Menikmati Johor
Ada banyak tujuan yang ingin kami nikmati selama di Johor ini. Sebut saja Lego Land atau Hello Kitty Town. Namun, karena memang lokasi keduanya sangat jauh dan waktu tinggal kami yang cuma semalam, saya dan Ella urung pergi kesana. Barangkali nanti kami harus menyediakan waktu lebih banyak.
Masjid Sultan Abu Bakar, Johor Bahru |
Tujuan kami hari ini sebelum pulang adalah Masjid Sultan Abu Bakar. Kebetulan hari ini adalah hari Jum’at barangkali ada sedikit keramaian menjelang shalat Jum’at, perhaps. Selebihnya, karena memang tidak ada lagi objek wisata terdekat dari penginapan kami. Saya sendiri tidak mencari tahu lebih dahulu mengenai sejarah Masjid ini. Hanya beberapa review yang saya baca mensyaratkan kami supaya mampir kesana.
Kami pun segera melaju dengan taksi usai check-out. Suasana pagi yang saya kenal. Bedanya, disini lebih sepi sehingga menghadirkan perasaan tenteram. Tidak seperti di Kuala Lumpur dimana kita harus menyesuaikan diri dengan derap langkah khas ibukota. Kami membayar taksi seharga RM 7 untuk sampai ke Masjid.
Masjid Sultan Abu Bakar terletak tepat di tepi Selat Johor. Masjid ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan lain. Diantaranya adalah Mahad dan sekolah. Pemandangan sekitarnya cukup menyenangkan dan melegakan. Hamparan lautan biru beradu dengan daratan Singapura di tapal batas horison.
Saya segera mencari posisi yang tepat untuk mengambil foto. Kebetulan matahari bersinar terik di langit Johor. Kami berfoto di sisi Masjid yang menghadap ke laut. Kami hanya punya waktu setengah jam disini. Kami tidak ingin terlalu lama lagi berada disini sehingga terlambat menyeberang ke Singapura dan Batam.
Sesi foto selesai. Kami telah mengemas kenangan di Masjid ini. Waktunya kembali ke JB Sentral di pusat kota. Rupanya, Johor tidak hanya memberi kenangan sebatas gambar. Kami masih harus menunggu 15 menit untuk dapat taksi yang mamu mengangkut kami ke JB Sentral. Kami menunggu di tepi jalan yang sepi. Hanya beberapa kendaraan yang melintas setiap lima menit. Beruntung, ada taksi yang searah dengan kami.
Setibanya di JB Sentral, kami segera naik bis tujuan Singapura. Kami menuju Bangunan Sultan Iskandar dimana terdapat kantor imigrasi Johor Bahru. Kami hanya perlu lima menit untuk urusan cap paspor. Saya dan Ella naik bis tujuan Kranji dengan tarif RM 1 atau SGD 1. Terserah mau pake mata uang yang mana.
Menuju Singapura
Menjelang pukul sepuluh pagi, rupanya jalan tol menuju Woodlands dilanda kemacetan. Mungkin saja, hal ini disebabkan usainya liburan tahun baru sehingga terjadi arus balik dari Johor menuju Singapura. Sebelum tiba di Woodlands, kami sudah turun dari bis dan berjalan kaki menuju kantor imigrasi Singapura.
Kejutan belum berhenti. Setelah mengisi form imigrasi, kami menghadapi antrian lagi. Antrian yang baru mencapai giliran kami satu jam kemudian. Masih ada lelah di wajah kami berdua. Kami memang ingin segera beristirahat. Maksudnya, segera tiba di Singapura, makan siang, lalu pergi menyeberang ke Batam. Well said, kami menghabiskan satu jam ini dengan mengantri sambil mengobrol.
Jam sebelas waktu kami naik bis ke Kranji. Tidak ada yang berubah disana. Warung nasi yang menjual makanan seharga SGD 2 masih tetap buka dan antrian penumpang KRT masih sama seperti kemarin-kemarin. Kami salah naik kereta. Kami naik ke arah Woodlands sehingga harus menunggu kereta selanjutnya. Perjalanan pun terasa lambat. Setengah satu siang kami tiba di Dhoby Ghaut. Kami Ella masuk antrian untuk menukarkan 2 kartu daily pass yang kami beli kemarin lusa demi mendapatkan deposit SGD 40. Lima belas menit saja dan itu cukup membuat kami kalang kabut menuju Stasiun MRT Bugis untuk membeli oleh-oleh di Bugis Market.
Lunch at Bugis
Dengan alasan waktu yang merambat, saya menganjurkan Ella untuk tidak mengelilingi pasar. Cukup beli di kios yang dulu pernah saya sambangi. Urusan oleh-oleh selesai. Sudah jam satu lebih dan kami harus makan siang sebelum melanjutkan perjalanan. Perut kami sudah minta diisi sejak mengantri di Woodlands.
Kami makan di food court seberang Bugis Market. Kami memesan nasi rames ala Singapura. Menunya cukup lengkap untuk harga SGD 3. Untuk minum, saya membeli dua gelas jus buah yang segelasnya berharga SGD 1 di Pasar Bugis. Beberapa warga dan anak sekolahan duduk di meja sekeliling kami. Yang mengagetkan, tempat makan ini menyediakan menu tambahan yaitu petai!
Perjalanan berlanjut. Kami kembali ke stasiun MRT Bugis untuk segera meluncur ke Harbourfront MRT Station.
Bandung, 2 Januari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar