Jumat, 30 Agustus 2013

Monas Morning Run #2: The Comeback

Senang rasanya bisa kembali berlari di sekitar area Monas. Sebuah tempat yang sempat terlewatkan, padahal area Monas sudah lumrah dijadikan lokasi olahraga pagi setiap hari Jum'at. Banyak pegawai dari kalangan instansi pemerintah maupun swasta yang berkantor di bilangan Jalan Medan Merdeka memilih kawasan Monas sebagai tempat olahraga. Tidak terkecuali saya.



Setelah sukses dengan edisi perdana Monas Morning Run seminggu setelah Lebaran, saya tidak bisa melanjutkan lari pada minggu selanjutnya. Sebuah kesalahan ketika bangun tidur membuat gangguan di sekitar pinggul. Imbasnya, sendi-sendi kaki tidak bisa berfungsi secara normal. Setelah diperiksa, ternyata saya mengalami gangguan kaku sendi, yang mengakibatkan saya sangat sulit dan kesusahan untuk berjalan. Belum lagi ketika harus turun naik tangga. Seminggu kemarin itu jadi minggu paling tidak menyenangkan. Saya jadi tahu bahwa nikmat Tuhan itu tidak terletak pada hal-hal besar, justru malah ada pada hal-hal kecil. Seperti kemampuan untuk berjalan kaki, misalnya.

Hari ini, saya bisa kembali memulai latihan rutin yang terhenti akibat cedera kemarin. Saya tidak memaksakan diri untuk berlari jarak jauh. Saya berlari untuk membuktikan bahwa persendian di bagian kaki saya sudah kembali pulih. Sekaligus pula memastikan kondisi badan untuk persiapan mengikuti Samsung S4 Run Series #1 hari Minggu besok di fX.



Anyway, i just made my comeback. Thank God it's Friday and it feels great to be back running!

Paninggilan, 30 Agustus 2013.

Selasa, 27 Agustus 2013

Tips Nonton Konser #AnggiGoldenWays

Setelah mengalami berbagai keajaiban sepanjang tahun ini, termasuk nonton Sixpence None The Richer dan Metallica, lalu jadi pemenang tiket gratis konser @ProjectPe , belum lagi next upcoming concert 'Yovie and His Friends' , saya rasa sudah waktunya untuk berbagi soal tips nonton konser. 


Jangan kaget dulu. Saya tidak berniat menggurui. Lagipula, jam terbang saya masih tergolong rendah soal jagad perkonseran. Jadi, pembaca tidak perlu khawatir soal validitasnya. Anggap saja ini hanya saran seorang kawan belaka.

  • Pastikan konser yang akan kamu tonton adalah konser artis/band favorit kamu. Cari informasi lewat laman resmi Facebook atau Twitter mereka (because you’re a good fans). Jadi, kamu punya waktu untuk prepare. Termasuk soal pendanaan.   
  • Kosongkan semua jadwal pada hari konser kecuali konser itu sendiri. Ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terlambat menukar voucher dengan tiket masuk atau venue yang sudah terlalu penuh. You don’t want to miss it, right? Baca juga informasi lengkap soal konser di laman web yang disediakan promotor.

  • Siapa bilang cuma tiket kereta api yang bisa dipesan jauh-jauh hari (H-90). Beberapa promotor konser bahkan sudah mulai membuka presale untuk konser-konser mereka jauh sebelum D-Day. Cek ketersediaan tiket via laman web dan hotline. Intip juga informasi di Facebook atau Twitter. Bila memang sedang beruntung, ada potongan harga yang lumayan.

  • Kalau sudah dapat tanggal main konser, pastikan kamu punya uang yang cukup untuk membeli tiket. Kalau pun belum cukup, boleh pinjam kartu kredit sahabat kamu. Siapa tahu ada promo menarik dari provider kartu kredit untuk pembelian lebih dari 1 tiket. (Biasanya kena charge 3% sih :p )
  • Follow official page Facebook atau Twitter artis/band favorit kamu. Biasanya, ada informasi soal promo tiket hingga lucky draw atau kuis berhadiah tiket konser. Kalau menang, lumayan.
  • Bila memang harus membeli tiket pada saat D Day, pastikan kamu bawa uang lebih. Soalnya, tidak menutup kemungkinan kategori tiket yang kamu incar sudah habis dan harus cari kategori yang lain.
  • Istirahat yang cukup sehari sebelum konser. Kamu nggak mau kecapekan pas lagi nyanyiin lagu mereka kan? Kalau konser digelar malam hari, usahakan tidur siang secukupnya. Supaya bisa tetap on semalaman.
  • Bawa barang seperlunya. Ponsel, smartphone, powerbank, dan dompet is a must. Jangan bawa barang yang dilarang promotor/panitia. Informasi soal hal ini bisa dilihat di laman web atau lembaran tiket. Jangan sampai kamu kehilangan barang kesayangan kamu hanya gara-gara teledor pada saat nonton konser.
  • Jadilah penonton yang baik dan bertanggungjawab. Kalau memang yang kamu tonton adalah artis/band favorit kamu, tentu nggak susah buat nyanyiin semua lagunya kan? Kecuali kamu hanya berniat #modus PDKT dengan nemenin cewek/cowok incaran kamu nonton konser.
  • Jangan nonton konser sendirian. Percayalah, hal ini rasanya sedikit tidak menyenangkan. Minimal, ada yang bisa ambil foto kamu kalau-kalau ketemu si artis di venue. Kecuali, kamu sudah bisa foto-foto sendirian. Tanpa tripod, catat!
  • Bila venue konser sudah sesak dengan penonton, jangan memaksa untuk mengambil foto dengan Tab/iPad. Jelas menganggu pandangan penonton lain di belakang kamu. Jadilah penonton yang pengertian. Yang mau nonton bukan cuma kamu.
  • Belajar mengambil foto tanpa lampu kilat (flash). Beberapa artis/band merasa keberatan dan terganggu dengan lampu kilat kamera. Hal ini juga memabantu mengasah skill fotografi kamu. Jadi bukan hanya menang gaya dengan bawa DLSR doang.
  • Beli merchandise artis/band favorit kamu yang ada di sekitar venue. Sebagai bukti kalau kamu memang pernah datang ke konser itu. Apalagi kalau sampai bisa bagi-bagi merchandise buat oleh-oleh. Hal itu bisa menaikkan derajat keeksisan kamu di depan teman-teman kamu.

Sudah jadi rahasia umum, persiapan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Maka, persiapkan dirimu semaksimal mungkin sebelum menonton konser artis/band favorit. Because, every second counts and you don’t have any chance to be missed.

Paninggilan, 27 Agustus 2013

* ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis

Senin, 26 Agustus 2013

Metallica, Nothing Else Matters!


Awalnya

Perkenalan saya dengan Metallica berawal ketika Paman (adik bungsu Ibu) mengutarakan niatnya untuk nonton konser Metallica tahun 1993 silam. Saya yang masih berumur 7 tahun hanya bisa melamun saja saat Ibu dan Nenek mengkhawatirkan kepergian paman saya itu. Maklum, mereka takut kalau terjadi kerusuhan dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan disana. Waktu itu, belum terbersit sedikitpun punya keinginan untuk bermimpi bahwa 20 tahun lagi saya akan berada pada posisi yang sama dengan paman saya.

Kabar berita dari konser perdana Metallica di Jakarta berakhir rusuh. Tidak cukupnya kapasitas Stadion Lebak Bulus membuat penonton yang kurang lebih berjumlah 100.000 orang memaksa untukk masuk ke dalam stadion. Kekacauan pun tidak bisa dihindari. Alhasil, konser tidak berjalan lancar dan Metallica baru mau datang lagi kemari setelah 20 tahun kemudian.


Kepulangan Paman kami sambut dengan sukacita. Paman saya langsung bercerita bagaimana pengalamannya menghindari gebukan polisi dan petugas keamanan lainnya. Kelak, pengalaman seperti inilah yang terus akan dikenangnya dan selalu menjadi penanda romantika atas fanatisme terhadap entitas bernama Metallica.

Usai ‘Naik Haji’ di Konser Metallica 1993, Paman saya membeli drum set lengkap. Lalu, didandani supaya mirip dengan milik Lars Ulrich. Tak lupa, potongan kliping dari majalah Hai ikut ditempel di dinding dan bisa dibaca sambil bermain drum. Hal itulah yang sampai saat ini tidak bisa saya lupakan. Sering saya hanya duduk di bangku drum hanya untuk membaca kedahsyatan konser tahun 1993 itu. Perlahan, saya mulai tahu rasanya punya kesenangan. Disadari atau tidak, sejak itulah saya mulai punya keinginan untuk bisa main drum.

Saya benar-benar menjiwai Metallica pada saat booming DVD bajakan sekitar medio 2005-an. Setelah sebelumnya hanya akrab dengan beberapa lagu seperti “The Unforgiven” dan “Enter Sandman”. Ditambah lagi beberapa momen keakraban dengan Paman yang selalu memutar lagu Metallica dalam istilah ‘kesenian’ baginya.

Metallica is Back!

Kedatangan Metallica di Jakarta sempat diprediksi akan batal. Belum lagi, ditambah fakta kerusuhan tahun 1993 lalu. Namun, melalui akun resmi twitternya, Metallica menyatakan bahwa mereka sudah membuat keputusan resmi untuk datang ke Indonesia dalam rangkaian Metallica On Tour #MetOnTour 2013.


Mendengar berita itu, saya seakan dibuat tidak percaya untuk kesekiankalinya tahun ini. Setelah mengalami momen mendebarkan untuk menyambut kedatangan Liverpool FC dan menyanyi bersama Sixpence None The Richer, Metallica adalah satu keajaiban Tuhan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. This is it. This is your last chance! Belum tentu 10 atau 20 tahun lagi mereka akan kembali lagi ke Indonesia.

Tiket Metallica Live in Jakarta 2013


Tiket Metallica Tahun 1993


Saya tentu berharap bisa menonton Metallica Live in Jakarta ini bersama dengan Paman saya itu. Saya melihat sendiri bagaimana kecintaannya terhadap Metallica. Jadi, rasanya sayang sekali kalau kesempatan ini dilewatkan. Diam-diam, saya membeli tiket untuk saya berikan padanya usai lebaran kemarin. Namun, dengan malu-malu Paman saya hanya menjawab bahwa ini sudah bukan saatnya. “udah gak bisa gondrong lagi sekarang mah...” begitu katanya. Walau saya tahu dalam hatinya tetap menyimpan kerinduan untuk menonton band pujaan yang selalu jadi inspirasinya untuk jadi musisi.


Ibu saya pun sempat mengkhawatirkan saya karena jawaban Paman. Ibu khawatir suasana rusuh kembali. Maka dari itu, sehari sebelum Metallica menggelar konser 20 years after, saya pulang ke Bandung menemui Ibu. Mencoba meminta pengertian dan doa dari beliau supaya konser berjalan lancar. Bayangkan, berapa puluh ribu orang sudah menanti kedatangan Metallica sejak 20 tahun lalu. Doa ibu, nothing else matters!

The Show

Kalau kau percaya pada mimpi, inilah saatnya kau percaya!


Saya tidak pernah menyangka bahwa saya terbangun di hari Minggu pagi dengan tiket konser Metallica di tangan. Sampai saya tiba sendiri di depan kerumunan crowd yang sudah mengantri di pintu masuk Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Inilah waktunya. Saya benar berada disuatu tempat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dari hanya membaca klipingan Metallica dari majalah hingga bisa jadi penonton konser mereka. Dari hanya video konser di Youtube hingga kini menatap wajah James Hetfield langsung.

Band pembuka Seringai langsung Membakar Jakarta. Mereka adalah bagian dari pemimpi yang 20 tahun lalu sempat berdoa pada Tuhan agar mendatangkan Metallica kembali ke Indonesia. Bukan main, Tuhan bukan hanya datangkan Metallica saja. Tetapi, menjadikan mereka sebagai band pembuka! Sepanggung dengan Metallica, dibayar kontan lengkap dengan hits seperti Serigala Militia, Akselerasi Maksimal, dan Individu Merdeka. Sebagai pemanasan, Seringai sudah cukup membakar semangat para Metheads untuk menyambut Metallica.


Pukul 20.30, panggung gelap, backsound mati. The Ecstasy of Gold dan Hit The Lights langsung menggebrak GBK. Hetfield, Ulrich, Hammett, dan Trujillo semua terlihat sangat bersemangat. Tidak kalah dengan penonton yang terus menerus mengiringi lirik lagu yang dibawakan James Hetfield cs. Metallica semakin menghentak Jakarta dengan Master of Puppets. "Come crawling faster. Obey your master. Your life burns faster. Obey your master, master!”

“Hello Jakarta! You are so energetic tonight!”
tidak lupa Hetfield menyapa penonton yang langsung disambut gegap gempita. Mirip seperti pada konser-konser mereka di Youtube.

Selanjutnya, penonton dimanjakan dengan penampilan spektakuler lainnya. Paduan sound dan lighting turut menunjang suasana konser yang sampai hari ini adalah konser terbaik di Indonesia. In my opinion. 

Suasana syahdu usai high tension dengan rentetan Hit The Lights-Master of Puppets-Fuel, didapat dengan dimainkannya Fade To Black. "Kalian suka lagu itu? I love you too. Kita seperti keluarga," kata Hetfield usai lagu berakhir.

Tensi konser kembali dibuat naik dengan lagu-lagu hits lain seperti Welcome Home (Sanitarium), One, Nothing Else Matters, Ride The Lightning, dan Sad But True. Tidak ketinggalan Orion, For Whom The Bell Tolls, Blackened, Enter Sandman, Fight Fire With Fire, dan Creeping Death. 


Sepanjang konser saya dan kawan-kawan hanya bisa menebak kira-kira setelah ini lagu apa lagi. Sempat saya berteriak meminta The Unforgiven, yang langsung dibalas aneh penonton di depan saya. Tapi saya tetap bersemangat meminta Seek And Destroy. Sudah hampir 17 lagu namun Seek And Destroy belum dimainkan. Itu rasanya aneh sama sekali.

Sempat sekali Hetfield beraksi di panggung, ia memberitahu bahwa konser ini sudah selesai. Dari ekspresi wajahnya saya lihat ia mengatakan: “It’s going late. Go home, now. Get some sleep.” Namun, penonton semakin bergemuruh “We want more!!!” berulang-ulang. Saya sangat berharap bahwa lagu terakhir ini benar-benar Seek And Destroy.

Suatu keajaiban bahwa lampu panggung kembali dinyalakan dan Metallica langsung menggeber Seek And Destroy sebagai lagu penutup. Kontan kami semua dan penonton Jamaah Haji Metallicah langsung menghentak bumi Senayan. Sungguh suatu penampilan yang tidak akan pernah terlupakan. Metallica pun terkesan dengan penonton Indonesia yang sangat bersemangat dan tidak henti-hentinya ikut bernyanyi bersama mereka.

“Jakarta, we’ll be back fuckin* soon..” begitu kata Lars Ulrich di penghujung konser.

Sebelum membawakan Cyanide, Hetfield juga sempat bilang bahwa penonton Jakarta adalah anggota kelima Metallica. “You are our fifth members!”.

Robert Trujillo juga tak lupa memberikan sambutan, “Hello Jakarta! Makasih banyak!!!” yang langsung dibalas penonton seisi Stadion. Trujillo sempat melakukan beberapa encore termasuk aksi panggung rolling dengan bass. 


Sebelum meninggalkan panggung, Hetfield, Ulrich, Hammett, dan Trujillo membagikan beberapa gimmick untuk penonton. Entah darimana, Hetfield kembali naik panggung dengan membawa bendera Merah Putih. Mereka pun segera naik panggung kembali dan berfoto bersama sambil membentangkan bendera Merah Putih dengan tulisan “Metallica Solo – Indonesia”. 

Aftershow 

Saya tidak bisa membayangkan terbangun di hari Senin pagi, 26 Agustus 2013, dengan hanya membaca headline harian umum di seantero Jakarta Raya bahwa Metallica sukses menggelar konser di Indonesia. Saya tidak bisa membayangkan bahwa saya hanya akan menikmati kedahsyatan aksi panggung Metallica hanya dari page Youtube MetallicaTV saja tanpa pernah mengalami kenyataan yang sebenarnya. Semua kenyataan semalam bersama Metallica telah terjadi dalam satu periode kehidupan saya. Satu lagi mimpi yang jadi kenyataan.

Insya4JJI mabrur, Lur!!! #MetallicaJKT

Secara umum, penampilan Metallica semalam luar biasa. Tanpa harus menghadirkan banyak gimmick sisipan dalam show, Metallica sudah sukses mengembalikan perasaan rindu yang sempat tenggelam dan hilang selama 20 tahun. It’s all about the music. And, Metallica did that! Nothing else matters!

Saking bersemangatnya, pita warna ungu penanda tribun konser pun masih saya pakai ke kantor tadi pagi. Saya jadikan pita itu penanda bahwa saya telah menunaikan ‘ibadah suci’. Kalau mereka yang baru pulang umroh atau haji saja masih mengenakannya, kenapa saya yang pulang ‘naik haji’ dengan nonton Metallica tidak bisa? Mungkin saya yang salah atau terlalu butuh sensasi. Demi apa? Demi Metallica! Terima kasih, Metallica!


Paninggilan, 26 Agustus 2013.

Sabtu, 24 Agustus 2013

The Naked Kitchen (2008)

Can you love two people at same time?


Ahn Mo-Rae (Shin Min-Ah) sedang berusaha mencari hadiah diberikan pada suaminya, Han Sang-In (Kim Tae-Woo) pada hari ulang tahun pernikahan mereka yang pertama. Mo-Rae pergi melihat-lihat ke sebuah galeri seni untuk menemukan sebuah hadiah sempurna untuk selalu mereka kenang. Di galeri, Mo-Rae bertemu dengan seseorang tak dikenal yang baru sekali itu dijumpainya. Entah apa yang merasuki mereka, keduanya bercinta. Mo-Rae tidak dapat menahan godaan dari si pria tak dikenal ini. Kelak mereka akan saling mengenal.

Mo-Rae terus dihantui perasaan bersalah. Mo-Rae dilanda kebimbangan, antara menyimpan rapat-rapat rahasia itu atau malah berkata jujur pada Sang-In. Keakraban dan kedekatan yang terjalin sejak mereka masih kecil membuat Mo-Rae tidak punya pilihan selain berkata jujur. Sang-In rupanya mau mendengarkan, namun ia tidak mau mendengar cerita itu lebih jauh dan tidak mau membahasnya sama sekali. Kontan, hal itu membuat Mo-Rae semakin merasa bersalah. Bagaimanapun, Mo-Rae menyadari bahwa Sang-In akan mengetahuinya suatu hari nanti.

Usai makan malam di hari jadi perkawinan mereka, datanglah sahabat lama Sang-In. Park Do-Ree (Joo Ji Hoon), seorang chef yang kembali ke Korea atas inisiatif Sang-In yang mengajaknya untuk membuka restoran. Sang-In sendiri telah memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai pialang saham untuk menjalani passionnya selama ini, yaitu menjadi seorang juru masak dan membuka restoran sendiri. Untuk itulah Sang-In membutuhkan Do-Ree. Sang-In sengaja memanggil Do-Ree pulang dari Paris untuk tinggal di rumahnya.

Sebuah kebetulan bahwa pada saat perkenalan itulah Mo-Rae menyadari bahwa Do-Ree adalah pria yang bercinta dengannya di galeri seni. Mo-Rae semakin merasa tidak nyaman. Kini, tugasnya bukan hanya menyimpan rapat-rapat rahasia antara dirinya dengan Do-Ree, tapi juga harus menahan perasaan aneh yang terjadi antara mereka berdua.


Kisah cinta segitiga dalam satu atap dimulai. Sang-In sengaja memberi keleluasaan pada Mo-Rae untuk menemani Do-Ree berkeliling di sekitar tempat tinggal mereka. Kedekatan mereka berdua akhirnya terjalin semakin akrab. Berkali-kali Do-Ree mengungkapkan cintanya pada Mo-Rae. Do-Ree mencoba meyakinkan Mo-Rae bahwa cinta antara dirinya dengan Sang-In bukan cinta yang sebenarnya. Do-Ree meyakini cinta Mo-Rae kepada Sang-In adalah sesuatu yang ‘given’, terbentuk dari perasaan yang pelan-pelan tumbuh sejak mereka kecil. Do-Ree meragukan cinta Sang-In pada Mo-Rae. Namun, Mo-Rae tetap pada pendiriannya. Ia merasakan sesuatu yang lain pada Do-Ree namun ia tidak mau mengungkapkannya.

Pada satu kesempatan, Sang-In mulai mencurigai affair antara Mo-Rae dengan Do-Ree. Sang-In juga memiliki bukti kedekatan mereka akibat kecerobohan Kim Seon-Woo (Jeon Hye Jin II), sahabat Mo-Rae. Hal itu langsung membuat Sang-In menghajar Do-Ree habis-habisan. Do-Ree pun menyerang balik Sang-In dengan mengakui apa yang telah dilakukannya lalu mengungkapan perasaanya kepada Mo-Rae. Usai berkelahi habis-habisan, Sang-In menyadari bahwa semua pilihan ada pada Mo-Rae. Mo-Rae harus memilih, Sang-In yang telah bersama dengannya sejak lama atau pada totally complete stranger seperti Do-Ree. Mo-Rae tidak memilih namun ia memiliki pilihan hatinya sendiri.

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan


The Naked Kitchen adalah film pertama Shin Min-Ah yang saya tonton. Sebelumnya, saya sudah dibuat jatuh cinta pada Min-Ah dengan aktingnya di seri drama ‘My Girlfriend is A Gumiho’ dan ‘Ahrang and The Magistrate’ lalu pada suaranya yang ikut mengisi soundtrack Gumiho.

Pelajaran pertama dari film ini adalah: Live your passion. Sang-In sengaja meninggalkan pekerjaannya yang mapan hanya untuk menjalani kehendak hatinya yang lain, yang akan membuat dirinya sepenuhnya utuh dengan menjalankan bisnis barunya di bidang kuliner.

Selanjutnya, kemelut cinta segitiga Sang In-Mo Rae-Do Ree memberikan suatu sudut pandang bahwa mencintai seseorang adalah sebuah proses yang tak hanya ‘given’ saja. Tetapi juga membutuhkan hubungan dua arah, dimana keduanya saling merasa terikat dan saling mencintai sepenuh hati.

Anyway, kehebatan unsur film ini terletak pada inti cerita yang berpusat pada kisah cinta segitiga, tanpa mengurangi esensi dari sebuah culinary passion. Keduanya merupakan perpaduan bumbu utama yang menghadirkan perasaan geregetan dan penasaran.

Judul           : The Naked Kitchen
Sutradara    : Hong Ji Young
Cast            : Shin Min Ah, Kim Tae Woo, Joo Ji Hoon, Jeon Hye Jin II
Tahun         : 2008
Produksi     : CJ Entertainment


Pharmindo, 24 Agustus 2013.

Note: images taken from www.hancinema.net

Senin, 12 Agustus 2013

Blackjack: Life is Not a Gamble

“Kamu tertipu karena dibutakan cinta. Dari segala kebodohan, kebodohan cinta adalah kebodohan yang paling bodoh.”

Kalau kau masih penasaran bagaimana cinta membutakan segala yang ada pada dirimu, sila baca sendiri kisah Ashlyn yang cinta setengah mati sama Jaeed, kekasihnya. Perlakuan spesial Jaeed pada Ashlyn sejak pertemuan pertama mereka meninggalkan kesan yang dalam. Ashlyn pun menerima Jaeed untuk menjadi kekasihnya. Jauh di suatu negeri dimana Ashlyn pernah dijanjikan Mamanya untuk bertemu seorang pangeran.



Tidak ada yang tahu pasti siapa itu Jaeed. Andrew jelas sudah memberi sinyal lampu kuning pada Ashlyn. Begitu pun sahabatnya, Laura. Ashlyn sendiri jelas membela dirinya dengan memberi pembenaran bahwa semua pikiran mereka tentang Jaeed adalah salah. Ashlyn mulai terlibat lebih dalam dengan perasaannya sementara kedok Jaeed belum jelas benar.

Sekali, Ashlyn pernah mengikuti Jaeed ke Kasino. Itu pun terpaksa karena ingin membuktikan bahwa Jaeed membohonginya. Semakin lama, Ashlyn semakin jatuh cinta. Sedang, Jaeed mulai menampakkan dirinya. Berkali-kali Jaeed memaksa Ashlyn untuk meminjaminya uang. Dengan alasan yang nampak masuk akal bagi Ashlyn. Tidak ada yang mampu menghalangi orang yang sedang jatuh cinta. Bahkan petuah bijak sahabat sekalipun. Apapun akan dilakukan walau harus mengorbankan uang jatah kuliah.

Hal itu terus berlanjut hingga akhirnya Jaeed menghilang dan meninggalkan hutang yang tak terbayar. Tidak hanya pada Ashlyn, Jaeed berhutang pada hampir semua mahasiswa Indonesia yang dikenalnya. Ashlyn mulai menyadari kesalahannya. Apalagi, setelah sahabat terbaiknya, Laura dan Adel pulang ke Indonesia usai meraih gelar sarjana. Berkat pertolongan Tante Erly, Ashlyn tidak lagi menggelandang.

Hidup nampaknya akan lebih mudah setelah pertolongan itu tiba. Namun, sekali lagi Ashlyn tidak mampu membedakan cinta. Usai dijebak oleh Tante Erly, Jaeed yang memang terpojok mengakui bahwa ia hanya memanfaatkan Ashlyn belaka. Sayangnya, Ashlyn kembali terbujuk ketika Jaeed menghubunginya kembali. Jaeed berhasil memanfaatkan butanya perasaan Ashlyn untuk mengadu keberuntungan. Ia memakai uang jatah kuliah Ashlyn untuk berjudi. Tragis. Jaeed kalah. Jaeed pergi meninggalkan Ashlyn yang harus kembali menggelandang.

..bahwa seburuk apa pun situasimu, ketika sahabatmu mendampingimu, kamu akan tahu bahwa semuanya bisa menjadi lebih baik.

Kepahitan hidup di jalanan membuat Ashlyn harus memutar otak untuk bertahan hidup. Segala kemungkinan diusahakannya. Termasuk, menghubungi sahabatnya, Adel. Keajaiban itu ada bahwa Adel akhirnya membantu Ashlyn menemukan jalan keluar.

Walau bayangan tentang Jaeed masih enggan pergi Ashlyn berhasil meraih impian yang jadi landasan mimpinya untuk pergi sejauh itu. Ashlyn semakin menyadari kesalahannya ketika Mama mengetahui semuanya. Ibarat pepatah, kasih Ibu sepanjang masa. Mama tidak kecewa pada Ashlyn, bahkan mereka saling menyalahkan diri sendiri.

Ashlyn kembali ke Indonesia beberapa bulan sebelum upacara wisuda. Ashlyn mewujudkan hidup barunya di Jakarta dengan bekerja pada sebuah perusahaan multinasional. Entah bagaimana, takdir mempertemukannya lagi dengan Jaeed. Jaeed diterima bekerja di perusahaan yang sama dengan Ashlyn. Dengan meja kerja yang berjarak 10 meter itu.

Seperti biasa, seakan tidak terjadi apa-apa. Jaeed mulai berusaha mendekati Ashlyn kembali. Bayangan itu kembali menyergap. Kali ini, Ashlyn sudah merasa cukup. Hingga ia hanya bisa tersenyum saja ketika melihat teman-temannya menjadi korban Jaeed.

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

Personally, saya mengenal Northumbria University dan London Metropolitan University dari beberapa sesi pertanyaan dengan representatives mereka setiap UK Education Fair digelar. Begitu pun dengan Newcastle yang sudah lebih dulu akrab karena sebuah klub sepakbola bertajuk Newcastle United. Sayang, karena beberapa hal saya urung mendaftar kesana. Kisah petualangan Ashlyn di Inggris bagi saya sudah cukup memberikan gambaran tentang kehidupan perkuliahan disana.

Membaca fiksi yang diangkat dari kisah non-fiksi membawa suatu nuansa realitas yang begitu kental dalam setiap detail cerita. Yang membuat saya tidak ingin beranjak dari pembacaan Blackjack adalah ketegangan-ketegangan yang turun naik sejalan dengan alur cerita. Walau terkesan dimulai dengan alur flashback namun ketegangan yang naik kadang turun dengan sendirinya membuat semakin penasaran menuju akhir cerita. Barangkali, Blackjack sendiri merupakan biografi fiksi yang sangat personal sehingga berbagai konflik didalamnya terasa lekat dengan keseharian kita.

Lebih jauh, walaupun Blackjack masih mengandalkan tema cinta, namun ia kembali membuat kita percaya bahwa hubungan persahabatan tidak pernah akan pudar. Sahabat bukanlah seseorang yang selalu ada menemanimu, tetapi mereka ada untukmu. Mereka akan datang pertama kali padamu saat seluruh dunia meninggalkanmu.

Geregetan? Ya. Kesal? Pasti. Yang jelas, detail dalam buku ini nampak nyata dan hidup. Blackjack tidak hanya menawarkan pengalaman Ashlyn dalam mencinta tapi juga pengalaman memaknai perjalanan hidup.

Lalu, kau masih percaya kalau cinta itu buta?


Judul         : Blackjack
Penulis      : Clara Ng & Felice Cahyadi
Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama
Tahun        : 2013
Tebal        : 316 hal.
Genre        : Novel Dewasa-Metropop

Catatan:
Resensi ini terpilih sebagai #ResensiPilihan @gramedia periode 20 Agustus 2013







Paninggilan, 12 Agustus 2013.

Rabu, 07 Agustus 2013

Menuju Idul Fitri

Sesama umat kita telah bersama-sama menjalani Idul Fitri meskipun harinya bisa berbeda. Kita telah berupaya membersihkan diri satu sama lain dengan cara saling memaafkan.

Cak Nun memimpin doa di #MaiyahJombang. Courtesy: @maiyahan

Idul Fitri telah membuat sifat kebersamaan sosial kita menjadi lebih dari sekadar community atau society: kita menjadi ummah.

Ummah
atau umat adalah suatu konsep dengan tatanan kuantitatif dan persyaratan kualitatif yang berbeda dengan jenis-jenis “perkumpulan manusia” lain yang dikenal dalam sejarah. Umat mengandalkan suatu kohesi, perhubungan yang rekat, dan memiliki daya tarik-menarik, yang disifati oleh sejumlah nilai Allah: kesederajatan antarmanusia, kebenaran nilai, keadilan realitas, dan kebaikan akhlak. Tolak ukur derajat manusia hanya satu: bahwa di mata Allah, yang paling bertakwalah yang tertinggi. Itu ukuran sangat kualitatif, sangat rohaniah, dimana mata pandang sosial budaya antarmanusia hampir-hampir tak mampu melihatnya.

Kalau diantara suatu komunitas Muslimin ada kedudukan dan fungsi-fungsi yang membuat seseorang menindas dan yang lainnya ditindas, maka konsep ummah belum terpenuhi. Wallahualam apakah secara “mutu” kita telah sungguh-sungguh beridul fitri atau belum, tapi memang berlalunya hari raya demi hari raya selama ini belum cukup mengubah perhubungan-perhubungan sosial yang eksploitatif, diskriminatif, dan represif di antara kaum muslimin sendiri.

Kita berbahagia melalui Idul Fitri kali ini bersama sekalian sanak saudara dan teman-teman sekampung atau seprofesi, namun diam-diam kita juga tetap harus memelihara kepekaaan terhadap sejumlah hal yang memprihatinkan. Justru sensibilitas semacam itulah yang mendorong naiknya tingkat Idul Fitri kita.

Oleh karena itu, disamping beridul fitri sebagai umat, pertanyaan tafakkur kita adalah seberapa jauh kita--sebagai pribadi-pribadi—telah sungguh-sungguh mengupayakan conditioning peridulfitrian dalam kehidupan kita masing-masing.

Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, lindungilah hamba dan kami semua. Bantulah kami mengidul fitri di lutut kuasa-Mu. Wa la aqwa ‘alanaril jahim. Di neraka, tak kuat hamba ya Rabbi.


Pharmindo, 7 Agustus 2013.

(dikutip dari tulisan Seandainya Allah Pun “Berlebaran” , dalam buku ‘Tuhan Pun Berpuasa’, Emha Ainun Nadjib, Penerbit Buku Kompas, Juni 2012. Hal. 149-153)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...