ini.
Saya melihat bahwa pembangunan yang kini semakin mendekat dan nampak jelas di mata saya telah membawa dampak yang besar bagi sebagian penduduk di komplek saya. Saya bisa merasakan gairah perekonomian yang akan segera menggeliat dan menuju klimaksnya. Semua terasa lebih dinamis. Berbeda jauh dengan kondisi beberapa tahun ke belakang dimana suasana komplek cenderung lebih statis dan monoton. Pembangunan rusunami itu akan membuka akses yang lebih luas dengan komplek kami sebagai sentral dari pertumbuhannya.
Sementara pembangunan masih terus berlangsung saya mengamati perubahan-perubahan lainnya. Orang tua kami mulai memasuki masa pensiunnya. Sebagian dari mereka ada yang menghabiskan uang pensiunnya dengan naik haji ke Tanah Haram. Ada yang membeli mobil untuk disewakan kembali. Ada yang membeli rumah untuk dikontrakkan kembali. Ada yang membuka warung di teras rumahnya. Ada yang mencari aktivitas rutin di Masjid. Ada yang senang di rumah saja barangkali sambil menghitung jumlah uang pensiun yang masih tersisa.
Kemudian, kami yang seumuran dengan saya dan dengan Bung juga mulai memasuki usia produktif menurut angkatan kerja. Beragam pekerjaan kami jalani. Ada yang jadi kru event organizer, ada yang merantau ke luar kota, ada yang jadi pekerja part-time, ada yang kerja di bank dan gajian setiap tanggal 25, ada yang jadi guru olahraga, ada yang jadi guru TK, ada yang jadi staf marketing dealer motor, ada yang kerjanya di rumah saja-seperti saya ini.
Perubahan lainnya yang bisa dibilang cukup drastis adalah kaum remajanya. Entah karena pengaruh zaman yang semakin maju dengan pembangunannya kini mereka tidak seperti kami ketika remaja dulu. Dengan arus information superhighway membuat mereka lebih cepat belajar dan terbuka terhadap suatu hal. Jangan heran bila Bung menemukan anak SD yang bertanya siapa Miyabi itu. Semuanya jadi antitesis kami dahulu.
Begitulah, generasi-generasi baru terus dilahirkan dan membuat semarak dunia ini. Sama halnya dengan pembangunan yang akan terus jadi tanda perubahan. Tidak ada yang abadi. Perubahan itulah yang abadi.
Salam dari Pharmindo,
Cimahi, 25 November 2009
*) David Foster & Olivia Newton John, “For Just a Moment”, OST. St. Elmo’s Fire
Tidak ada komentar:
Posting Komentar