Bung, sudah lama rasanya saya tidak menulis lagi disini. Saya tahu anda merindukan tulisan saya Bung yang entah anda anggap sebagai warning, refleksi atau malah hanya catatan omong kosong saja yang tidak akan pernah mungkin jadi bahan anda buat sekedar berkontemplasi. Kalau bukan SMS yang anda kirim tadi malam rasanya saya tidak terlalu perlu untuk menulis catatan ini. Catatan ini saya tulis sembari membaca juga blog dari teman kita yang dulunya penyanyi trio itu dan baru saja lusa kemarin malam keputusan cerainya dikeluarkan sama Pengadilan.
Tidak perlu saya ceritakan siapa dia, Bung juga pasti tahu dan kenal karena saya tahu Bung mempunyai buku-bukunya yang bercerita tentang bintang jatuh dan beberapa cerita tentang kopi. Kini, sembari menulis Mbak ini juga mulai menyanyi lagi tapi nggak bareng sama grupnya yang dulu. Kalau sedikit flashback, konon grup RSD itu dulu bubarnya karena si Mbak ini mengundurkan diri, nah saya pikir grup ini bakal masih nyanyi dan manggung dengan nama baru "Rida Sita Ijah". Ternyata tidak Bung, jalan perpisahan adalah jalan mereka dan kini masing-masing dari mereka juga menapaki hidupnya masing-masing. Yang satu jadi penyiar radio swasta di ibukota sana, yang satu mungkin jadi ibu rumah tangga, dan yang satu lagi, Mbak yang ini yang sedang saya ceritakan disini jadi penulis dan penyanyi dengan status yang tak lagi bersuami.
Begitulah hidup, saya tidak tahu banyak tentangnya, begitu juga dengan si Mbak, saya cuma kenal dan tahu lagunya saja. Memang dia belum kehilangan sentuhannya. Baik dari tulisan ataupun lagu ciptaannya. Namun saya tidak akan membahas itu Bung. Ini cuma pembukaan saja untuk mengingatkan anda siapa tahu anda mau mampir ke blognya. Kalau anda nanti mampir kesana, anda pasti menemukan alasan kenapa lagu My Heart Will Go On dari Tante Celine Dion itu memang layak jadi soundtrack film yang katanya banyak cinta disana.
Gelang warna. Ada apa dengan gelang warna? Apakah cahayanya lebih indah dan berkilau dari senja yang berpendar keemasan? Apakah pesonanya lebih berarti dari kilauan selendang warna? Apakah karena gelang warna lebih mudah dikenakan dibandingkan dengan selendang warna?
Bung, anda tahu kan perempuan yang selalu mengenakan gelang warna itu? Perempuan yang bersekolah di sekolah internasional nomor wahid di kota kita tercinta ini. Tadi, dia juga mengenakan gelang warnanya. Gelang warna yang tampak indah terpasang di lengan kanannya. Lagi-lagi hidup mempertemukan saya dengan perempuan itu. Tapi saya tidak akan bercerita banyak tentangnya. Apalagi yang harus saya ceritakan dari pertemuan yang cuma sekilas itu. Bagai kilat yang menyambar tower BTS di kantor anda itu.
Begini Bung, apakah anda benar-benar menginginkan saya bercerita. Terus terang, sampai catatan ini ditulis saya masih belum tahu akan bercerita tentang apa. Saya benar-benar tidak ada ide. Apa Bung mau mendengarkan cerita saya tentang seorang perempuan yang harus mengubur kenangan 6 tahun bersama kekasihnya? Tentang seorang perempuan yang hanya tinggal di rumahnya tapi skripsinya bisa selesai? Tentang seorang lelaki yang hanya bisa bercerita kala berhadapan dengan laptop? Tentang seorang tukang kayu yang gajinya lebih besar dari pustakawan? Atau tentang seorang lelaki yang telah membunuh harapannya sendiri?
Apalagi yang akan kuceritakan padamu Bung? Saya memang hanya seorang tukang cerita yang berharap suatu saat jadi penulis. Saya menceritakan apa saja yang saya tahu tentang sesuatu, malah kalau perlu yang tidak pernah saya tahu sekalian saya jadikan cerita biar terkesan kalau memang cerita itu benar adanya.
Kalau anda memang benar menginginkan sebuah cerita apalagi yang berbau tragedi rumah tangga mungkin ada baiknya kalau anda mampir lah barang sebentar ke blognya si Mbak. Mungkin anda temukan pencerahan disana, tentang fakta yang bisa dibuat seenaknya oleh wartawan gosip, tentang lagunya Iwan Fals yang lebih bermakna dari lagunya Tante Celine, dan tentang seorang teman yang dijadikan "kambing hitam". Semuanya terjadi dalam dunia kita Bung. Dunia yang membuat kita merasa perlu untuk hidup.
Salam dari Bukit,
Bukit Pakar Timur 100, 10 September 2008, 15.35
NB: Anda masih puasa kan Bung? Buka sama apa hari ini, BTW design blog saya sama dengan punya si Mbak
Tidak perlu saya ceritakan siapa dia, Bung juga pasti tahu dan kenal karena saya tahu Bung mempunyai buku-bukunya yang bercerita tentang bintang jatuh dan beberapa cerita tentang kopi. Kini, sembari menulis Mbak ini juga mulai menyanyi lagi tapi nggak bareng sama grupnya yang dulu. Kalau sedikit flashback, konon grup RSD itu dulu bubarnya karena si Mbak ini mengundurkan diri, nah saya pikir grup ini bakal masih nyanyi dan manggung dengan nama baru "Rida Sita Ijah". Ternyata tidak Bung, jalan perpisahan adalah jalan mereka dan kini masing-masing dari mereka juga menapaki hidupnya masing-masing. Yang satu jadi penyiar radio swasta di ibukota sana, yang satu mungkin jadi ibu rumah tangga, dan yang satu lagi, Mbak yang ini yang sedang saya ceritakan disini jadi penulis dan penyanyi dengan status yang tak lagi bersuami.
Begitulah hidup, saya tidak tahu banyak tentangnya, begitu juga dengan si Mbak, saya cuma kenal dan tahu lagunya saja. Memang dia belum kehilangan sentuhannya. Baik dari tulisan ataupun lagu ciptaannya. Namun saya tidak akan membahas itu Bung. Ini cuma pembukaan saja untuk mengingatkan anda siapa tahu anda mau mampir ke blognya. Kalau anda nanti mampir kesana, anda pasti menemukan alasan kenapa lagu My Heart Will Go On dari Tante Celine Dion itu memang layak jadi soundtrack film yang katanya banyak cinta disana.
Gelang warna. Ada apa dengan gelang warna? Apakah cahayanya lebih indah dan berkilau dari senja yang berpendar keemasan? Apakah pesonanya lebih berarti dari kilauan selendang warna? Apakah karena gelang warna lebih mudah dikenakan dibandingkan dengan selendang warna?
Bung, anda tahu kan perempuan yang selalu mengenakan gelang warna itu? Perempuan yang bersekolah di sekolah internasional nomor wahid di kota kita tercinta ini. Tadi, dia juga mengenakan gelang warnanya. Gelang warna yang tampak indah terpasang di lengan kanannya. Lagi-lagi hidup mempertemukan saya dengan perempuan itu. Tapi saya tidak akan bercerita banyak tentangnya. Apalagi yang harus saya ceritakan dari pertemuan yang cuma sekilas itu. Bagai kilat yang menyambar tower BTS di kantor anda itu.
Begini Bung, apakah anda benar-benar menginginkan saya bercerita. Terus terang, sampai catatan ini ditulis saya masih belum tahu akan bercerita tentang apa. Saya benar-benar tidak ada ide. Apa Bung mau mendengarkan cerita saya tentang seorang perempuan yang harus mengubur kenangan 6 tahun bersama kekasihnya? Tentang seorang perempuan yang hanya tinggal di rumahnya tapi skripsinya bisa selesai? Tentang seorang lelaki yang hanya bisa bercerita kala berhadapan dengan laptop? Tentang seorang tukang kayu yang gajinya lebih besar dari pustakawan? Atau tentang seorang lelaki yang telah membunuh harapannya sendiri?
Apalagi yang akan kuceritakan padamu Bung? Saya memang hanya seorang tukang cerita yang berharap suatu saat jadi penulis. Saya menceritakan apa saja yang saya tahu tentang sesuatu, malah kalau perlu yang tidak pernah saya tahu sekalian saya jadikan cerita biar terkesan kalau memang cerita itu benar adanya.
Kalau anda memang benar menginginkan sebuah cerita apalagi yang berbau tragedi rumah tangga mungkin ada baiknya kalau anda mampir lah barang sebentar ke blognya si Mbak. Mungkin anda temukan pencerahan disana, tentang fakta yang bisa dibuat seenaknya oleh wartawan gosip, tentang lagunya Iwan Fals yang lebih bermakna dari lagunya Tante Celine, dan tentang seorang teman yang dijadikan "kambing hitam". Semuanya terjadi dalam dunia kita Bung. Dunia yang membuat kita merasa perlu untuk hidup.
Salam dari Bukit,
Bukit Pakar Timur 100, 10 September 2008, 15.35
NB: Anda masih puasa kan Bung? Buka sama apa hari ini, BTW design blog saya sama dengan punya si Mbak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar