Senin, 31 Juli 2017

Surat untuk Aisyah

Anakku,

Catatan ini ditulis menjelang sebulan usiamu. Pada hari Senin, dua hari sebelum imunisasimu yang pertama. Kehadiranmu adalah pelengkap bagi kebahagiaan kami. Bapak dan Ibu sudah menantimu dan sangat bersyukur. 

Nak, karena perbedaan jarak antara Mas Aldebaran denganmu belum genap dua tahun maka satu-satunya jalan untuk kelahiranmu adalah melalui operasi sectio caesaria, sama seperti Mas Alde. 

Hari kelahiranmu adalah sebuah perdebatan. Antara jarak lahir normal dengan cuti sebelum lebaran. Begitulah yang Bapak tangkap dan akhirnya Bapak putuskan untuk membawa Ibu segera ke Bandung untuk mendapat second  opinion dari Dokter. 2 Juli adalah tanggal yang sudah ditentukan. Bisa lebih cepat, tidak boleh lebih lambat. Bahkan, tadinya tanggal lahirmu adalah 1 Syawal 1438 H.

Pada hari kelahiranmu, semua berjalan sangat lambat. Kota Bandung masih tidur menunggu esok. Bapak dan Ibu juga sangat berat untuk meninggalkan Mas Alde sendirian. Ibu sudah siap di ruang operasi ketika sang dokter baru saja tiba siang itu.

14.36 Waktu Indonesia bagian Bandung Utara, engkau dinyatakan secara resmi lahir menatap dunia, lepas dari rahim Ibu. Saat yang menegangkan ketika menunggumu hingga jam 4 sore dan belum ada kabar. Tak lama, engkau dibawa untuk dibersihkan.Berat badanmu 3,2 kg dengan panjang 48 cm.  Bapak dan Ibu kini punya seorang putri untuk menemani Mas Aldebaran.

Mengadzani dan megiqamahimu adalah saat yang Bapak tunggu. Hati Bapak bergetar melihat senyummu. Adzan kedua setelah Mas Aldebaran dua tahun lalu. Seperti Mas Aldebaran, engkau pun langsung menerima Vitamin K pertamamu. Oh ya, Bapak senang mendengar kabar bahwa engkau langsung mendapatkan ASI dari Ibu. Jarak waktu yang lama dari kelahiran hingga ke ruang pembersihan adalah karena engkau sedang menerima ASI lewat Inisiasi Menyusui Dini.

Sayangku,

Bapak senang karena bisa menungguimu sepanjang hari. Penat memang terasa, tapi itu selalu tergantikan dengan kiriman foto Mas Aldebaran yang main bersama Eyangnya dan juga oleh tangisanmu.

Ibu pulih agak lebih lambat dibanding sebelumnya. Bapak lihat betul kepayahan Ibu usai operasi. Bapak dan Ibu dibuat kembali sedih ketika engkau seharusnya sudah diizinkan pulang namun kadar bilirubinmu masih 13. Artinya, engkau harus menginap dua malam lagi. Itulah saat yang berat karena Ibu sudah ingin membawamu pulang-apapun yang terjadi. Namun, pada satu sisi, Bapak juga tidak sanggup membiarkanmu dalam keadaan gawat begitu.

Setelah melalui pergulatan selama berjam-jam, kami putuskan untuk meninggalkanmu di ruang perawatan. Sedih rasanya. Namun, kami juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Setidaknya, itulah ikhtiar kami untuk kesehatanmu. Walau kami sudah pernah mengalaminya bersama Mas Aldebaran tetap saja terasa berat.

Aisyah, manisku,

Pergulatan kembali Bapak rasakan saat akan memberimu nama. Mas Aldebaran harus menunggu sampai tujuh hari. Bapak tidak ingin engkau lebih lama darinya, tapi akhirnya pada hari ke-13 engkau baru diberi nama. Itupun harus segera karena sudah ditunggu oleh Tukang Aqiqah. Maka kami bersepakat menamaimu Aisyah Farhanah Aurora. 

Ada cerita lain tentang namamu, tadinya ingin Bapak tambahkan Achernar dan diakhiri oleh Alhakam. Achernar adalah nama bintang paling terang di konstelasi Eridani, atau Alpha Eri. Seperti Aldebaran yang juga Alpha Tauri. Bapak bukan Ahli Astronomi ataupun berkecimpung disitu hanya saja ide akan bintang paling bersinar di lautan jagat semesta tanpa batas selalu membuat Bapak kagum.

Aisyah, anakku. Jadilah selalu pribadi yang menyenangkan, taat pada Tuhan dan orang tua.


Bandung-Jakarta, 31 Juli 2017.

Jumat, 28 Juli 2017

RIP Chester Bennington

Captured from Linkin Park's Faint on Youtube
Kabar duka yang datang di Jumat (21/7) pagi sempat membuat bulu kuduk saya merinding. Saya merasa bahwa maut kian dekat, semakin dekat setelah kepergian Chester Bennington. Vokalis Linkin Park ini bukanlah teman satu sekolah saya. Namun, penampilan Chester selalu jadi trendsetter untuk anak muda di zaman saya sekolah. Rambut zigzag spiky menjadi ciri khas yang booming saat itu sejak kemunculan album pertama mereka 'Hybrid Theory'.

Berbeda dengan Mike Shinoda dan DJ Hahn yang memiliki beberapa side project, saya belum pernah mendengar kabar Chester Bennington membentuk satu project lain di luar Linkin Park. Pernah sekali saya menonton video live di Youtube dimana Chester sendirian memainkan keyboard membawakan 'Pushing Me Away'. Ternyata, itu adalah bagian dari konser Live in London.

Chester Bennington meninggal dunia setelah menggantung dirinya sendiri. Entah seolah ingin meninggalkan pesan, banyak beredar kabar tentang posting terakhirnya di media sosial adalah terkait dengan tindakan suicidal yang diambilnya. Mengingatkan saya pada kematian Kurt Cobain (I hate myself and I want to die) dan Chris Cornell.

Chester Bennington ternyata ditengarai memiliki masalah yang sama dengan sahabatnya, Chris Cornell yang lebih dulu meninggal dunia. Ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan alkohol telah membuat mereka kembali ke masa lalunya, merasakan apa yang tertinggal, dan mencari jalan keluar dengan mengakhiri hidup.

The fate had finally found you, Chester.
I don't know whose voice you've heard.

Once you've said: "...give me reason to prove me wrong...*)"
I don't even know what makes you wrong.

Rest in peace, Chester. You will always be remembered.


Jurangmangu, 21 Juli 2017.

*) penggalan lirik 'New Divide' from OST Transformers 2

Saucy Crab and a Despacito

 
Sepengalaman saya berkunjung ke Balikpapan, baru kali ini saya makan di sebuah restoran kepiting khas setempat. Restoran Dandito namanya. Terletak di Jalan Marsma Iswahyudi, tidak jauh dari Bandar Udara Internasional Sultan Aji Mahmud Sulaiman, Sepinggan, sekitar 2 KM ke arah kota. Kebetulan, kami tinggal di hotel yang berbatasan dengan tembok pembatas bandara. Sehingga, satu arah menuju kesana.

Well, saya bukan seorang penggemar seafood apalagi kepiting. Namun, saya semakin penasaran karena kini keipitng tidak hanya disajikan sebagai masakan seafood belaka. Kepiting kini memasuki era sejarah baru dengan adanya Bonting (Abon Kepiting) dan keripik kepiting. Saya juga tidak punya referensi kuliner yang cukup di Balikpapan jadi saya ikuti saja kemana angin berhembus. Kami berempat pun akhirnya sepakat kesana.

Suasana makan malam di restoran ini cukup meriah. Ada live band akustik membawakan lagu-lagu terkini, termasuk lagu 'Despacito' yang sangat mengganggu telinga saya. Tak lama, menu pesanan pun tiba. Kepiting Soka Asam Manis dan Kepiting Goreng Saus Lada Hitam.

Harga kepiting disini sebanding dengan apa yang kita dapatkan. Kepitingnya besar dan kepiting gorengnya tidak amis dan empuk. Ada kesegaran didalamnya. Termasuk bumbu saus lada hitam dan saus asam manis yang disajikan. Sebagai pelengkap, kami menambah Cah Kangkung untuk menemani syahdunya Senin malam di Sepinggan. Lidah kami digoyang kenikmatan.

Keesokan harinya, saya jogging pagi lewat restoran itu lagi. Terlihat pemandangan karyawan yang sedang melakukan bongkar muat kepiting. Saya melihat sendiri bagaimana cara mereka menangani menu utama mereka yang paling kesohor. Setidaknya, ada alasan mengapa kita bersedia untuk memberi lebih demi sajian kepiting.

Saya merekomendasikan restoran ini untuk sebuah sajian kepiting yang mengesankan.Walaupun agak mahal, namun sebanding dengan kelezatannya.


Balikpapan-Tangerang Selatan,  24 Juli 2017.



Curtiss P-40B Tomahawk

 
Setelah Stuka yang legendaris, saya menambah koleksi pesawat tempur bersejarah lainnya keluaran Academy Model Aircraft. Model kit berskala 1/72 ini adalah replika dari Curtiss P-40B Tomahawk, pesawat tempur bermesin tunggal yang mulai bertugas pada tahun 1938. Pesawat tempur ini berlaga dalam sejumlah pertempuran di Perang Dunia II. 

P-40B Tomahawk adalah derivatif dari P-40A Warhawk. Saya menyukai versi Flying Tigers milik 1st American Volunteer Group. Saya juga tidak kecewa mendapati ukuran model kit yang memiliki panjang sekitar 16 cm dengan rentang sayap 17 cm. Saya sempat juga memiliki F16, MiG-23 Flogger, MiG-29 Fulcrum, F-16 Fighting Falcon, dan F-14 Tomcat dengan skala yang sama. Rasanya lebih puas dengan P-40B Tomahawk ini. Ukuran pesawat sebenarnya yang memang lebih kecil dibanding pesawat jet tempur modern membuat ukuran 1/72 masih memiliki besar yang tidak terlalu kecil.

Saya melakukan finishing dengan pengecatan badan pesawat menggunakan cat semprot warna silver dari merk P*lox (N*ppon Paint). Sementara, bagian kaca (windshield) saya beri spidol warna hitam untuk menandai pilar-pilarnya. Bagian roda saya beri warna silver juga dan warna spidol hitam pada ban. Ada dua opsi untuk merakit pesawat ini. Versi flying (unmounted landing gear) atau dengan landing gear. Saya memilih opsi kedua, karena Stuka tampak lebih nyata dengan terpasangnya landing gear.

Saya sengaja tidak memberi warna asli yang disarankan dalam kemasan model kit maupun gambar skuadron Hell's Angels (bisa dilihat di Wikipedia). Saya memberi warna silver untuk menandai bahwa pesawat ini adalah buatan Amerika Serikat. Seperti pesawat tempur lainnya saat Perang Dunia II yang berwarna perak.

Tidak ada masalah yang berarti dalam pemasangan decal. Rupanya, warna silver pilihan saya itu membuat daya rekat decal tidak maksimal pada ornamen bagian sayap. Saya perlu beberapa kali memasang kembali ornamen sayap itu. Tandanya harus segera dilakukan pengecatan finsihing dengan warna clear.

Overall, tingkat kesulitan pengerjaan pesawat ini adalah 2/5. Tidak terlalu banyak part yang detail dan harus terpasang pada pesawat. Pesawat ini dirakit pada tanggal 2 Juli 2017 untuk menandai kelahiran putri kedua saya. Jika pada kelahiran saya dan adik saya, Bapak membuatkan masing-masing CN235 dan N250, maka kiranya saya cukupkan tradisi itu.


Bandung, 8 Juli 2017.


Daging Asap 12 Jam

Saya tertarik untuk mendatangi Marty's Smokehouse sejak menyaksikan liputan mereka di sebuah saluran televisi. Dalam rubrik kuliner yang hanya tayang 5 menit itu, tidak terasa bahwa air liur mulai mengalir deras dan membuat saya penasaran untuk segera mencicipinya. Saya harus segera pulang ke Bandung. 


Keinginan itu baru terwujud awal bulan ini ketika saya dan istri benar-benar menyempatkan waktu untuk makan siang disana. Tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi restoran yang menyajikan menu daging yang telah diasapi selama 12 jam. Letaknya, tidak jauh dari Gedung Sate dan bersebelahan dengan sebuah hotel.

Saya awalnya berniat untuk memesan daging sapi asap, seperti apa yang ada dalam liputan lalu. Tetapi, saya menemukan pilihan lain yaitu Combo Platter yang berisikan Beef Brisket, Jerk Chicken, Cocktail Sausages dan Fries (kentang goreng). Disajikan dengan saus khas racikan mereka: Caramel Glaze, Peri Peri, dan Origin BBQ. IMHO, ini adalah pilihan terbaik untuk first comer. Anda akan punya pilihan untuk lebih menikmati daging sapi atau daging ayam. Satu menu ini masih cukup untuk 3 orang. 

Sensasi yang dihasilkan beef brisket memang luar biasa. A juicy taste filled our mouth. Kami menemukan sensasi yang berbeda ketika mencoba daging ayamnya. Crunchy! dan yang jelas: Enak! Ngeunah pisan, euy!

Saya suka ambien restoran yang buka jam 11.00 WIB dan tutup jam 23.00 WIB ini. Anda bisa memilih outdoor atau indoor. Ada berbagai macam menu pilihan lain untuk menemani santapan khas daging asap mereka. Pun dengan pilihan beverages yang beragam. Cocok untuk penyuka menu daging-dagingan. Harga menu-menu mereka tergolong middle-to-high, tetapi sebanding dengan pengalaman dan sensasi yang dirasakan.

Akhirul kalam, anda bisa makan apapun selama anda menyukainya, tetapi jangan lupa pesan Rasulullah Muhammad SAW: berhentilah sebelum kenyang. 


Bandung, 6 Juli 2017.

Bburago Ferrari F-14T

Ferrari is synonymous with success in Formula One 
- Christian Horner

Sumber gambar: Koleksi Pribadi
Tidak pernah terbayangkan bahwa saya akan memiliki sebuah diecast mobil Formula 1 dari tim Kuda Merah, Scuderia Ferrari. Tadinya saya berharap suatu hari nanti untuk memiliki sebuah miniatur dari McLaren Formula 1, bisa MP4-15 yang dinobatkan jadi Car of The Year tahun 2000 oleh majalah F1 Racing atau malah McLaren-Honda milik Ayrton Senna atau Alain Prost.

Well, kadang nasib tidak selalu berpihak pada waktu. Saya mendapatkan sebuah penawaran untuk miniatur diecast Ferrari F1 milik Kimi Raikkonen, eks driver McLaren Mercedes. Saya bukan seorang fans berat Ferrari. Tetapi, saya mengagumi cara mereka menangani kedua pembalapnya di lintasan balap sejak zaman duet Ross Brawn dan Jean Todt.

Mobil F-14T ini mengingatkan saya pada suatu masa dimana Formula 1 tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik. Adopsi teknologi dan batasan regulasi menyebabkan balapan jet darat akhir-akhir ini menjadi monoton. Sama ketika Michael Schumacher merajai Formula 1. 

Anyway, walaupun saya bukan seorang fans Ferrari (lagi-lagi) tapi saya menikmati hasil karya tim yang bermarkas di Maranello ini. Bburago sebagai brand yang telah bertahun-tahun menjadi official licensed partner tim kuda jingkrak berhasil membawa spirit kemenangan mereka. Balutan warna merah yang khas ditambah dengan detail yang mengagumkan membuat diecast berukuran 1:43 ini memiliki pesonanya tersendiri. 


Cipayung, 19 Juli 2017.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...