Sumber gambar: www.goodreads.com |
Keistimewaan buku ini untuk saya bukan terletak pada
seberapa banyak cerpen karya A.A Navis telah terkumpul dan juga terdokumentasi
dengan baik dalam buku ini. Juga bukan pada cerpen legendarisnya seperti Robohnya Surau Kami. Pada bagian pengantar telah diceritakan soal
bagaimana usaha-usaha pengumpulan kembali tulisan-tulisan A.A Navis. Mulai dari pencarian
dan penelusuran kembali karya-karya beliau yang tececer pada beberapa
publikasi.
Dalam tulisan pembuka itu dapat ditarik sebuah konklusi
bahwa kita sebagai bangsa tidak pernah punya sistem dokumentasi yang baik untuk
karya sastra. Bahkan, Pusat Dokumentasi HB Jassin sekalipun. Peran perpustakaan
Nasional pun tidak ada sama sekali dalam membantu penyusunan antologi ini.
Beberapa persoalan diatas adalah sebuah kritik atas
ditemukannya satu karya A.A Navis dalam sebuah mikrofilm di Perpustakaan
Nasional Australia. Dengan demikian, terkumpul sudah semua cerpen karya A.A
Navis. Tentu hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk berkaca soal kedaulatan
negeri ini atas karya-karya sastranya sendiri.
Pharmindo, 23 Januari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar