Saya selalu merindukan
saat-saat berkumpul dengan keluarga. Terutama dengan Paman, adik bungsu dari
Ibu. Petang itu, selepas maghrib jatuh kami berkumpul lagi di rumah yang sudah dua
tahun ini saya tempati. Saya selalu senang setiap Paman datang. Biasanya,
sambil merenungi laptop masing-masing kami akan mulai memainkan lagu. Saya selalu
rindu pada musik dan lagu yang nanti akan Paman mainkan. “Sepi kieu euy, euweuh
kesenian.” Begitu kata Paman setiap kami bekerja dalam sepi tanpa iringan
musik.
Kedatangan Paman saya kali
ini cukup istimewa. Paman adik bungsu Ibu ini tidak membawa oleh-oleh dari Bandung.
Tidak ada yang beliau bawa kecuali luka dalam hatinya. Mendung sedang enggan
pergi dari pikirannya. Saya tahu ada sesuatu yang salah dari raut muka yang
biasanya berseri itu. Kenyataan dalam kehidupan rumah tangga telah merubah
semuanya.
Dalam diam, tiba-tiba
Paman mulai mencari lagu-lagu di folder komputer kerja yang tersambung dengan
perangkat audio. Disana sudah ada lagu-lagu dari Iwan Fals, Doel Sumbang,
Classic Slow Rock, P Project, hingga koleksi Bee Gees: Their Greatest Hits. Paman
saya ini dulunya pemain band, drummer. Dia sangat mengagumi Metallica. Tetapi tidak
keberatan untuk menyanyikan Isabella sambil setengah teriak setiap kami pergi
ke tempat karaoke.
Tiba-tiba mengalun pelan irama
sebuah lagu yang pernah saya kenal. Saya tidak benar-benar tahu judulnya apa. Tapi
dari nadanya mungkin itu dari Bee Gess. Tepat sekali. Paman saya ini memilih
lagu “For Whom The Bell Tolls”. Lagu yang dirilis tahun 1993, tahun yang sama dengan tahun Paman masuk kuliah. Satu judul lagu yang sama dengan lagu milik
Metallica. Sambil nyengir sedikit, dia hanya bilang, “Gak apa apa, mirip
Metallica judulnya”.
Saya rasa ada alasan lain
dibalik itu. Bukan lantas karena mirip dengan Metallica semata. Ada sesuatu
yang mengharuskan dia memutar lagu itu. Karena penasaran, saya mencoba untuk
memperhatikan dan mendalami lirik lagu ini. Tanpa mengurangi rasa hormat saya,
rasanya ada sesuatu yang memang berkaitan dengan suasana hati Paman Sejuta Umat
(julukan khas keluarga kami) ini. Keadaan rumah tangga yang sedang ditimpa
ujian telah memaksanya untuk sejenak menjauh agar mampu membuka hati kembali.
Lagu ini terus diputar
berulang-ulang. Ingatan saya merujuk pada buku The Song Reader, kisah seorang
pembaca lagu (Huge thanks to @taqi_qisthi for giving me this book exactly before Westlife's concert last October). Barangkali benar adanya bahwa lagu ini jadi penanda untuk suasana
hati yang gelisah. Sama gelisahnya seperti saya yang mencoba untuk move on
namun tersandung untuk kembali pada suatu nama.
Waktu itu, saya pikir
tidaklah terlalu salah untuk membuka diri dan memulai kembali hubungan dengan
Lia. Setelah apa yang terjadi dan berkali-kali awkward moments diantara kami
yang seakan tidak pernah saling mengenal, tidak pernah saling melekat lengket
bagai ketan. Saya rasa sudah cukup untuk mengakhiri denying period atau masa
penyangkalan ini. Tidak bisakah kita berteman kembali layaknya sahabat seperti
kemarin? If it’s meant to be, it’s gonna be us. Us like yesterday, with all the
laughs we shared.
Petang itu, dua anak
manusia, Paman dan seorang keponakannya sedang berlomba dalam pikirannya
masing-masing. Mencoba menaklukkan tantangan terhebat yang muncul dalam
pertempuran hebat antara logika dan hati. Demi satu rasa, satu hati, satu
cinta.
*
For Whom The Bell Tolls
I stumble in the night
Never really knew what it
would've been like
You're no longer there to
break my fall
The heartache over you
I gave it everything but
I couldn’t get through
I never saw the signs
You're the last to know
when love is blind
Through the tears and the
turbulant years
When I would not wait for
no one
Didn’t stop take a look
at myself
See me losing you
When a lonely heart
breaks
It's the one that
forsakes
It's the dream that we
stole
And i’m missing you more
And the fire that will
roar
There’s a hole in my soul
for you it’s goodbye
for me it’s to cry
for whom the bell tolls
i’ve seen you in a magazine
a picture at a party
where you shouldn’t have been
hanging on the arm of
someone else
I'm still in love with
you
Won't you come back to
you're little boy blue
I've come to feel inside
This precious love was
never mine
Now I know but a little
to late that I could not live without you
In the dark or the broad
daylight
I promise I'll be there
When a lonely heart
breaks
It's the one that
forsakes
It's the dream that we
stole
And I'm missing you more
And the fire that will
roar
Theres a hole in my soul
For you it's goodbye
For me it's to cry
For whom the bell tolls
Never knew ther'd be
times like this
When I couldnt reach out
to know one
Am I never gonna find
someone that knows me like you do
Are you leaving me a
helpless child
When it took so long to
save me
Fight the devil and the
deep blue sea
I'll follow you anywhere
I promise I'll be there
When a lonely heart
breaks
Its the one that forsakes
Its the dream that we
stole
And I'm missing you more
And the fire that will
roar
Theres a hole in my soul
For you its goodbye
For me its to cry
For whom the bell tolls
Paninggilan, 28 Maret
2012. 20.03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar