Selasa, 30 November 2021

6 Tahun

 Aldebaran sayang,

Genap enam tahun usiamu kini. Engkau semakin beranjak dari masa kanak-kanak. Rasanya, Bapak terlalu lambat untuk menyadarinya. Sebentar lagi umurmu tujuh tahun. Sudah boleh 'dipukul' untuk mengingatkan sholat wajib.

Tapi ah, rasanya Bapakmu tidak tega kalau bukan karena kewajiban. Cita-cita kami ingin seperti Nabi Ibrahim dan Ismail putranya. Bapak sadar, Bapak bukan Nabi yang bisa sempurna. Mungkin ada banyak cara yang lain supaya Alde tetap patuh pada kewajiban.

Hari-hari ini Alde sudah semakin banyak ingin tahu. Entah itu lokasi negara, bahasanya, makanannya, dan segala yang ingin kau tahu. Teruskanlah Nak, semoga rasa ingin tahumu kelak membawamu pada sesuatu yang berarti untuk hidupmu.

Aldebaran,

Bapak harap kita bisa jadi teman. Teman main atau pun teman ngobrol. Engkau semakin tumbuh, dan dahagamu harus bisa Bapak penuhi. Engkau lelaki kelak sendiri, kata Iwan Fals.

Sehat selalu dan panjang umur, Nak. Peluk hangat dari ujung malam nan sunyi.



Cipayung, 6 November 2021

Senin, 22 November 2021

Kelakar a la Madura

Sumber gambar: www.goodreads.com
 
Agaknya, buku ini bisa menjadi pembuktian tentang mengapa Tuhan menciptakan Pulau Madura ketika sedang berkelakar. Disarikan dari guyonan-guyonan Cak Nun tentang per-Madura-an ketika sedang mengisi forum-forum Maiyahan di seantero jagat Nusantara.

Membaca buku ini secara langsung tanpa pernah mengetahui guyonan yang mana dan disampaikan pada forum yang mana, memang bisa jadi mengasyikkan. Seterbitnya buku ini, saya merasa bahwa ada satu hal yang hilang, missing link diantara ketiganya: buku ini, guyonan Maiyahan, dan buku lama Cak Nun berjudul "Folklore Madura".

Saya menyarankan agar setiap penikmat guyonan Cak Nun turut membaca juga buku lama terbitan Progress tersebut. Mudah-mudahan dengan cara tersebut didapati benang merah kenapa Madura bisa jadi sangat spesial dihadapan Cak Nun dan Allah SWT.

 

Judul           : Urusan Laut Jangan Dibawa ke Darat: Jiwamu Butuh Berkelakar
Penulis        : Emha Ainun Nadjib
Penerbit       : Narasi
Tahun          : 2018
Tebal           : 141 hal.
Genre          : Sosial-Budaya-Kehidupan-Kebudayaan

Cengkareng, 22 November 2021

Rabu, 17 November 2021

Rumah Mice, Rumah Kita Juga!

Sumber gambar: Mice Cartoon Official Facebook

Menyenangkan sekali rasanya dapat membaca kembali komik dari Mice. Terlepas dari judul ataupun subjeknya. Komik yang habis dibaca sekali duduk ini menampilkan sisi lain dari komik Mice lainnya yang saya punya dan pernah baca sebelumnya. Dalam posisi saya yang kini sama seperti Mice-berkeluarga K2, membaca komik ini memberikan perasaan "heartwarming". Adalah keseharian keluarga yang tentunya kebanyakan sudah kami rasakan di rumah kami yang mungil (dan tepat di Tangsel juga :)))) ).

Segala macam perasaan bercampur aduk kala Mice menyuguhkan komik strip dengan kejadian yang pernah saya alami. Sangat dekat rasanya, sehingga saya sering teringat kembali pada perasaan kala mengalah untuk menuruti keinginan putri kecil saya. Kadang, kalau diingat kembali jadi sering membuat saya nyengir sendiri.

Anyway, sebelum dibukukan komik ini tadinya pernah rutin terbit untuk Ciayo Comics. Alangkah tertinggalnya saya karena saya hampir kehilangan jejak karya dari Mice Misrad sebelum menemukan komik ini. 

Dilabeli Parenthood dan Semua Umur, tidak salah bila komik ini ditujukan untuk seluruh anggota keluarga. Plus, anak-anak pun dapat membaca komik ini karena tidak ada konten berbahaya atau explicit content (macam sampul album Slipknot dkk :D). Sedikit catatan, ada hal yang dapat jadi pertimbangan tentang bagaimana cara Mice Misrad menyikapi anak-anaknya dalam menggunakan Youtube. Kita memang tidak bisa menghindarinya, tetapi kita sebagai orang tua dapat mengaturnya.

Saya setuju bila Mice Misrad kembali membuat komik lanjutan dari volume 1 ini. Ataupun, menerbitkan komik baru dengan tema yang sama. Sometimes, we need a heartwarming stories to keep our heart warm.

 

Judul           : Rumah Mice: Home is Where Our Story Begins Vol. 1
Penulis        : Muhammad 'Mice' Misrad
Penerbit       : m&c
Tahun          : 2019
Tebal           : 80 hal.
Genre          : Komik-Keluarga

CGK, 17 November 2021.

Jumat, 12 November 2021

Belum Ada Judul (yang kesekian kalinya)

Aku tidak akan pernah lupa bagaimana caranya engkau hadir dalam mimpiku.

Bahkan, kini engkau mampu hadir dihadapanku.

Aku tidak akan pernah lupa bagaimana rasanya.

Aku tidak akan pernah lupa!

Aku benci perasaan itu! 

(Aku benci...)


Benda, 12 November 2021.

Senin, 01 November 2021

Dari Pojok Sejarah: Sebuah Catatan

Sumber gambar: www.goodreads.com

 
Awalnya, saya dibuat penasaran dengan buku-buku lama dari Emha. Salah satunya termasuk buku ini. Dari judulnya saja, rasanya sudah sangat serius. Apakah yang dimaksud dengan "pojok sejarah" itu? Memangnya ada yang tercecer atau atau tersisa dari "pojok sejarah"? Kalaupun betul begitu, "pojok sejarah"mana? Sejarah pra-kolonialisasi atau pasca-modernisme?
 
Agaknya, semua teka-teki dalam benak saya roboh seketika ketika buku ini benar-benar diterbitkan kembali. Buku berhalaman lebih dari 500 lembar ini memang membutuhkan stamina pembacaan yang prima. Buat saya, ini jadi satu pengalaman yang baru karena buku Emha inilah yang paling banyak halamannya yang pernah saya tamatkan.
 
Ada satu jurus yang saya lakukan sebelum dan selama pembacaan buku ini. Saya 'mengosongkan' diri saya dari segala asumsi dan pretensi sehingga saya bisa menerima dan mencerna isi buku ini bulat-bulat. Saya jadi tidak terpengaruh pertanyaan-pertanyaan saya sebelumnya diatas. Ditambah lagi, semua tulisan Cak Nun disini dibuat dengan gaya bahasa surat-menyurat. Tujuan utamanya adalah adiknya sendiri, Cak Dil.
 
Ini adalah suatu kenikmatan tersendiri karena dengan begitu menurut saya penulisnya akan mampu lepas dari jeratan formal penulisan esai atau artikel. Emha bisa bercerita apa saja tentang Eropa dan negeri asalnya sendiri dengan luwes. Mengingatkan saya pada buku "Surat dari Palmerah" karya Seno Gumira Ajidarma. Bedanya, seperti sudah saya catat sebelumnya: lebih tebal.
 
Banyak surat menarik yang menggambarkan keadaan kehidupan di tahun-tahun penulisannya. Personally, keadaannya pun masih tidak banyak berubah hingga saat ini. Mungkin, yang berubah hanya nama Presiden dari negeri asalnya Emha saja. Selebihnya, saya rasa para pembaca Emha sudah sangat paham.
 
Satu yang menarik adalah saya menemukan kembali sebuah tulisan Emha yang berjudul "Hidup Itu di Hati". Saya pernah membaca tulisan ini dari sebuah laman website tidak resmi yang memuat tulisan-tulisan Emha pada tahun 2009. Nama websitenya apa saya sudah lupa. Ternyata, asal-muasal tulisan itu bermula dari pengembaraan Cak Nun ke Eropa sana dan dimuat dalam buku ini. Kesan pembacaan "Hidup Itu di Hati" pada tahun 2009 dengan 12 tahun kemudian pun masih sama. Barangkali, pada lain kesempatan, hal ini bisa jadi satu bahan tulisan sendiri.
 
Saya menamatkan pembacaan buku ini lebih dari satu tahun sejak tanggal pembelian. Ada banyak waktu terlewati begitu saja. Saya pun jadi tertawa sendiri, mengapa baru mulai intens menamatkan pembacaan pada tiga bulan terakhir ini. Semoga bukan karena alasan work from home dan mendung yang sepertinya sengaja mewakili pikiran saya.


Judul           : Dari Pojok Sejarah
Penulis        : Emha Ainun Nadjib
Penerbit       : Mizan
Tahun          : 2020
Tebal           : 508 hal.
Genre          : Sosial-Budaya-Kehidupan-Kebudayaan

Cipayung, 1 November 2021.


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...