courtesy: www.gizmodo.com |
Saya segera melapor pada manajer yang bertugas dan berjanji segera melakukan investigasi usai mengacak-acak kamar. Saya belum mau lapor polisi karena saya ingin melihat reaksi manajemen hotel. Mereka berjanji akan segera menghubungi saya.
Selama berlangsungnya seminar mereka tidak pernah menghubungi saya. Pada malam terakhir, saya menegur mereka karena tidak kunjung memberikan kabar. Mereka membantah bahwa telah mencoba menghubungi kamar saya. Saya memang tidak ada di kamar dan tidak pernah menerima teepon mereka. Saya marah karena mereka tidak meninggalkan pesan tertulis. Entah itu disimpan di kamar atau diteruskan lewat panitia seminar.
Saya tidak menyangka bahwa hotel bintang lima sekelas Sheraton bisa melakukan hal sebodoh itu. sudah jelas saya jadi tamu mereka dan mereka tahu kapan dan dimana bisa menemui saya, tetapi mereka tidak melakukannya. Sentimen emosi saya mulai merasa ada hal yang tidak wajar. Saya yang orang Indonesia ini, yang sudah bayar cash untuk menginap disitu, hanya dilayani sebisanya saja.
Baru Kamis pagi, sebelum berangkat ke KLIA, Manajer Security menemui saya dan menjelaskan duduk perkaranya. Mereka telah mencurigai beberapa nama dari hasil analisa rekaman CCTV, log pintu kamar, dll. Pembersih kamar pun memberikan keterangan bahwa pintu luggage room selalu tertutup. Bohong besar!!! 4 malam kami disana, kami tidak pernah menutup luggage room sekalipun! Sayangnya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau saja mereka menghubungi saya lebih awal tentu saya bisa melanjutkan laporan ke polisi.
Saya merasa bahwa pelayanan manajemen hotel memang tidak tanggap dengan hal yang demikian. Mereka lepas tangan begitu saja karena tidak bisa menghubungi saya. Kalau mereka mau, mereka bisa kirim satu orang untuk menemui saya pada saat coffee break atau makan siang. Pelayanan macam ini jarang saya temukan di hotel-hotel Indonesia, bahkan yang bintangnya kurang sekalipun.
Saya tidak menyesalkan ponsel yang hilang. Saya hanya menyesalkan kebodohan saya untuk meninggalkan barang berharga di kamar. Pun, saya kecewa dengan tanggung jawab pihak hotel yang seakan-akan berkata: ok, kita mengaku salah, tidak memberitahu dan menemui anda. Maaf, sekali lagi maaf. As* bongkrek!
Akhirnya, saya membuat laporan ke polisi hari Minggu, 24 November 2013. Saya dan seorang petugas SIKL menuju kantor Polisi Pariwisata. Sialnya, mereka tidak menyediakan fasilitas mobil. Kami harus naik taksi dan harap dicatat: saya yang bayar! Soal service, Indonesia memang nomor satu. SIKL ini tidak ada apa-apanya.
Setibanya disana, sang inspektur polisi marah-marah karena saya baru melapor hari ini. Dia juga menyalahkan saya karena tidak punya travel insurance. Saya balas dengan nada suara yang tinggi juga. Jangan mentang-mentang saya ini orang Indonesia. Lalu dia bertanya soal pekerjaan saya. Saya jawab, saya adalah Government Official, Flight Safety Inspector. Baru setelah mendengar jawaban saya dia mau melunak dan mengajak saya ke ruangannya.
Lagi-lagi, mereka memberi jawaban yang sama dengan pihak hotel. Kami tidak bisa melakukan apa-apa, karena kalau kami salah tuduh malah kami yang bisa dipenjara. Begitu katanya. Kami pun pergi ke SIKL untuk bertemu beberapa petugas keamanan disana. Seorang Service Manager menemui kami. Rupanya, ia kawan dekat si inspektur polisi ini dan memang punya ketidakcocokan dengan si Security Manager.
Ia lantas mengucap beribu-ribu maaf. Saya menegaskan lagi kepadanya, dimana tanggungjawab hotel untuk hal ini? Apakah hotel akan mengganti kerugian saya? Apakah hotel ini akan terus mempekerjakan petugas yang sudah keluar-masuk kamar saya dan sekalian mengambil ponsel saya? Ia hanya diam ketika saya tanya.
Anyway, perjalanan business trip ini memberi saya banyak pelajaran. Sekaligus membuktikan bahwa prinsip-prinsip dasar itu selalu benar. Saya juga kemudian tahu bahwa kejadian ini bukan yang pertama kalinya di SIKL. Lewat Tripadvisor, saya juga tahu seorang bule pernah mengalaminya tanpa penjelasan yang cukup dari pihak hotel.
Tips Bepergian ke Luar Negeri (utamanya KL)
Pesan hotel sebelum kedatangan
Beberapa petugas imigrasi akan bertanya soal tujuan anda dan akomodasi selama di negara tujuan. Pastikan anda sudah mendapat tempat tinggal selama di negara tujuan. Pemesanan lewat internet bisa menghemat waktu dan uang anda.
Bawa selalu barang pribadi (paspor, ponsel, kamera, etc.)
Anda tentu tidak ingin mengalami hal yang sama dengan saya. Amankan setiap barang pribadi anda. Bawa tas yang cukup menampung semua barang pribadi anda kemana saja anda pergi. Bahkan, sarapan sekalipun. Sedikit saran, di Kuala Lumpur banyak imigran gelap mengincar paspor turis. Jadi, usahakan anda mengamankan paspor di tempat yang tepat.
Bila terjadi kehilangan segera lapor polisi turis
Pastikan, anda tahu kemana harus melapor bila kehilangan barang pribadi. Saya melapor bersama seorang Indonesia lain yang kehilangan paspornya ketika berbelanja di daerah Bukit Bintang. Untungnya, dia segera melapor ke polisi turis (tourism police) lewat bantuan tour guide.
Selalu tahu jam operasional Kedutaan Besar
Sebelum berangkat ke negara tujuan, pastikan juga anda tahu alamat kantor Kedutaan Besar/Konsulat/Perwakilan Republik Indonesia. Anda bisa mengeceknya lewat Google atau Kementerian Luar Negeri. Bila memang mereka punya laman web, anda bisa sekalian mengecek jam operasionalnya.
Bila dirasa perlu, beli travel insurance
Ibarat sedia payung sebelum hujan, travel insurance memberikan rasa aman bagi anda apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Misalnya, kecelakaan, pembatalan tiket, dan asuransi kehilangan barang pribadi (dibuktikan lewat laporan polisi). Banyak perusahaan asuransi menawarkan produk jasa ini, anda bisa mengeceknya via laman web mereka atau Googling.
Have a nice and safe trip!
Paninggilan, 22 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar