Hari ini seorang Ayah yang biasa dipanggil Bapak oleh anak-anaknya berulang tahun tepat di hari kedua di bulan Ramadhan 1429 H.
Dalam hidupnya yang sekarang ini ia hanya menjadi seorang penyuka ikan dan penjual pulsa. Ia sendiri mungkin tidak terlalu berharap akan terjadi sesuatu yang istimewa hari ini. Atau malah anak-anaknya yang menyiapkan segala sesuatunya. Ah, ia tidak perlu semua itu. Ia hanya ingin kedua anaknya itu selalu menaati dan menghormatinya saja. Tidak lebih. Apalagi, kini setelah pensiun dan menjalani hidupnya sebagai seorang pensiunan.
Kalau Tuhan mendengar do'anya, semoga Tuhan dapat mengabulkan permintaannya yang ingin hidup sampai menjadi wali nikah anak-anaknya hingga menimang cucu. Artinya, ia meminta umur yang lebih panjang. Agar bisa melihat cucu-cucunya tumbuh besar dan bisa menyebutnya "kakek", "mbah" atau "aki".
Hanya berbeda 10 tahun dari usia negara ini. Dalam usianya yang kesekian itu, ia telah merasakan semuanya.
Aku masih mengenang tangis haru Bapak dan Ibu di hari wisuda itu. Itu hanya sebagian kecil saja dari yang bisa aku berikan. Selebihnya, aku usahakan. Betapa sudah begitu banyak kebaikan yang engkau berikan dan aku masih saja membalasnya dengan perlakuan kasar yang sangat mungkin membuatmu begitu kecewa. Tapi engkau tidak begitu, engkau masih tetap menyapaku dan memperbaiki segala kesalahanku.
Bapak, aku anakmu ini hanya bisa berharap Bapak bisa menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Aku yakin Bapak pernah kecewa dengan anakmu ini, tapi itu semua cuma satu bagian kecil saja dari seluruh pelajaran kehidupan yang engkau berikan.
Bapak, saya tutup tulisan ini dengan lirik lagu yang sering Bapak putar di Windows Media Player. Lagu kesukaan Bapak dari Koes Plus, Ayah. Mungkin Bapak terkenang Eyang juga bila mendengar lagu ini. Tapi untuk kali ini, lagu ini hanya untuk Bapak saja. Dan hanya Bapak saja.
*) hanya sebuah catatan kecil untuk Bapak
Bukit Pakar Timur 100, 2 September 2008, 12.31
Dalam hidupnya yang sekarang ini ia hanya menjadi seorang penyuka ikan dan penjual pulsa. Ia sendiri mungkin tidak terlalu berharap akan terjadi sesuatu yang istimewa hari ini. Atau malah anak-anaknya yang menyiapkan segala sesuatunya. Ah, ia tidak perlu semua itu. Ia hanya ingin kedua anaknya itu selalu menaati dan menghormatinya saja. Tidak lebih. Apalagi, kini setelah pensiun dan menjalani hidupnya sebagai seorang pensiunan.
Kalau Tuhan mendengar do'anya, semoga Tuhan dapat mengabulkan permintaannya yang ingin hidup sampai menjadi wali nikah anak-anaknya hingga menimang cucu. Artinya, ia meminta umur yang lebih panjang. Agar bisa melihat cucu-cucunya tumbuh besar dan bisa menyebutnya "kakek", "mbah" atau "aki".
Hanya berbeda 10 tahun dari usia negara ini. Dalam usianya yang kesekian itu, ia telah merasakan semuanya.
Aku masih mengenang tangis haru Bapak dan Ibu di hari wisuda itu. Itu hanya sebagian kecil saja dari yang bisa aku berikan. Selebihnya, aku usahakan. Betapa sudah begitu banyak kebaikan yang engkau berikan dan aku masih saja membalasnya dengan perlakuan kasar yang sangat mungkin membuatmu begitu kecewa. Tapi engkau tidak begitu, engkau masih tetap menyapaku dan memperbaiki segala kesalahanku.
Bapak, aku anakmu ini hanya bisa berharap Bapak bisa menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Aku yakin Bapak pernah kecewa dengan anakmu ini, tapi itu semua cuma satu bagian kecil saja dari seluruh pelajaran kehidupan yang engkau berikan.
Bapak, saya tutup tulisan ini dengan lirik lagu yang sering Bapak putar di Windows Media Player. Lagu kesukaan Bapak dari Koes Plus, Ayah. Mungkin Bapak terkenang Eyang juga bila mendengar lagu ini. Tapi untuk kali ini, lagu ini hanya untuk Bapak saja. Dan hanya Bapak saja.
Ayah ...
Betapa kuagungkan
Betapa kuharapkan
Ayah ...
Betapa kau berpesan
Betapa kau doa kan
Ayah
Betapa pengalaman
Dahulu dan sekarang
Ayah
Rambutmu t'lah memutih
Cermin suka dan sedih
Ayah ...
Ceritakan kembali
Riwayat yang indah waktu dahulu
Ayah ...
Ku takkan bosan mendengar
Riwayat waktu kau muda perkasa
Ayah...
Kau dapat merindukan
Kau dapat mengenangkan
Ayah...
Waktu terus berlalu
Sampai ke anak cucu
Betapa kuagungkan
Betapa kuharapkan
Ayah ...
Betapa kau berpesan
Betapa kau doa kan
Ayah
Betapa pengalaman
Dahulu dan sekarang
Ayah
Rambutmu t'lah memutih
Cermin suka dan sedih
Ayah ...
Ceritakan kembali
Riwayat yang indah waktu dahulu
Ayah ...
Ku takkan bosan mendengar
Riwayat waktu kau muda perkasa
Ayah...
Kau dapat merindukan
Kau dapat mengenangkan
Ayah...
Waktu terus berlalu
Sampai ke anak cucu
*) hanya sebuah catatan kecil untuk Bapak
Bukit Pakar Timur 100, 2 September 2008, 12.31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar