Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi |
Catatan Sebelum Tamat
AKU. Terpampang jelas dalam halaman judul sebuah buku berwarna abu-abu. Buku yang tiba-tiba menjadi hits dan bacaan wajib usai tampil di film AADC tahun 2002 silam. Buku kecil yang bercerita tentang Chairil Anwar. Sjuman Djaya, penulisnya, berusaha menulis skenario film berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar. Tentang ‘AKU’, adalah satu karya terpenting dari Sjuman Djaya sehingga menempatkannya di jajaran seniman besar Indonesia.
Keinginan membaca ‘AKU’ memang terlintas sejak zaman AADC. Rangga berhasil membuat suatu gebrakan sastra di kalangan anak muda. Ya, anak-anak muda zaman itu tiba-tiba penasaran dengan buku ini. Termasuk saya. Padahal, setiap lewat toko buku saya hanya mampu memegangnya saja. Tanpa membawanya ke meja kasir. Tidak ada trigger lain yang mampu menumbuhkan keinginan itu.
Chairil Anwar adalah pribadi yang meledak pada zamannya. Karya yang dihasilkannya menunjukkan gairah tinggi pada kehidupan yang dijalaninya. Barangkali, orang zaman sekarang menyebutnya sebagai progresif. Sjuman Djaya memotret perjalanan hidup Chairil Anwar frame by frame sehingga terlihat jelas rentang waktu kehidupannya.
Saya belum tiba pada halaman akhir buku ini. Saya masih terhenti pada halaman pertengahan. Namun, saya dapat merasakan gairah kehidupan Chairil Anwar yang menggelora. Pun, rasa kehilangan yang mendalam akibat duka yang dialami Ibunya dan meninggalnya Nenekda tercinta. Semua itu terangkum dalam skenario yang disusun apik (setidaknya sampai halaman pertengahan) dan benar-benar mampu menerjemahkan ‘Semangat’ yang diinginkan pada zaman itu. Chairil benar-benar ingin hidup seribu tahun lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar