Tepat di hari ulang tahun istri tercinta, saya mendapat kado terindah sepanjang karir saya menulis blog. Pembaca blog saya, menembus angka 100.001 pembaca (shared at 31 Agustus 2015, at 10:47 WIB). Sebuah pencapaian yang buat saya pribadi amat pribadi. Walau tentunya angka pencapaian itu masih belum ada apa-apanya bila dihitung rata-rata view per bulan sejak mulai ngeblog pada bulan Agustus tahun 2008 lalu.
Personally, pencapaian 100.000 lebih pembaca (dan akan terus berlanjut) ini merupakan sesuatu yang sangat spesial bagi saya. Blog selendangwarna yang tadinya hanya akan memuat tulisan-tulisan soal review buku, film, dan musik, kini telah bertransformasi dengan tema tulisan yang bertema personal dan kontemplatif. Saya pun kini tidak segan lagi bila ingin berbagi cerita pengalaman sendiri di blog. Sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.
Saya percaya bahwa setiap tulisan mempunyai pembacanya sendiri. Alhasil, saya tidak pernah menamai diri saya sebagai 'blogger'. Pun, berafiliasi dengan menjadi atau pun bergabung dengan perkumpulan blogger mana pun. Alasannya sederhana. Saya hanya ingin tetap menulis tanpa ada pengaruh siapa pun. Saya ingin menjadi penulis yang jujur dan terus tetap menulis tanpa ada kepentingan apapun selain menulis itu sendiri.
Tujuan awal dari dimulainya SelendangWarna Project adalah sebagai dokumentasi pikiran. Saya juga punya keyakinan bahwa dokumentasi akan tetap abadi. Saya, waktu itu (2008) membayangkan bahwa teknologi akan semakin canggih. Mesin pencari Google akan terus dioptimalkan sehingga akan sangat mudah menemukan informasi tentang hal apapun. Dengan adanya diversifikasi media, penggunaan perangkat teknologi pun akan menjadi sangat vital. Berangkat dari situ, maka saya usahakan untuk tetap menulis, setidaknya satu tulisan setiap bulan.
Sejak tahun 2010, saya menetapkan target minimal 6 tulisan terbit di blog. Dengan tambahan tema yang personal dan kontemplatif memang membuat saya tidak terlalu kesulitan menentukan cerita mana yang akan ditulis dan diterbitkan. Beberapa tulisan dalam blog memang ada yang sempat diikutkan dalam lomba menulis. Meskipun begitu, saya rasa masih jarang cerpen yang saya tulis didokumentasikan disana. Saya menyimpannya dalam Goodreads Writing, walaupun belum semuanya.
Belakangan ini, saya bersyukur bahwa blog ini bisa menjadi identitas saya. Dengan maraknya situs social sharing/collaboration, saya dapat dengan leluasa menambahkan alamat blog saya dalam kolom profil. Saya pun dapat dengan mantap berkata "Search aja nama saya di Google, kalau ingin tahu siapa saya.". Bukan tanpa alasan, mesin pencari Google yang semakin optimal membuat dunia semakin mudah menemukan saya. Bahkan, sejak 2008, dosen saya yang sedang short course di Paris menemukan tulisan saya di blog Wordpress yang kemudian jadi tema penelitiannya. For that reason, i'll keep some piece of mind there.
Saya sendiri pernah dibuat kaget ketika mencari sesuatu tentang hubungan Pramoedya Ananta Toer (Pram) dengan Ramon Magsaysay Award yang sempat dihujat oleh beberapa sastrawan. Sebabnya, hasil searching Google yang menunjukkan tulisan dalam blog saya sebagai 4 hits teratas. Alangkah hebatnya perubahan dalam mesin pencari Google ini sejak 2008 lalu. Saya bahkan bisa menemukan diri saya sendiri dalam tulisan yang pernah saya tulis.
Finally, menulis blog mengajarkan saya tentang banyak hal. Tentang konsistensi, misalnya. Menulis blog sendiri buat saya adalah pekerjaan rutin yang melepaskan saya dari segala kegilaan rutinitas harian. Ada waktu ketika saya dengan mudah membuat beberapa tulisan dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh. Ada kalanya saya belum punya bahan apa-apa untuk ditulis sehingga masih berjibaku dengan deadline setiap akhir bulan. Apapun itu, saya bersyukur bahwa kini sudah mampu menulis dan menerbitkan 549 blogpost. Saya tidak akan berhenti menulis, terima kasih.
Trunojoyo, 31 Agustus 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar