Senin, 01 November 2021

Dari Pojok Sejarah: Sebuah Catatan

Sumber gambar: www.goodreads.com

 
Awalnya, saya dibuat penasaran dengan buku-buku lama dari Emha. Salah satunya termasuk buku ini. Dari judulnya saja, rasanya sudah sangat serius. Apakah yang dimaksud dengan "pojok sejarah" itu? Memangnya ada yang tercecer atau atau tersisa dari "pojok sejarah"? Kalaupun betul begitu, "pojok sejarah"mana? Sejarah pra-kolonialisasi atau pasca-modernisme?
 
Agaknya, semua teka-teki dalam benak saya roboh seketika ketika buku ini benar-benar diterbitkan kembali. Buku berhalaman lebih dari 500 lembar ini memang membutuhkan stamina pembacaan yang prima. Buat saya, ini jadi satu pengalaman yang baru karena buku Emha inilah yang paling banyak halamannya yang pernah saya tamatkan.
 
Ada satu jurus yang saya lakukan sebelum dan selama pembacaan buku ini. Saya 'mengosongkan' diri saya dari segala asumsi dan pretensi sehingga saya bisa menerima dan mencerna isi buku ini bulat-bulat. Saya jadi tidak terpengaruh pertanyaan-pertanyaan saya sebelumnya diatas. Ditambah lagi, semua tulisan Cak Nun disini dibuat dengan gaya bahasa surat-menyurat. Tujuan utamanya adalah adiknya sendiri, Cak Dil.
 
Ini adalah suatu kenikmatan tersendiri karena dengan begitu menurut saya penulisnya akan mampu lepas dari jeratan formal penulisan esai atau artikel. Emha bisa bercerita apa saja tentang Eropa dan negeri asalnya sendiri dengan luwes. Mengingatkan saya pada buku "Surat dari Palmerah" karya Seno Gumira Ajidarma. Bedanya, seperti sudah saya catat sebelumnya: lebih tebal.
 
Banyak surat menarik yang menggambarkan keadaan kehidupan di tahun-tahun penulisannya. Personally, keadaannya pun masih tidak banyak berubah hingga saat ini. Mungkin, yang berubah hanya nama Presiden dari negeri asalnya Emha saja. Selebihnya, saya rasa para pembaca Emha sudah sangat paham.
 
Satu yang menarik adalah saya menemukan kembali sebuah tulisan Emha yang berjudul "Hidup Itu di Hati". Saya pernah membaca tulisan ini dari sebuah laman website tidak resmi yang memuat tulisan-tulisan Emha pada tahun 2009. Nama websitenya apa saya sudah lupa. Ternyata, asal-muasal tulisan itu bermula dari pengembaraan Cak Nun ke Eropa sana dan dimuat dalam buku ini. Kesan pembacaan "Hidup Itu di Hati" pada tahun 2009 dengan 12 tahun kemudian pun masih sama. Barangkali, pada lain kesempatan, hal ini bisa jadi satu bahan tulisan sendiri.
 
Saya menamatkan pembacaan buku ini lebih dari satu tahun sejak tanggal pembelian. Ada banyak waktu terlewati begitu saja. Saya pun jadi tertawa sendiri, mengapa baru mulai intens menamatkan pembacaan pada tiga bulan terakhir ini. Semoga bukan karena alasan work from home dan mendung yang sepertinya sengaja mewakili pikiran saya.


Judul           : Dari Pojok Sejarah
Penulis        : Emha Ainun Nadjib
Penerbit       : Mizan
Tahun          : 2020
Tebal           : 508 hal.
Genre          : Sosial-Budaya-Kehidupan-Kebudayaan

Cipayung, 1 November 2021.


Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...