Jumat, 30 November 2018

Belahan Jiwa

Membaca lagi surat-surat mu
Hatiku jatuh rindu

Entah mengapa setiap memainkan lagu ini ingatanku selalu menuju padamu. Ah, mengapa ya? Mengapa semua ini harus juga tentangmu? Aku tidak pernah tahu. Hanya bisa menerka dan mereka-reka saja.
 
Waktu itu kita masih terlalu muda. Terlalu mudah terpesona untuk tahu apa yang orang sebut cinta. Mungkin, kita sama-sama terbuai dalam khayal dan imaji masing-masing. Ya, mungkin saja. Barangkali, kita terbuai bahwa kisah kita adalah Rangga dan Cinta.
 
Aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara kita berdua? Aku tidak pernah benar-benar tahu apa namanya. Kita berdua sepakat bahwa jarak membentang. Membentang sebegitu rupa sebelum ada tol Cipularang.
 
Penamu dan penaku pernah bicara. Pernah begitu dekat hingga pada akhirnya justru dalam dekat hanyalah diam yang ada diantara kita.
 
 
Jakarta, 30 November 2018.
 
* Belahan Jiwa, KLa Project

Kamis, 29 November 2018

Mimpi

Semua bisa terjadi
di dalam mimpi
Benar kata puisi
Sekali berarti sudah itu mati


Jurangmangu, 15 November 2018.

3 Tahun Aldebaran

Bapak, Assalammualaikum. 
Kami tahu engkau tidak lagi disini. Duduk bersama cucu pertamamu, mencium pipi dan memeluknya seraya berkata “Selamat ulang tahun, cucu Akung…”. Kami tahu dan paham bahwasanya tugas Bapak sudah selesai. Bapak rupanya tidak ditugaskan oleh Allah SWT untuk sampai mengantarkan Aldebaran ke Taman Pendidikan Al-QurĂ¡n di komplek sebelah. Memang sudah cita-cita Bapak untuk mengantar Aldebaran sekolah sambal naik motor Nmax. Kadang, takdir Tuhan memang tidak boleh dipilih, kita tidak bisa memilih takdir sebagaimana kita memilih shaf untuk shalat di Masjid.

Bapak, Aldebaran sudah mulai masuk sekolah TPA menjelang genap 3 tahun umurnya. Anak sekecil itu yang masih senang berlari-lari di lapangan TPA sudah bisa membaca dua huruf awal rangkaian huruf hijaiyah. “a”, “ba”, begitu katanya di depan Ustadz pembimbing. Not bad lah Pak. Alde baru membiasakan lagi membaca huruf hijaiyah pasca fase Upin-Ipin. 

Sekali pernah saya menemani Alde ke sekolah TPA. Saya adalah tipikal orang tua zaman sekarang yang sedikit-sedikit khawatir Aldebaran jatuh atau berebut bola dengan temannya. Padahal, zaman Bapak dulu tidak begitu. Bapak dan Ibu membiarkan saya begitu saja. Pulang dengan baju kotor penuh keringat itu sudah biasa. Malamnya, Bapak pasti marah. That’s all. 

Saya jadi ingat masa-masa itu. Kelakukan saya nampaknya sama seperti apa yang saya lihat pada Aldebaran sekarang. Maklum saja Pak, TPA ini punya lapangan basket dan lapangan futsal berumput. Sama seperti TPA Al-Falaah yang punya lapangan bekas sawah. Sekarang sudah jadi rumah.

Pak, mungkin Bapak bisa tahu dan lihat sendiri. Aldebaran sekarang sudah bisa membaca surat Al-Fatihah. Agak sulit membiasakannya memang namun bila diingatkan untuk membacanya sambal mendoakan Akung, ia pasti mau dan agak “emosional”. Wajar ya Pak, Alde belum paham Akung pergi kemana.

Tidak hanya itu saja, Alde juga sudah bisa menghitung satu dua tiga sampai sepuluh, dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Catat, Pak. In English lho, Pak dan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan skor TOEIC saya yang jadi Pole Position di kantor. Mungkin pengaruh tab (iPad) Aki Ni dan video unduhan dari Youtube berpengaruh pada ingatannya.

Apapun itu, kami disini merasa sangat bersyukur bahwa di umurnya yang ketiga ini, ada banyak kemajuan. Walaupun di hari ulang tahunnya ini gejala radang belum juga mereda, kami tetap merayakannya dengan suka cita. Minimal di hati kami masing-masing.

Oh ya, Aisyah pun makin bertambah besar. Makannya banyak dan tidak susah. Aisyah juga mulai belajar ngomong dan semakin bisa berkomunikasi dengan kami. Ah, andai Bapak ada disini bersama kami.

Bapak, sampaikan salam saya pada Eyang Kung dan Eyang Tik disana. Kelak kita akan berjumpa kembali. Saya akhiri cerita saya ini. Wassalammualaikum.

Cipayung, 9 November 2018.

Senin, 19 November 2018

Untuk Bintang

Sumber gambar: id.wikipedia.org
Untuk Bintang sejatinya adalah judul album pertama Cokelat. Band yang terbentu di Bandung pada tahun 1996. Cokelat berhasil menembus label setelah lama bermain di jalur indie. Bersama Padi, Caffeine, dan Wong, mereka sempat bergabung dalam satu album kompilasi bertajuk “Indie Ten”. Sebuah album berisi sepuluh lagu terbaik dari band-band indie. Seingat saya, waktu itu album ini “Indie Ten” mengalami kesuksesan dari segi penjualan. Dari sisi komersial lainnya, beberapa alumni “Indie Ten” masih eksis bahkan ada yang sudah mengalami metamorfosa. 

Saya sendiri menjadi penikmat musik Indie pada tahun 90-an akhir. Waktu itu di Bandung masih ada Radio Fire 95,6 FM. Saya lupa tepatnya jam berapa indie music radioshow itu. Saya mendengarkannya malam hari sambil mengerjakan PR atau sekedar baca-baca komik dan buku pelajaran. Saya bersyukur ketika album “Indie Ten” dirilis. Ini merupakan sebuah langkah besar bagi musisi yang berada di jalur indie. Album indie terakhir saya adalah “Indie-Go” sebuah album kompilasi juga, dari i-Radio kalau tidak salah compilernya, dengan main hits dari Flush, “Gopek”. We'll talk about this later.

“Untuk Bintang” sendiri merupakan lagu kesembilan dari 10 lagu dalam album ini. Selain hits “Pergi”, album ini juga memuat kembali single Cokelat di “Indie Ten” yaitu “Bunga Tidur”. Lagu “Untuk Bintang” sendiri menurut saya agak mirip dengan “Soon” milik Moonpools and Caterpillar, band indie asal Filipina yang bermukim di USA. Saya tidak tahu bagaimana pastinya, yang jelas “Soon” dirilis pada  tahun 1995, merujuk pada laman Wikipedia.

Thanks to online music streaming platform, now i can easily stream the song. Sekarang tidak sulit rasanya untuk menemukan lagu dalam album yang ingin kita mainkan. Ya, saya bisa merasakan kembali ciri khas Cokelat. Cokelat manis dengan vokal khas Kikan dan dibalut semangat indie. Ada beberapa hal yang tidak tergantikan memang. Sebuah perasaan yang hadir beserta segenap memori tentang masa itu. Yeah, i miss my indie time.

Selamat Hari Pahlawan!
Cipayung, 10 November 2018

Rabu, 14 November 2018

6 November

6 November, setiap tahun selalu saya peringati sebagai hari “debut” saya di Jakarta. Saya mendapatkan pekerjaan yang sesuai kontrak akan dimulai pada tanggal 6 November, satu dekade yang lalu. Tanggal yang sama dengan debut Alex Ferguson di Manchester United. Mengapa kemudian “debut” di Jakarta ini menjadi sesuatu yang spesial padahal saya sudah resmi bekerja dan dibayar sejak beberapa bulan sebelumnya di Bandung adalah satu hal yang setiap tahunnya selalu saya pikir ulang-untuk tidak menyebutnya sebagai renungan.

Image result for 6 november
Courtesy: clker.com
Saya tidak tahu kenapa “debut” di Jakarta adalah sesuatu yang spesial. Padahal seharusnya hari yang spesial itu adalah saat saya menerima gaji pertama saya sebesar Rp. 150.000,- medio 2006 silam. Saya sudah lupa kapan kejadian istimewa itu karena Bapak saya sempat kecewa pada saya. Menurut beliau, jumlahnya sangat tidak masuk akal untuk hidup sebulan namun bukankah kata Tuhan, kalau engkau bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmatmu?

Lagi-lagi saya tidak paham benar mengapa Jakarta itu selalu spesial? Apakah karena saya terlalu silau pada cahaya pantul matahari di segenap pencakar langit Jakarta? Atau itu hanya sebuah mimpi artifisial dari seorang anak kampung yang mengidamkan sebuah kehidupan megah di cakrawala metropolitan? Saya sendiri heran mengapa perasaan untuk pergi ke Jakarta selalu ada setelah lulus kuliah. Saya merasa harus “keluar” dari rumah.

Menjalani “debut” di Jakarta memberi saya banyak pelajaran. Tidak perlu saya sebut disini satu per satu. Yang jelas, saya jadi semakin tahu apa artinya pulang, pulang ke Bandung. Pulang pada sebuah perasaan nyaman, pulang pada sebuah keadaan tenteram, pulang pada kerinduan.

Sampai saat tulisan ini dibuat, saya sendiri masih mencari tahu mengapa pindahnya saya ke Jakarta menjadi sebuah tonggak yang selalu saya ingat. Saya masih mencari penjelasan tentang mengapa hal ini bisa menjadi sejarah. Saya tidak tahu pasti. Saya menjalani apa yang saya hadapi, ketika kemudian takdir mengantarkan saya kemana pun. Sebuah perjalanan dimulai karena sebuah alasan pencarian. Saya kira itu.


Cengkareng, 7 November 2018.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...