Kamis, 25 Desember 2014

H-2

It's getting closer. I didn't even remember  what really happened in past years. Come away with me. The best is yet to be. 


Pharmindo, 25 Desember 2014. 

Minggu, 14 Desember 2014

BAJAK JAKARTA 2014

Sudah hampir dua bulan ini saya tidak mengikuti lomba lari. Terakhir, lomba yang saya ikuti adalah Mandiri Run Bandung bulan Oktober lalu. November, saya tidak ada dalam barisan starter di lomba lari manapun. Desember ini, saya mengikuti Nike Indonesia #BAJAKJKT 2014 sebagai lomba pamungkas, at least untuk tahun ini. 

TIIS JAYA RUNNER VS JKT

Persiapan menuju #BAJAKJKT saya lalui dengan lari rutin mingguan, entah di Monas, Petojo, dan Pharmindo. Tidak hanya itu, #BAJAKJKT juga menyadarkan saya untuk mendiskusikan terlebih dahulu apa yang jadi keinginan saya ini bersama sang calon istri tercinta. Dua minggu lagi kami akan menikah, sehingga waktu mendaftar untuk menjadi Pembajak Jakarta saya kurang aware bahwa ia cukup khawatir dengan keputusan saya berlomba menjelang waktu pernikahan yang semakin dekat, kalau tidak mau dibilang menghitung hari.

Setelah melalui diskusi kecil di satu rumah makan di Bogor, saya mengambil satu keputusan. Saya berusaha untuk tidak memaksakan diri dengan latihan long run. Saya masih akan setia dengan usaha saya memperbaiki personal record dan menjaga pace di 5K run.

Courtesy: @IndoRunners

Raceday. Saya melintasi garis start #BAJAKJKT 10 menit setelah bendera start dikibarkan. Telat memang karena saya masih mengantri di toilet umum. Pengaruh dari badan yang kurang fit beberapa hari belakangan pun membuat saya lebih santai untuk tidak memaksa berlari kencang di 2,5 km pertama. Saya lebih santai dan berada di wave belakang. Barisan wave belakang ini diisi pelari kelas fun run sepertinya. Mereka masih bisa berfoto selfie, memakai tongsis sambil berlari, dan bahkan berfoto dengan bajaj yang ‘dihias’ YOU VS BAJAJ ala #BAJAKJKT.

Pengalaman berlari di wave seperti itu adalah yang pertama bagi saya. Terus terang saya kurang merasa nyaman. Saya khawatir terkena tongsis dan juga perlu gesa-gesi (geser sana, geser sini) untuk menyusul pelari di depan. Alhasil, karena saya memang tidak mau berlari dengan pace 6 saya harus berjuang menyesuaikan. Saya menyayangkan pelari yang tidak membaca dengan seksama prerace guide, dimana dinyatakan bahwa pelari yang lebih lambat harus berada di jalur kiri agar pelari yang lebih cepat bisa menyusul di jalur kanan. Imbasnya, banyak pelari yang lebih cepat perlu zig-zag untuk menyusul.

Courtesy: @IndoRunners

Saya cukup memaklumi bahwa saya memang berada di wave yang crowded. Berbeda dengan Panin 10K dimana saya berada di wave depan. Saya cenderung tidak memaksakan diri berlari cepat ketika memasuki 5+ km. Saya mencoba berlari santai saja, barangkali dengan berlari bisa menghangatkan badan dan melancarkan sirkulasi darah dan udara setelah didera meriang disko.
 


Menjelang finish, papan waktu menunjukkan 1 jam 20 menit, artinya ini adalah lari 10K terburuk saya. Apapun itu, saya tidak terlalu peduli. Yang jelas saya berhasil finish dengan kondisi badan yang tidak terlalu fit. Melintasi garis finish, saya melihat Ella sudah menunggu. Dari senyumnya saya tahu bahwa ia masih mengkhawatirkan kondisi saya. Setidaknya, setelah saya finish Ella tidak perlu lagi khawatir. I’ll be there for you, cause i know you’ll be there for me too.

RACE RESULT

1399/3523 runners in Male 25+ Category & 2213/5533 Male runners, lumayan masih setengah diatas.


Lapangan Banteng-Paninggilan, 13 Desember 2014.

Senin, 01 Desember 2014

Catatan Hati Pengantin

Barangkali benar, tidak ada yang bisa menyiapkan diri kita lahir batin sebelum memasuki gerbang pernikahan. Karena memang tidak pernah ada institusi pendidikan yang membekali seseorang untuk benar-benar siap mengarungi bahteranya.



Harus saya akui bahwa membaca buku bertema pernikahan adalah satu persiapan yang baik bagi calon pengantin. Melalui buku ini, pembaca diajak menyelami gambaran perjalanan kehidupan pernikahan. Segenap jatuh bangun usaha, turun naik gelombang kehidupan, pasang surut kasih sayang, dalam keseharian pernikahan digambarkan disini.

Ada beberapa nama yang saya kenal yang berkontribusi dalam kumpulan cerita ini. Sebut saja, Novia Syahidah, penulis buku "Titip Rindu Buat Ibu" dan Sinta Yudisia yang juga penulis beberapa buku bestseller. 

Saya mendapatkan gambaran yang lebih nyata bila dibandingkan dengan buku bertema serupa "Sakinah Bersamamu", masih dari penulis yang sama. Ada sepuluh bab yang menghimpun keseharian kehidupan pernikahan. Dimulai dengan hal-hal yang utama dalam pernikahan, yaitu kesehatan dan perekonomian keluarga. Kemudian, perihal rindu terhadap pasangan dan pekerjaan rumah tangga pun jadi bab tersendiri. Selanjutnya, tidak kalah dalam penting adalah pentingnya memilih tempat tinggal serta adanya orang ketiga dalam kehidupan pernikahan.

Memasuki bab-bab akhir, pembaca dihadapkan pada hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi situasional dalam pernikahan. Betapa komunikasi antar individu sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga pernikahan. Komunikasi yang terjalin pun tidak hanya dalam lingkup keluarga kecil saja, komunikasi dengan mertua dan kerabat juga menjadi fokus yang harus diperhatikan oleh setiap pasangan. Hingga akhirnya, ditutup oleh bab mengenai kehilangan yang disebabkan oleh maut.

Pada setiap akhir bab, ada satu konklusi sebagai bahan renungan dari penulis. Perbandingan pengalaman penulis dan para pengisi cerita menjadi satu nilai plus tersendiri. Saya mengambil banyak manfaat dari buku ini. Saya jadi lebih sadar akan hal-hal yang akan saya hadapi dalam kehidupan pernikahan nanti. Terakhir, saya berterima kasih karena buku ini telah membantu saya menghadapi berbagai kekhawatiran menjelang pernikahan yang tinggal menghitung hari.


Paninggilan-Medan Merdeka Barat, 30 November 2014.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...