Minggu, 27 Oktober 2013

#BebersihBandungYuk

Kebersihan adalah sebagian dari iman. (Al-Hadits)

Prolog

Mencintai adalah berbuat. Ketika saya bilang saya mencintai Bandung, artinya saya harus berbuat untuk kota yang saya cintai ini. Kebetulan, niat itu terlaksana hari Minggu. Outlive Outdoor Store, Batagor.net bersama National Geographic, menggelar acara ‘Bebersih Bandung Yuk: Sumpah Ga Nyampah Tuh Ga Susah’. Sebuah inisiatif komunitas dan participative involvement dari warga Bandung untuk mewujudkan Bandung sebagai kota yang layak untuk dihuni, ditinggali, dan dinikmati.

Keterlibatan komunitas dalam kegiatan ini bukan dimaksudkan untuk membuat Bandung bersih seketika. Melainkan, sebuah edukasi untuk melakukan hal kecil yang berdampak besar. Segala sesuatu yang besar tentu berawal dari hal-hal kecil yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

#BebersihBandungYuk

Relawan #BebersihBandungYuk
Sejak pukul 6 pagi, relawan dari berbagai komunitas maupun individual mulai berdatangan di Outlive Store, Jl. Setiabudi (sebelah Warung Sate Shinta). Usai melakukan registrasi dan memakai kaos yang dibagikan panitia, kami dikumpulkan untuk briefing singkat dan melakukan pemanasan. Pukul 6.30, kami mulai bergerak menuju Taman Ganesha yang dijadikan meeting point sebelum mulai beraksi di area Car Free Day Dago.

Setelah berkumpul dan membentuk kelompok, pukul 7.30 para relawan #BebersihBandungYuk  bergerak menyisir kawasan Jl. Ir. H. Djuanda (Dago). Mereka kemudian menyebar dan mulai memunguti sampah yang berada di sekitar area Car Free Day. Walaupun Pemkot Bandung sudah menyediakan ember-ember sebagai tong sampah di separator jalan, tetap saja masih ada warga yang iseng membuang sampah dimana saja.

Relawan #BebersihBandungYuk beraksi
Relawan #BebersihBandungYuk beraksi
Trotoar dan halaman parkir dari beberapa Factory Outlet pun tidak luput dari sasaran para relawan. Adanya beberapa stand pedagang makanan di tempat-tempat tersebut juga menghasilkan sampah yang lumayan banyak. Terlebih, ketika relawan menyisir wilayah Taman Cikapayang. Kesadaran warga soal sampah masih harus ditingkatkan.

Aksi relawan tidak luput dari perhatian pengunjung Car Free Day. Ketika sedang beraksi memunguti sampah, saya dan kawan sekelompok sempat ‘dihentikan’ oleh Pak Anton. Beliau adalah Bapak Camat dari Kecamatan Coblong. Beliau antusias menanyakan seputar kegiatan #BebersihBandungYuk. Bahkan, beliau pun ingin mengikuti live tweet dari kegiatan ini melalui akun twitter pribadinya.



Kami menyempatkan diri dan berhenti sejenak untuk memberikan penjelasan kepada beliau yang bersama jajarannya sedang meninjau beberapa pekerjaan proyek. Beliau sangat mendukung kegiatan ini demi mewujudkan Bandung yang bebas sampah dan menyukseskan program Bandung Juara. Kami pun berfoto bersama beliau dan beliau berpesan agar foto tersebut di twitpic ke akun twitter resmi milik Kecamatan Coblong, @CoblongJITU.

Relawan #BebersihBandungYuk membuang sampah ke TPS

Usai menyisir seluruh area Car Free Day, pukul 9.00 para relawan kembali berkumpul di Taman Ganesha untuk pembagian doorprize. Tak lupa juga berfoto bersama. Kemudian, sampah-sampah yang terkumpul dari masing-masing kelompok segera dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang terletak di Jalan Tamansari. Perjalanan sampah-sampah tadi pun selesai. Namun, usaha untuk mengembalikan kesadaran warga akan kebersihan kota Bandung tidak akan berhenti sampai disini.

Catatan Personal

Sebelum menjadi relawan pemungut sampah dalam kegiatan ini, saya pernah mengikuti acara serupa di Silang Monas Jakarta, sebagai sumbangsih bagi Hari Ulang Tahun Kota Jakarta. Bagi saya, pengalaman pertama sebagai relawan di tanah kelahiran ini sendiri menimbulkan rasa bangga tersendiri. Saya bangga karena telah berpartisipasi dalam gerakan kecil untuk mewujudkan Bandung sebagai kota yang layak dan ramah bagi warganya maupun penggemarnya.


#BebersihBandungYuk ini adalah perwujudan rasa cinta yang dijabarkan dalam aksi nyata. Walaupun banyak yang menyepelekan partisipasi kami sebagai relawan pemungut sampah namun saya bangga karena saya dapat melakukan sesuatu untuk Bandung. Saya tidak menyesal mengikuti kegiatan ini walaupun saya harus rela untuk tidak berlomba di Jakarta Marathon 2013.

Saya berharap kegiatan seperti ini akan terus berlangsung dan tidak terbatas di sekitar area Car Free Day saja. Saya yakin masih banyak relawan yang ingin berpartisipasi mengikuti kegiatan semacam ini di lingkungannya masing-masing. Semoga kegiatan ini menjadi virus positif yang menggugah kesadaran warga Bandung untuk senantiasa menjaga kebersihan kotanya.

Penutup

Bandung masih punya secercah harapan untuk menjadi tempat yang benar-benar layak bagi kehidupan warganya. Bandung kaya raya akan keragaman budaya dan penuh potensi. Atas dasar harapan itulah imajinasi tentang Bandung yang lebih baik dimungkinkan dan mampu diwujudkan.

Optimisme dalam membangun kembali Bandung melalui edukasi dan sosialisasi kepada warganya, lalu menempatkannya kembali dalam konteks sosio-budaya-spasial adalah satu keharusan. Bukan lagi satu pilihan jika ingin bertahan hidup didalamnya. Cepat atau lambat, harus ada langkah awal yang dibuat dalam kerangka imajinasi bersama. Imajinasi atas dasar kesadaran kolektif warga Bandung untuk mengembalikan Bandung yang genah merenah tur tumaninah.

Pharmindo, 27 Oktober 2013.

Blogging and Me

Seperti layaknya Sastra, Buku, ataupun Musik, Blogger pun memiliki hari jadinya. Hari Blogger Nasional dicanangkan pada 27 Oktober 2007 pada acara Pesta Blogger oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Muhammad Nuh. Eksistensi blogger setidaknya telah mendapat pengakuan dari pemerintah. Dengan demikian, para penulis blog bisa lebih leluasa dalam menggunakan kreativitas dan memanfaatkannya  melalui media blog yang dipunyainya.

Blog pertama yang saya buat adalah alhakamidium.wordpress.com pada tahun 2006. Blog ini dibuat awalnya dibuat khusus untuk memuat posting soal materi kuliah dan segala aspek/bidang lain yang berkaitan dengan keilmuan. Saya tidak rutin menulis, hanya ketika ada materi-materi yang perlu diterbitkan saja dan bermanfaat bagi teman-teman kampus saja. Saya memanfaatkan keajaiban Google supaya mereka bisa mendarat di blog yang saya tulis.

Tahun 2008, usai lulus kuliah saya merasa harus mulai rutin menulis sesuatu. Oleh sebab itu, Agustus 2008 terbit tulisan pertama saya di blog yang baru: selendangwarna.blogspot.com . Blog yang saya buat untuk menampung segala macam ide atau lebih tepatnya dokumentasi pikiran. Saya menulis apa saja. Mulai dari sekedar catatan harian, cerita pendek, esai, resensi buku, musik, film, hingga review berbagai acara yang saya ikuti. Mengenai nama blog ini, akan saya ceritakan lain waktu.

Maret 2010, saya bergabung dengan portal Kompasiana, sebuah media citizen journalism. Tulisan yang saya kirim di halaman ini berasal dari blog Selendang Warna. Jadi, proses menulisnya hanya sebatas rewriting. Saya menemukan interaksi yang lebih dinamis di Kompasiana.

Apa yang saya dapat dari dari blogging?



Saya percaya bahwa setiap tulisan yang saya tulis dalam blog akan menemui pembacanya sendiri. Entah cepat atau lambat. Entah melalui kata kerja dalam mesin pencari atau lewat profil penulis blog itu.

Suatu hari di tahun 2007, sepulang dari Prancis, Dosen saya pernah heran karena ia menemukan ide dan bahan untuk tugas esai kuliahnya melalui blog saya (alhakamidium). Ia merasa telah jauh pergi setengah belahan bumi hanya untuk ‘bertemu kembali’ dengan saya. Hal ini menjadi motivasi saya untuk terus menulis blog. Saya menjadi semakin yakin bahwa apapun yang kita tulis dalam blog tidak akan sia-sia. Setiap tulisan punya pembacanya sendiri.

Piala Dunia 2010, saya ikut berpartisipasi menyemarakkan sebuah rubrik khusus di Kompasiana. Tulisan itu juga saya posting ke blog Selendang Warna. Suatu pagi, saya menerima email yang menanyakan kesediaan saya untuk diwawancara. Email itu datang dari seorang reporter liputan Piala Dunia 2010 dari RCTI. Saya tidak percaya bahwa saya mengalami hal yang demikian hingga saya benar-benar shooting dan liputannya ditampilkan di acara Buletin Siang. (Thank you, Mbak Windy and Crew).

Melalui blog juga saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti One Day Creative Writing Workshop bersama @_PlotPoint Kreatif, sebuah penerbit buku. Sebagai hadiah atas cerpen yang saya ikut lombakan dalam kompetisi menulis cerpen mingguan. Saya mendapatkan bimbingan singkat soal penulisan kreatif oleh @hikmatdarmawan dan @GinaSNoer. Nama yang pertama disebut, sudah saya kenal saat proses penulisan skripsi (Maret 2008).

Terakhir, resensi saya soal Blackjack,buku terbaru Clara Ng dan Felice Cahyadi, terpilih sebagai Resensi Pilihan Gramedia edisi 20 Agustus 2013. Akibatnya, saya bisa berkomentar langsung pada kedua penulisnya pada launching Blackjack 4 September kemarin.

Pengalaman lain yang saya dapat dari blogging adalah interaksi langsung dengan penulis favorit saya. Setiap selesai menulis review/resensi atas karya mereka, saya selalu memuatnya di blog dan mentautkannya ke twitter lalu me-mention akun twitter mereka. Ada sebuah perasaan yang cukup menyenangkan untuk mengetahui bahwa mereka ikut mengapresiasi apa yang telah kita tulis. Beberapa diantara mereka adalah Adhitya Mulya @adhityamulya, Ninit Yunita @ninityunita, Muhammad Ihsan @ichanx, Ika Natassa @ikanatassa, Dewi Lestari @deelestari, Okke @sepatumerah, Clara Ng @clara_ng, Felice Cahyadi @felicecahyadi, Sitta Karina @sittakarina, Margareta Astaman, Hilman Hariwijaya, Agus Noor @agus_noor, Maggie Tiojakin @maggietiojakin, Icha Rahmanti @cintapuccino, dan Meiliana K. Tansri.

Saat ini, saya sedang mencoba untuk rutin menulis. Untuk blog Selendang Warna, saya mentargetkan untuk menulis 6 post dalam sebulan. Saya anggap ini sebagai latihan menulis. Kendati pun beberapa tulisan sudah menuai hasil, namun saya tetap perlu merutinkan dan mendisiplinkan diri. Saya perlu mengasah rasa. Hasil yang sudah saya rasakan dari latihan seperti ini adalah kesiapan ketika dimina untuk menulis tentang apapun dan kapanpun. Hal ini juga sangat berguna ketika akan mengikuti lomba penulisan.

Sebagai penutup, blogging adalah bukan sebagai kegiatan menulis belaka. Saya sudah menganggap menulis blog sebagai ‘pekerjaan kedua’. Walaupun belum menghasilkan secara materi, namun saya tetap senang ketika tulisan saya sampai kepada pembacanya.

Selamat merayakan Hari Blogger Nasional. Long live Indonesian Blogger!

Pharmindo, 27 Oktober 2013.

Jumat, 25 Oktober 2013

Mendjokdja

Musisi jalanan mulai beraksi, seiring laraku kehilanganmu... 
(Yogyakarta - Kla Project)


Tidak ada hal lain yang terngiang setiap kembali ke Yogyakarta. Potongan lirik lagu dari Kla Project telah menjadi semacam trademark bagi siapa saja yang rindu kembali akan suasana khas Yogyakarta. Tidak terkecuali saya. Terakhir, saya mengunjungi Yogyakarta pada bulan Maret tahun 2000. Sudah tiga belas tahun berlalu. Medio 2007, saya sempat singgah disini namun karena sudah tengah malam, saya melanjutkan perjalanan ke Magelang.

Mountainous Terrain
Jum’at siang, pemandangan perbukitan yang mengelilingi Yogyakarta menyambut saya di Adi Sutjipto. Tidak heran, lapangan terbang ini disebut memiliki handicap tersendiri untuk landing dengan mountainous terrain di sekitarnya. Kurang lebih mirip bandara Husein Sastranegara di Bandung.

Menikmati malam yang meninggi di sepanjang Malioboro adalah seni tersendiri. Saya sangat menikmati suasana seperti ini. Banyak pula wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang kemari. Berbelanja di Sogo Jongkok atau menikmati kuliner sembari lesehan.

Nasi Gudeg Mercon dkk.
Usai berjalan-jalan, di depan gerbang Pasar Beringharjo, saya mampir di sebuah warung lesehan yang menyediakan bermacam menu kuliner khas Yogya. Nasi Gudeg and Mercon is a must. Akhirnya, keinginan saya untuk mencoba Oseng Mercon terlaksana. Delicioso!

Sabtu Pagi di Vredeburg

Sabtu pagi (19 Oktober), saya lari pagi di sekitar Malioboro. Karena letak hotel yang tidak begitu jauh dari Malioboro, saya pun membuat rute singkat yang mengelilingi jalan-jalan sekitarnya. Kehidupan pagi disini masih bercorak tradisional. Entah karena memang dekat dengan pasar, namun suasana seperti ini adalah local taste yang selalu membuat kesan tersendiri, terutama di daerah seperti Yogya atau Solo. Usai berlari, saya mampir ke Benteng Vredeburg yang terletak masih di Jalan Malioboro.

Sisi Dalam Benteng Vredeburg
Dibangun oleh insinyur Frans Haak pada tahun  1760 hingga 1767. Benteng ini berbentuk persegi dan dikelilingi oleh parit-parit. Nama Vredeburg dipilih menggantikan nama lama benteng ini yaitu Rustenberg. Vredeburg sendiri berarti ‘benteng perdamaian’. Nama ini dipilih sebagai manifestasi hubungan perdamaian antara Belanda dengan Kasultanan Yogyakarta untuk tidak saling menyerang.

Awalnya, benteng ini dibangun sebagai sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda. Vredeburg dibangun berdekatan dengan Keraton dengan dalih agar memudahkan Belanda dalam mengamankan wilayah Keraton dan sekitarnya. Tetapi, Belanda justru menggunakan benteng ini untuk mengontrol segala perkembangan yang terjadi di Keraton.

Pada masa penjajahan Jepang, Vredeburg dijadikan markas pasukan Kempeitai. Pada masa perang kemerdekaan (Agresi Militer II), Benteng Vredeburg dijadikan markas tentara Republik sehingga menjadi bulan-bulanan serangan udara Belanda. Saat ini, Vredeburg telah difungsikan sebagai museum. Terdapat beberapa ruang pamer yang berisi diorama-diorama peristiwa yang terjadi pada linimasa sejarah Indonesia.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949
Sekitar Benteng Vredeburg juga terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Sebagai pertanda untuk keberanian pasukan Republik dalam menumpas Agresi Militer Belanda jilid II. Untuk mengunjungi museum ini pengunjung cukup membayar tiket Rp. 2000,-. Museum dibuka mulai pukul 07.30 hingga 16.00.

Tiis Jaya Runner at Vredeburg Gate

Gladi Resik Pernikahan Agung

Sejak Sabtu pagi, Malioboro sudah mulai ditata dan ditertibkan. Maklum, hari ini akan digelar gladi resik pernikahan agung putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X. Polisi dan Satpol PP sudah mulai berkumpul di beberapa titik. Saya melewatkan prosesi kirab pagi hari. Saya kembali lagi Sabtu sore untuk melihat kirab penutupan. Ada 65 kereta kuda yang akan digunakan pada hari H pawai pengantin. Saya dan teman-teman mencoba menebak kereta mana yang akan dinaiki oleh pasangan pengantin baru.

Suasana Kirab
Satu hal yang membuat saya kagum dalam pelaksanaan gladi resik ini adalah ketaatan dan ketertiban yang ditunjukkan oleh pedagang-pedagang kali lima di sepanjang Jalan Malioboro. Jum’at malam, ada sebuah pengumuman mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh para pedagang esok hari.

Saya yang kebetulan berada di emperan Malioboro ikut menyimak. Pengumuman disampaikan oleh seorang koordinator pedagang melalui corong speaker yang terpasang di sepanjang koridor emperan. Dalam pengumuman tersebut, ikut disebutkan himbauan bagi para pedagang nasi kucing yang ingin berpartisipasi agar menyediakan 500 bungkus nasi. Saya penasaran apakah mereka akan mengikuti himbauan tersebut.

Saya tidak sempat melihat dari dekat apakah hal itu benar-benar dilaksanakan atau tidak karena berjejalnya pengunjung yang ingin menyaksikan kirab. Melalui liputan berita, saya menyaksikan bahwa hal itu memang benar-benar terjadi. Saya salut pada kekompakan pedagang Malioboro.

Epilog: Prada di Adi Sutjipto

Menikmati akhir pekan di Yogyakarta adalah sebuah kemewahan tersendiri. Yogyakarta memliki segala hal soal weekend runaway. Sambil menunggu keberangkatan pesawat ke Jakarta saya mampir melihat-lihat toko buku Periplus



Look what i just found! Ada sebuah buku menarik perhatian saya. The highly anticipated sequel to the sensational #1 bestseller: The Devil Wears Prada. Revenge Wears Prada. Novel karya Lauren Weisberger yang kemudian diangkat ke layar lebar. Film ini menampilkan Meryl Streep dan Anne Hathaway yang memerankan Miranda Priestly dan Andrea Sachs (Andy).

Saya dibuat penasaran lagi dengan kejutan apa yang disajikan pada sekuel ini. Saya kira hidup Andy Sachs sudah berakhir bahagia dengan meninggalkan Miranda Priestly. Halaman-halaman awal buku sekuel ini adalah flashback pada masa-masa dimana Andy berada dalam pengaruh dan ritme Miranda. Kemudian, cerita bergeser pada linimasa 10 tahun usai Andy meninggalkan majalah Runway, dimana Andy sedang menyiapkan pernikahannya.

Menarik untuk mengetahui kelanjutan ceritanya. Namun, saya harus pandai berbagi waktu untuk menyelesaikan buku ini bersama Aleph (Paulo Coelho). Semoga keduanya mampu saya selesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yogyakarta, akhirnya kembali membenam kenangan, dalam setiap paragraf Aleph dan Revenge Wears Prada.


Paninggilan-Pharmindo, 25 Oktober 2013.

Rabu, 23 Oktober 2013

Film Wajib Bulan Oktober

Setiap bulan Oktober tiba, saya selalu menantikan sebuah film. Film ini adalah sebuah film lama. Film ini selalu ditayangkan ulang (re-run) di stasiun televisi swasta dalam segmen movie time/box office mereka. Terhitung sejak tahun 2003 saya selalu setia menunggu film itu diputar. Kebetulan, Oktober tahun ini saya belum menemukan stasiun televisi mana yang menayangkannya. Untungnya, HBO menayangkan kembali film ini. Saya pun bisa menikmati scene demi scene sambil merefresh memori soal Red October.


The Hunt For Red October dirilis pada tahun 1990. Dua nama beken yang tampil dalam film ini adalah Sean Connery dan Alec Baldwin. Sean Connery lebih dahulu dikenal sebagai pemeran James Bond 007 sebelum diganti oleh Pierce Brosnan. Sedangkan, Alec Baldwin selain bermajn dalam sejumlah film, namanya juga kondang lewat serial X-Files.

Red October adalah sebuah nama kapal selam nuklir milik Angkatan Laut Rusia. Namanya sendiri diambil dari sebuah peristiwa revolusi pada bulan Oktober 1917. Peristiwa tersebut kemudian dinamakan Red October. Red October menandai satasa perlombaan senjata dalam Perang Dingin antara dua kutub adidaya: Soviet dan Amerika Serikat.

Berawal dari sebuah misi rutin, Jenderal Ramius, komandan senior Angkatan Laut Soviet membawa Red October bersama kru untuk menjelajahi samudra. Tidak ada satu pun awak kapal yang tahu kemana tujuan mereka. Pun, satu orang perwira senior di markas besar yang mengetahui kepergian Ramius. Hingga satu saat Ramius mengumumkan tujuan Red October: Amerika. Kontan, bermunculan pro dan kontra.terutama dari golongan patriotik.

Markas Besar Angkatan Laut Soviet dengan cepat mendapat kabar tentang kepwegian Red October. Surat Ramius yang ditulis sebelum kepergiannya telah dibaca oleh Komandan Angkatan Laut Soviet yang segera memerintahkan seluruh armada laut Soviet untuk menangkap dan membawa pulang Red October bersama Ramius. Then, the game has just beginning.

Kapal selam AS yang kebetulan sedang bertugas, mencium keberadaan Red October. Tidak hanya itu saja, USS Dallas berhasil melakukan kontak dan mengidentifikasi Red October sebagai mesin perang 'silent killer'. Informasi yang didapat dari USS Dallas kemudian menjadi perhatian Menteri Pertahanan. Seorang analis diundang untuk memberikan pendapatnya. Ketika semua petinggi militer yakin bahwa hilangnya Red October adalah usaha Soviet untuk memprovokasi perang, sang analis berhasil meyakinkan Menteri bahwa Red October datang bukan untuk tujuan itu. Red October akan membelot.

Mengetahui isu soal Red October sudah menjadi topik utama dalam hubungan diplomatik mereka, Kedutaan Besar Soviet segera bernegosiasi dengan pihak Amerika Serikat. Mereka ingin agar AS bekerjasama untuk memulangkan Red October.

Saya tidak pernah berhenti dibuat kagum oleh film ini. Kepemimpinan Ramius selalu disertai intuisinya. Ramius, dengan pengalamannya, mampu memprediksi kapan timing untuk Red October bermanuver. Pun, ketika ia mengakui alasannya untuk membelot dengan membawa Red October.

Hal lain yang meninggalkan kesan adalah permainan teori-teori konspirasi. Dibutuhkan suatu perjudian untuk mengetahui benar-tidaknya sebuah keputusan yang diambil. Teori-teori itu kemudian menjadi pijakan masing-masing pihak dalam menentukan batasannya. Beruntung, kekhawatiran soal Red October tidak menyulut perang antata Soviet dan Rusia.

Patriotisme adalah satu hal lagi yang diangkat film ini. Tidak ada film militer Amerika tanpa bumbu khas yang satu ini. Soviet dan Amerika Serikat mempertaruhkan hegemoni mereka dalam balutan patriotik khas masing-masing. Nation first.


So, this is my October. What about you?
Bandung, 23 Oktober 2013.

Selasa, 22 Oktober 2013

Surat Pengunduran Diri

Ada perasaan yang berbeda saat membaca sebuah surat pengunduran diri seorang kawan. Sebuah pernyataan tegas bahwa ia akhirnya memutuskan untuk melepas segala yang pernah diraihnya disini. Meninggalkan semua yang telah bekerja bersama, bahkan bermain futsal dan berkeringat bersama. I've been there for one or twice. Setidaknya, saya paham bagaimana rasanya mengalami hal seperti itu.


Bagaimanapun, perpisahan serapi apapun dipersiapkan tetap saja pahit ketika diungkapkan. Semua terjadi demi satu alasan. Saya tidak perlu mengkonfirmasi alasan dibalik pengunduran dirinya. Saya percaya bahwa ia telah menunjukkan kuasa atas nasibnya sendiri. Ia telah menjadi cahaya bagi gelapnya hari di depan sana. 

Usai membaca suratnya, saya hanya bisa mengenang kembali tawa-tawa itu. Soal guyonannya sepulang dari Bangkok, mulutnya yang tak berhenti berkicau sepanjang perjalanan Bogor-Sentul untuk mencari 'PSK', hingga kelakuannya setiap bermain futsal; tidak pernah serius tapi selalu bikin gol. Satu yang tidak akan pernah saya lupa darinya adalah sepatu futsal brand premium yang sengaja ia beli ketika tahu bahwa sore itu kami akan menggelar futsal rutin. Ia bilang "Kalau beli barang yang bagus sekalian, biarin mahal juga. Kalau memang pas dapet yang murah, itu rejeki loe!."

Saya memang sudah jarang lagi bertemu dengannya. Terakhir, minggu lalu di sebuah training internal. Setiap kali ngobrol dengannya selalu saja ada cerita yang membuat kami tertawa. Itulah yang kami rindukan darinya. Saat ini, mungkin ia sedang menunggu jawaban dari surat pengunduran diri itu. Sambil mengangkasa entah ke belahan bumi mana. Bye, Capt. We'll miss you. Thank you for being a funny and humble jumbojet skipper in our line-up.

Paninggilan, 22 Oktober 2013.

Rabu, 16 Oktober 2013

Cover Version Artists

....nyanyikan lagu orang lain dan kau akan terkenal...
(Punk Hari Ini – Superman Is Dead)

Prolog

Belakangan, lagu-lagu di radio-terutama lagu Indonesia, menunjukkan peningkatan dari segi produktivitas. Dibalik itu, bermunculan pula lah banyak penyanyi baru. Ada yang muncul dan memulai debutnya dengan membawakan lagu dari album perdananya ataupun menyanyikan lagu orang lain (cover version, recycle, or else). Bagi saya, itu tidak jadi masalah. Selama hal itu direstui sang pemilik hak cipta. Terlebih, penikmat musik ini bisa menikmati beragam sajian.

Lagu-lagu lama yang dinyanyikan kembali ini terhitung mengalami peningkatan yang cukup lumayan dari segi kuantitas walau tanpa data eksak jumlahnya berapa. Yang jelas, kerinduan akan lirik-lirik lagu lama itu terobati dengan kemunculannya dalam versi yang berbeda. Saya masih ingat ketika Ello (Marcello Tahitoe, putra mendiang Diana Nasution) menyanyikan dan mengaransemen ulang hits lama yang juga dipopulerkan oleh Diana Nasution ‘Pergi Untuk Kembali’. Sejak saat itu, versi repro dari lagu-lagu lama perlahan mulai bermunculan hingga saat ini.

Saya tidak akan merinci lagu Indonesia apa saja yang dicover. Perhatian saya sekarang tertuju pada  tiga nama yang saya anggap spesial dalam merecycle lagu dari penyanyi aslinya. Mereka datang dari Negeri Barat. Mereka adalah Hannah Trigwell, HelenaMaria, dan Jayesslee. Kekuatan mereka menghadirkan suatu sensasi tersendiri dalam menikmati sebuah versi lain dari karya aslinya.

Hannah Trigwell

Hannah Trigwell covering '22' - courtesy: @YouTube
Berawal dari sebuah pencarian di Youtube, saya menemukan sebuah sensasi baru dalam menikmati musik. Waktu itu, saya sedang terpesona oleh ‘California King Bed’ milik Rihanna. Voila! Saya jatuh cinta pada pertemuan pertama ini. Karakter vokal Hannah Trigwell sangat kuat dalam memaknai pesan dari lirik lagu itu.

Hannah Trigwell berhasil memadukan karakter vokal yang unik dengan lirik yang emosional. Semua itu dilakukannya sambil memainkan gitar akustiknya. Musik yang dimainkannya merepresentasikan keriangan masa muda. Lagu recycle lain yang jadi favorit saya adalah ‘22’ (Taylor Swift); ‘Stay’ (Rihanna ft. Mikky Ekko), Dark Side (Kelly Clarkson), dan ‘Don’t Speak’ (No Doubt).

Hannah Trigwell mendapat penghargaan sebagai 'Best International Unsigned Act' pada gelaranSt. Helier Online Music Awards pada tahun 2011. Tahun 2012 lalu ia menandatangani kontrak dengan 3 Peace Records, sebuah perusahaan label rekaman asal Amerika Serikat yang juga menjadi label resmi untuk Boyce Avenue. Band yang juga banyak memainkan lagu recycle.

Ia juga merilis sebuah album EP (Extended Play) yang diberi judul ‘Pieces’. Album ini menandai proses perjalanan musiknya, baik sebagai penyanyi maupun seorang artis. Musik karyanya mendapatkan banyak pujian dari musisi terkenal seperti Ed Sheeran, John Rzeznik (Goo Goo Dolls), The Script, dan masih banyak lagi. Saat ini, Hannah Trigwell sedang mengerjakan album debutnya. Disela kesibukannya itu, ia juga ikut serta dalam Boyce Avenue World Tour 2013. Awal tahun depan, Hannah Trigwell akan memulai debut tur yang bertajuk Hannah Trigwell Debut Headline UK Tour.

HelenaMaria

HelenaMaria covering 'Titanium' - courtesy: @YouTube
HelenaMaria adalah sebutan untuk duo yang beranggotakan Helena Mehalis dan Maria Mehalis. Keduanya lahir di New Brunswick, New Jersey sebagai pasangan kembar identik. Keduanya memiliki perbedaan dalam memainkan alat musik, karena Maria terlahir sebagai kidal. Mereka memainkan piano dan gitar sebagai alat utama dalam bermusik.

Saya suka pada karakter vokal mereka. HelenaMaria cenderung memainkan lagu dengan beat yang tinggi dan berhasil mengemasnya kembali dengan rapi walau beat yang dimainkan diturunkan. Namun, pada cover version ‘When I Was Your Man’ (Bruno Mars) yang cenderung pelan, HelenaMaria mampu membuat versi lain dengan karakter vokal yang sama kuat dengan si penyanyi aslinya. Versi recycle dari ‘Titanium’ (David Guetta ft. Sia), ‘One More Night’ (Maroon 5), ‘Diamond’ (Rihanna) pun menunjukkan kekuatan lain dari musikalitas dan karakter vokal mereka.

Tahun 2006  silam, HelenaMaria merilis album perdana mereka berjudul ‘Serene’. Pada tahun 2009 dan 2010, HelenaMaria mulai merilis cover version dan video dari beberapa lagu-lagu hits di iTunes dan YouTube. Mereka juga pernah mencoba mengikuti American Idol, namun mereka disarankan untuk tetap tampil sebagai duo oleh sang produser acara itu.

Jayesslee

Jayesslee covering 'Try' - courtesy: @YouTube
Seperti HelenaMaria, Jayesslee juga adalah duo beranggotakan Janice Lee dan Sonia Lee. Pada 2008 silam, mereka mulai bermain dengan YouTube. Karena tertarik dengan fitur yang bisa membuat mereka terhubung dengan audiens di seluruh dunia, mereka memutuskan untuk membuat akun dengan nama “Jayesslee”. “Jayesslee” sendiri diambil dari inisial nama mereka. ‘Jay’ untuk J (Janice) dan ‘Ess’ untuk S (Sonia) dan ‘Lee’ dari nama keluarga (surname) mereka.

Walaupun video pertama Jayesslee diupload dari kamar tidur mereka yang berantakan, subscriber video Jayesslee terus bertambah. Akhirt tahun 2009 Jayesslee mengalami hits yang cukup fantastis setelah mengcover lagu ‘Officially Missing You’ (Tamia).

Pada tahun2010, mereka terbang ke Los Angeles untuk debut konser pertama Jayesslee. Sejak itu, mereka mulai berkeliling ke berbagai negara seperti Kanada, Singapura, Malaysia, dan Thailand untuk tampil dan menyapa penggemar mereka.

Jayesslee juga menyelesaikan rangkaian tur Asia mereka tahun lalu di 8 kota besar dengan jumlah penonton mencapai 3.500 orang. Mereka berkeliling diantaranya ke Perth, Sydney, Melbourne, Manila, Kuala Lumpur, Jakarta (i missed this one :( ) , dan Bangkok. Mereka juga tampil di beberapa program televisi seperti “E! News Asia” , “Channel V” dan “MTV Show”.

Tahun 2013 ini, Jayesslee mencatatkan nama mereka sebagai channel YouTube dari Australia yang paling banyak dilanggan, dengan subcriber mencapai 1 juta dan 12 juta pageviews.

Karakter vokal dan musikalitas dari Jayesslee agak sedikit berbeda dari HelenaMaria. Musik Jayesslee bagi saya terdengar lebih ringan. Sama dengan komposisi dari Hannah Trigwell yang lebih banyak memainkan gitar akustik. Track favorit saya dari Jayesslee adalah ‘Payphone’ (Maroon 5), ‘Nobody’ (Wonder Girls), dan ‘Try’ (Pink).


Penciptaan kembali sebuah karya adalah sebuah usaha untuk memaknai kembali arti dibalik penciptaan awal karya itu. Keinginan untuk menciptakan sebuah bentuk musik yang baru melalui cover version menghadirkan sebuah sensasi baru dalam menikmati musik. Kemungkinan bahwa pendengar dan penikmat musik akan melakukan komparasi terhadap keduanya memang tidak terelakkan. Justru disitulah terletak proses dialektika dalam bermusik.

Apapun itu, saat ini kita diberikan banyak pilihan untuk menikmati beragam musik yang ingin kita nikmati. Dengan demikian, pemaknaan atas wujud sebuah objek tidak akan stagnan pada satu bentuk tertentu saja. Selamat menikmati.


Paninggilan, 16 Oktober 2013.

Note: Any trademarks in this post belong to their respective owners.

Minggu, 13 Oktober 2013

Car Free Day Bandung

Entah sudah berapa lama Car Free Day di Dago ini digelar, baru hari ini saya bisa menikmatinya langsung. Saya mengalami pengalaman ini tanpa harus melalui media sosial. Hal yang paling mudah untuk mengetahui keadaan/kondisi suatu objek tanpa harus mengalami objek itu sendiri adalah melalui media sosial. Dan hari ini, semua terhubung dalam lalu lintas jagad virtual tanpa batas. Everyone’s get connected.

Secara umum, yang namanya Car Free Day Dago tidak berbeda dengan di Jakarta. Warga kota bisa melakukan bermacam aktivitas. Dari mulai berjalan kaki, bersepeda, melihat-lihat dagangan, wisata kuliner, atau sekedar nongkrong asik. Kecuali untuk lari, agak susah karena terlalu crowded dengan pengunjung. Saya pun tidak berlari melalui rute ini.

Tak ketinggalan, terlihat mobil van dari beberapa stasiun radio. Ada bermacam acara hiburan ikut disajikan disini. Ini mengingatkan saya pada masa kejayaan Jalan Dago sekitar tahun 2003-2004. Waktu itu, setiap malam minggu sepanjang Jalan Dago adalah kawasan wajib bagi setiap stasiun radio di Bandung ini untuk lebih mendekat pada pendengarnya. Sepanjang jalan ini penuh dengan mobile stage mereka. Apalagi ketika Djarum Super Festival (belakangan namanya berubah menjadi Dago Festival) digelar. Saya merindukan kembali saat-saat itu. Bandung yang semarak jadi terlihat lebih ramah bagi penggemar dan warganya.

Tiis Jaya Runner at his 1st Car Free Day in Bandung
Impian tentang kota yang layak dan ramah selalu hidup dalam benak warganya. Saya tentu sangat berharap bahwa gelaran semacam Car Free Day seperti ini dapat menjadi media yang memfasilitasi warga Bandung dalam mewujudkan apa yang selama ini kita impikan. Bandung Berhiber Bermartabat. Semoga.


Pharmindo, 13 Oktober 2013.

Disclaimer Note: trademarks mentioned in this post belong their respective owners

Minggu, 06 Oktober 2013

Mandiri Run Oktober 2013

"Running is the greatest metaphor for life, because you get out of it what you put into it."
- Oprah Winfrey -

Awal Oktober ini saya kembali turun ke jalanan Car Free Day untuk mencoba memperbaiki catatan waktu Sunday Fun Run bulan lalu. Dari rute yang dicantumkan pada web, saya optimis mampu memperbaikinya. Namun, perkiraan saya salah. Rute lari 5K kurang lebih masih sama dengan S4 Run Series #1, dan Sunday Fun Run. Masih melintasi Jl. Sudirman dan berputar di Semanggi. Ah, saya selalu kangen pada sensasi lari menanjak dan menurun di Semanggi.


Persiapan untuk lari kali ini terbilang cukup lumayan. Setelah didera hasil tes asam urat yang kembali tinggi pekan lalu, saya mencoba mengalihkan perhatian saya pada pemanasan jelang Mandiri Run. Saya berenang untuk melatih pernafasan di kolam renang hotel yang saya tempati. Tidak terlalu lama, asal sepuluh kali balikan lebar kolam sudah cukup. Saya berlari dua kali. Pertama, mengenang rute lari semasa SMA. Melewati jalanan Pasteur-Sukaraja-Benghar sejauh 4,17 km. Kedua, rute Pasteur-Rajiman-Otten-Pasirkaliki-Pamoyanan-Pasteur sejauh 4,45 km. Dari catatan waktu yang diperoleh, saya dapat menyatakan siap untuk turun dan menjajal rute Mandiri Run.



Lomba hari ini juga adalah debut saya menggunakan ‘ban’ baru. Saya menggunakan sepatu Reebok Crossfit Nano 2.0 yang sebelumnya sudah pernah dites di Kuta Morning Run (17 September 2013) sejauh 3,37 melintasi jalanan Kuta yang masih sepi. Berikut dengan kaos kaki bertuliskan Dri-Fit (huge thanks to Adit for recommending this) dan shorts dari Umbro. Sepatu ini memang lebih ringan dibanding seri Speedstep yang biasa saya gunakan. Saya juga sekaligus ingin mencoba apakah perpaduan Crossfit dengan Dri-Fit ini berpengaruh dalam lomba, karena sirkulasi panas dari sepatu dan kaos kaki ikut berpengaruh pada performa lari keseluruhan. 

Crossfit Goes to Bali
Selepas bendera start dikibarkan, saya merasakan perbedaan yang cukup signifikan dari lomba sebelumnya. Langkah kaki menjadi lebih ringan dengan sepatu baru ini. Sirkulasi panas berjalan dengan baik. Saya pun tidak merasakan panas yang berlebih di bagian telapak kaki. Singkat kata, saya menemukan paduan/kombinasi yang tepat untuk hari ini. 



Kegembiraan saya hari ini bertambah dengan catatan personal best versi Endomondo. Saya agaknya lumayan berhasil dalam memperbaiki catatan waktu walau dengan jarak tempuh yang lebih jauh dibanding sebelumnya. Rasanya, segala persiapan kemarin terbayar lunas hari ini.

Tiis Jaya Runner
OFFICIAL TIMING RESULT powered by MYLAPS

 
Gender: 274/1643 (Male 5K)


Paninggilan, 6 Oktober 2013.

Catatan: Trademarks mentioned in this post belong to their respective owners

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...