"dengan darah dituliskan kemerdekaan bangsa"
kawan seperjuangan heningkan cipta
(Di Kubur Pahlawan - Rosihan Anwar)
Rosihan Anwar kembali lagi dengan jilid terbaru dari Sejarah Kecil 'Petite Histoire'. Buku jilid ke-7 ini merupakan kumpulan dari tiga buku lama yang terbit pada tahun 1970-an. 'Kisah-kisah Zaman Revolusi', "Kisah-Kisah Jakarta setelah Proklamasi', dan 'Kisah-Kisah Jakarta Menjelang Clash ke-1'. Ketiganya diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya.
Penerbitan kembali buku ini tidak lepas dari amanat beliau, yang menginginkan ketiga buku itu diterbitkan kembali secara lebih baik setelah tahun 2000. Sayang sekali, hasrat mendiang Rosihan Anwar untuk menerbitkan kembali ketiga buku itu tidak sampai. Namun, gagasan untuk penerbitan kembali itu pun kemudian dijadikan serial terbaru untuk melengkapi rangkaian 'Petite Histoire'. Bertepatan dengan peringatan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, tahun 2015 ini, buku ini hadir ke tengah pembaca.
Isi dari ketiga buku itu amat monumental. Rosihan Anwar menceritakan secara gamblang, aktual, dan historis semua peristiwa yang terjadi, dilihat, dan dialami sendiri oleh beliau pada periode Revolusi Perang Kemerdekaan 1945-1949. Pada setiap pertemuan ilmiah kesejarahan, kisah-kisah ini seringkali diceritakan. Sebagai usaha untuk memproyeksikan kembali sejarah nasional secar akurat, terukur, serta filosofis.
Buku serial terakhir 'Petite Histoire' ini dibagi ke dalam tiga judul besar. Bagian pertama diawali oleh Kisah-kisah Jakarta Setelah Proklamasi. Rosihan Anwar menuliskan kesaksiannya terhadap keadaan Jakarta pasca diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 dan beberapa kejadian yang mengelilinginya. Diantaranya adalah Rapat Besar di Lapangan Ikada (Lapangan Banteng), 19 September 1945; dan juga peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Adapun, pada bagian kedua, Kisah-kisah Zaman Revolusi, Rosihan Anwar menceritakan beberapa peristiwa bersejarah dalam lingkup yang lebih luas. Almarhum dengan lugas bercerita tentang kejatuhan Semarang; Front Jakarta-Bekasi; Sandiwara Malino, yang adalah usaha Belanda untuk memecah belah Republik Indonesia melalui pembentukan Negara Indonesia Timur; Pembantaian Raymond Westerling; hingga misi pemjemputan Jenderal Besar Soedirman dari gerilya. Pada bagian ini, peran Inggris sebagai penerima mandat sekutu untuk masa peralihan dari Jepang dituturkan lebih gamblang. Hal yang tidak begitu nampak pada keenam serial 'Petite Histoire' sebelumnya.
Bagian terakhir diberi judul Kisah-kisah Jakarta Menjelang Clash Ke-1. Keadaan Jakarta diceritakan amat jelas menjelang aksi polisionil Belanda yang selalu dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I, 21 Juli 1947. Pada bagian ini, Rosihan Anwar tidak hanya bercerita mengenai pengalaman pribadinya saja, termasuk ketika menjadi asisten Sir Archibald Clark Kerr. Rosihan Anwar juga menulis tentang sepak terjang Tan Malaka (secara terbatas) dan membalas Surat Terbuka dari seorang wartawan Belanda, yang mencibir usaha-usaha Rosihan Anwar sebagai wartawan pejuang Republik.
Adapun, pada bagian kedua, Kisah-kisah Zaman Revolusi, Rosihan Anwar menceritakan beberapa peristiwa bersejarah dalam lingkup yang lebih luas. Almarhum dengan lugas bercerita tentang kejatuhan Semarang; Front Jakarta-Bekasi; Sandiwara Malino, yang adalah usaha Belanda untuk memecah belah Republik Indonesia melalui pembentukan Negara Indonesia Timur; Pembantaian Raymond Westerling; hingga misi pemjemputan Jenderal Besar Soedirman dari gerilya. Pada bagian ini, peran Inggris sebagai penerima mandat sekutu untuk masa peralihan dari Jepang dituturkan lebih gamblang. Hal yang tidak begitu nampak pada keenam serial 'Petite Histoire' sebelumnya.
Bagian terakhir diberi judul Kisah-kisah Jakarta Menjelang Clash Ke-1. Keadaan Jakarta diceritakan amat jelas menjelang aksi polisionil Belanda yang selalu dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I, 21 Juli 1947. Pada bagian ini, Rosihan Anwar tidak hanya bercerita mengenai pengalaman pribadinya saja, termasuk ketika menjadi asisten Sir Archibald Clark Kerr. Rosihan Anwar juga menulis tentang sepak terjang Tan Malaka (secara terbatas) dan membalas Surat Terbuka dari seorang wartawan Belanda, yang mencibir usaha-usaha Rosihan Anwar sebagai wartawan pejuang Republik.
Melalui bagian terakhir, terlihat secara jelas bagaimana usaha Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia sangat besar. Belanda masih ingin menjadikan Republik Indonesia sebagai suatu negara merdeka dibawah Kerajaan Belanda. Untuk itu, Belanda memanfaatkan mandat yang diberikan kepada Inggris hingga akhirnya Inggris percaya bahwa Belanda mampu menjaga keadaan Republik tetap kondusif.
Kisah-kisah dalam trilogi diatas merangkum semua peristiwa dalam satu lintas masa sejarah Republik, terutama menjelang Agresi Militer Belanda yang pertama. Rosihan Anwar, tidak hanya menampilkan kemampuan kewartawanannya belaka. Beliau juga adalah seorang seniman panggung teater. Maka jangan heran, bila pembaca menemukan sisipan puisi dan sajak milik beliau. Pembeda inilah yang membuat buku ini menjadi terkesan lebih personal. Sejarah versi Rosihan Anwar adalah sejarah yang objektif, personal, dan tentu saja: reflektif.
Judul : Sejarah Kecil 'Petite Histiore' Indonesia: Kisah-kisah Zaman Revolusi Kemerdekaan
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2015
Tebal : 354 hal.
Genre : Sejarah Indonesia
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2015
Tebal : 354 hal.
Genre : Sejarah Indonesia
Dharmawangsa, 26 Oktober 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar