Sabtu, 31 Desember 2011

Catatan Tak Terselesaikan: Empat Musim Cinta

Judul: Empat Musim Cinta: tentang aku, kamu, dan rasa
Penulis: Adhitya Mulya and friends
Penerbit: GagasMedia
Tahun: 2010
Tebal: vi + 174 hal.
Genre: Kumpulan Cerpen
Delivery date: December 2010


Ada yang selalu dinanti dari setiap karya penulis. Apalagi kalau penulis itu sudah pernah berhasil membangun reputasi dengan meraih predikat “Best Seller”. Entah itu kekhasan rasa dalam setiap tulisan yang dihasilkan atau hanya sekedar perasaan kangen untuk membaca karya selanjutnya. Semenjak saya mulai follow Adhitya Mulya di twitter (@adhityamulya) saya mendapat banyak informasi yang lebih bersifat personal. Sehingga, saya bisa tahu juga bahwa penulis ini menjual sendiri karyanya. Bedanya dengan di toko buku, setiap pembeli akan mendapat tanda tangan asli dari penulisnya. Sebuah kebanggan yang tak terhingga bagi seorang penggemar. Mungkin 100 tahun lagi buku bertandatangan asli ini akan jadi barang langka, antik, unik dan mahal harganya.

Saya tertarik membaca buku ini karena judulnya. Empat musim cinta. Selama ini kita hanya mengenal empat musim cuaca. Bukan cinta. Namun, saya kira cuaca pun masih ada hubungan dengan cinta. Cuaca layaknya cinta adalah sesuatu yang bisa diprediksi sebelumnya tetapi membutuhkan pengalaman tersendiri untuk merasakan keadaan yang sebenarnya. Itu menurut tafsir saya karena selama ini saya pun belum tahu alasan dibalik pemilihan judul buku ini.
 
Sayangnya, saya belum mampu menuliskan sepatah dua patah kata untuk sekedar menerjemahkan isi buku ini menurut tafsir saya. Saya dilanda ketakutan luar biasa apabila ternyata salah dalam mendefinisikan makna Empat Musim Cinta. Ketakutan yang semakin saya sadari semakin tidak beralasan.
 
Ya tabe kahayu. Aishiteru. Ti amo. Wo ai ni. Mi aime jou. Volim te. Ik hou van jou. Ek hef jou lief. Mi amas vin je. Ich liebe dich. Te dua ai.  Begitulah cinta menyebut namanya dalam berbagai bahasa.
 
Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku ini, apalagi buku ini termasuk makanan ringan bagi penikmat sastra cerpen. Cerpen dengan rasa dan bumbu cinta didalamnya. Fenomena cinta yang disajikan para penulis ditafsirkan dalam makna yang lebih general. Tidak sebatas percintaan dan kasih sayang dua manusia semata. Cinta bisa dimaknai secara luas karena pada hakikatnya cinta ada dalam setiap jejak langkah manusia.
 
Aura cinta sudah terasa sebelum membaca dan merasakan cerita cinta dari setiap cerpenis. Cinta menemukan jalannya sendiri. Cinta memiliki bahasanya sendiri.  Bagai empat musim yang selalu berganti begitu pula cinta. Cinta memiliki musimnya sendiri. Ia bisa hadir setiap hari dalam setiap jiwa yang merindukannya. Pengalaman cinta yang berbeda dari masing-masing penulis membuat kumpulan tulisan ini terasa lebih hidup dan semarak. Perasaan kehilangan dan bahagia menyublim dalam rasa.



Pharmindo, 31 Desember 2011.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...