Pada satu wawancara di
televisi, Muhammad “Mice” Misrad menyebutkan bahwa ia sudah mulai berkarya
membuat kartun saat Indonesia mengalami periode runtuhnya Orde Baru. Ia juga
menyebutkan satu judul karyanya ini yang terbit pada tahun 1998. Saya mulai
penasaran dan mencari judul yang dimaksud. Maklum, selama ini saya secara
terbatas mengenal Mice melalui kartun-kartunnya yang popular, seperti serial
Lagak Jakarta dan Tiga Manula. Kartun Komentator Sepakbola kemudian masuk ke
rak buku saya sebagai karya Mice pertama yang saya miliki.
Buku ini terbit kembali
sebagai remake dari buku yang terbit tahun 1999 lalu dengan judul “Rony: Bagimu
Mal-mu, Bagiku Pasar-ku”. Walaupun lahir kembali dengan kemasan yang baru namun
muatan dan esensi yang dibawa pendahulunya tidak lantas luntur. Lihat saja
bagaimana buku ini tampil dengan warna sampul merah dan teks putih serupa
bendera kebangsaan Indonesia.
Pergolakan yang terjadi
selama periode kelahiran Orde Reformasi adalah taman bermain yang memacu
kreativitas para kartunis. Lembaran-lembaran harian ibukota mulai ramai kembali
dengan kolom-kolom gambar kartun. Mereka berbicara mengenai situasi dan isu-isu
terkini yang sedang ramai diperbincangkan khalayak. Dengan demikian, kartun
telah menjadi media yang memuat pesan masyarakat.
Mice mengangkat berbagai
fenomena yang dialami masyarakat Indonesia saat itu. Mulai dari awal terjadinya
krisis ekonomi hingga euforia kebebasan dimaknai sedemikian rupa oleh mereka
yang lepas dari kekangan. Kebebasan berekspresi dan bermedia pun turut berperan
besar dalam “mendidik” masyarakat dalam rangka pelajaran demokrasi reformasi.
Masyarakat dihadapkan
pada era keterbukaan, bahkan cenderung kebablasan. Mice menggambarkan situasi
demonstrasi yang waktu itu menjadi trending topic. Pergerakan mahasiswa pun tak luput dari pandangan mata Mice. Apa saja yang tidak
disetujui, maka masyarakat segera menggelar demonstrasi. Satu hal yang mustahil
terjadi di masa Orde Baru.
Ada beberapa hal yang
menggelitik saya dalam kumpulan kartun ini. Mice sangat jeli sekali menangkap
hal-hal parsial yang tidak biasa. Mice mengingatkan kembali pada model bingkai
kacamata yang tebal dan potongan rambut Ira Koesno yang juga jadi tren pada
masa itu. Ingat, acara berita yang dibawakannya punya rating bagus saat itu.
Testimonial Seno Gumira
Ajidarma dan Wimar Witoelar pada menambah nilai tersendiri dalam muatan dan
kemasan pada edisi remake ini. SGA memberikan pandangan filosofis tentang
bagaimana makna sejarah akan diterapkan dengan penerbitan kembali kartun ini.
Sedangkan, Wimar Witoelar, yang memandu talkshow Perspektif Politik dan
dibredel pada tahun 1995, berpesan bahwa kartun ini adalah cerita yang lucu dan
efektif untuk menggambarkan kondisi Indonesia pada masa awal reformasi walaupun
dibaca hari ini.
Picture fade away, but
memory is forever. Satu gambar bisa bicara beribu makna. Agaknya, Mice telah
membuat kesaksiannya tentang bagaimana roda sejarah bangsa berputar.
Judul : Mice Cartoon: Indonesia 1998
Penulis : Muhammad Misrad
Penerbit : Octopus Garden
Tebal : 125 hal.
Tahun : 2014
Tebal : 125 hal.
Tahun : 2014
Genre : Kartun-Sejarah
Dharmawangsa, 29 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar