Sabtu, 30 April 2016

D-Style AV-98 Ingram



Sejatinya, D-Style adalah lini produk model kit milik Kotobukiya. D-Style tampil dengan gaya khas bootleg dimana model sengaja dibuat lebih buntet dari aslinya dengan ukuran kecil tanpa skala. Kalau di dunia diecast, perbandingannya ibarat Tomy/Tomica dengan Choro-Q. CMIIW.

Saya sendiri cukup senang dengan model kit yang dijuluki Patlabor KW ini karena mereka mengeluarkan edisi set Patlabor lengkap. Set Patlabor terdiri dari Ingram 1, Ingram 2, Ingram Zero, dan Griffon J9. 

Saya sudah punya Ingram 1 tahun 2012 lalu. Namun, tidak langsung menambah koleksi Ingram 2. Saya baru hunting Ingram 2 karena mereka menambahkan mobil komando (command car) sebagai bonus. 

Tak ada Jepang yang tak retak. Produk Kotobukiya ini ditiru juga oleh Double Rabbit, vendor dari China. Tentu saja dengan harga yang masuk akal, below 100K. 



D-Style masih menggunakan format snap-on dan snap-fit. Artikulasi terhitung cukup baik untuk bagian tangan dan sedikit terbatas di bagian kaki. Bonus lain dari Ingram 2 ini adalah Riot Gun sejenis rifle. Dalam serial kartun TV, Riot Gun digunakan pertama kali ketika Ingram berhadapan dengan Griffon dalam misi pencegatan. 

Tidak ada kesulitan berarti dalam merakit Ingram 2. Semua part mirip dengan Ingram 1. Kecuali headgear Labor tunggangan Isao Ota ini. Finishing pun tidak terhitung banyak. Paling tidak, saya menggunakan drawing pen 0.1 mm. Tidak lagi menggunakan spidol permanen warna hitam yang saya dapat dari bonus membeli gembok cinta di N Seoul Tower. 

By the way, Patlabor buat saya adalah bagian dari mimpi-mimpi masa anak-anak. Dan Patlabor KW, berhasil mewujudkannya. 

Cipayung, 30 April 2015. 

Jumat, 29 April 2016

Kumpulan Artikel Psikologi

Courtesy: www.goodreads.com
Usai menemukan buku ‘Komik Perencanaan Keuangan’, saya juga menemukan kembali buku lainnya yaitu ‘Kumpulan Artikel Psikologi’. Rupanya, kedua buku ini terpendam lama dalam sebuah dus yang saya simpan di kantor. Anyway, buku ini berisi tips dan panduan singkat dari ahli-ahli di bidang psikologi. 

Buku ini sengaja saya simpan di kantor untuk bacaan di waktu senggang. Saya percaya bahwa dampak psikologis yang dihasilkan dari satu kejadian akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap performance di tempat kerja. Untuk itu, sebagai langkah antisipasi, saya menyimpan buku ini dalam deretan buku di meja kerja.

Walaupun buku ini terbit sudah enam tahun yang lalu namun relevansinya masih sangat tinggi. Artikel singkat dan padat dengan tajuk persaingan di tempat kerja, manajemen emosi, soal puber kedua dan pernikahan, bahkan ada satu artikel berjudul “Jika Gatotkaca Terserang Stress”. Saya membayangkan Gatotkaca akan turun di Monas dan melahap kobaran api Monas yang terbuat dari emas itu.

Kumpulan artikel ini sangat mudah untuk dibaca. Maksudnya, artikel ditulis dengan kaidah jurnalistik yang tidak terlalu baku sebagaimana layaknya sebuah tabloid atau majalah. Pengalaman Intisari dengan hal semacam ini tentu sudah dalam level meyakinkan. Sehingga, pembaca tidak akan terlalu kesulitan dengan topik berat semacam psikologi.

Judul       : Kumpulan Artikel Psikologi 3
Penulis    : L. R. Supriyapto Yahya (Ed.)
Penerbit  : PT. Intisari Mediatama
Tahun      : 2010
Tebal       : 156 hal.
Genre      : Psikologi


Medan Merdeka Barat, 27 April 2016.

Komik Perencanaan Keuangan

Courtesy: www.goodreads.com
Eksistensi komik sebagai media penyampai pesan yang efektif kembali diuji melalui komik ini. Setidaknya itu hipotesis yang saya ajukan usai pembacaan komik ini. Komik ini saya beli empat tahun yang lalu, dan baru beberapa hari kemarin ditemukan sehingga saya baru bisa tulis di blog sekarang. Padahal saya sempat membuat review singkat di Goodreads.

Perencanaan keuangan. Sesuatu yang selalu menjadi topik pembicaraan seputar masalah manajemen keuangan. Apalagi, booming kelas menengah yang sedang melanda negeri ini membuat segala tetek bengek soal perencanaan keuangan mendapat tempat sendiri dalam masyarakat. Peran perencana keuangan mulai dibutuhkan untuk menanggulangi kecemasan di masa depan.

Perencanaan keuangan yang baik tentu dimulai dari kesadaran yang timbul sebagai akibat dari ekspektasi. Pada suatu kondisi dimana uang menjadi barang yang langka, tentu dibutuhkan strategi khusus untuk tetap memilikinya. Masalahnya, hingga saat ini masyarakat belum memiliki suatu guidance/petunjuk yang jelas soal investasi dan instrumen keuangan lainnya agar uang yang mereka miliki dapat tumbuh dan berkembang. 

Media komik sebagai media komunikasi visual dapat membantu kesenjangan informasi mengenai hal tersebut. Penyampaian gagasan dari Financial Planner terkemuka di negeri ini menjadi satu nilai tambah tersendiri bagi muatan pesan yang ingin disampaikan. Saya pun harus kembali menguji hipotesis saya, apakah pembaca mampu menerapkan pelajaran manajemen keuangan setelah membaca komik ini? Saya kira nanti saja, di tulisan yang lain. Entah kapan.

Akhir kata, selamat belajar merencanakan keuangan.

Judul        : Komik Perencanaan Keuangan Mr. Edu
Penulis     : Mike Rini Sutikno
Penerbit   : PT. Elex Media Komputindo
Tahun       : 2010
Tebal        : 120 hal.
Genre       : Manajemen-Keuangan

Medan Merdeka Barat, 26 April 2016.

Hongli Gundam


Belum lama ini saya merakit Gundam kembali. Sebelumnya, saya sudah punya GAT-X105 Strike Gundam dan Exia Gundam skala 1/144, 2 model dari 4 seri model buatan Bandai. Namun, dengan artikulasi terbatas, kaki tidak dapat digerakkan atau dilipat.

Pilihan kali ini jatuh pada Kyrios Gundam buatan Hongli. Saya sendiri sudah penasaran dengan merk Hongli terutama karena faktor harga yang below Rp. 100.000 dan Made in China pula,-. Cukup murah untuk model kit Gundam walaupun harus mengorbankan kualitas. Maklum, buatan China.

Kesan pertama membuka boks Hongli, saya cukup terkesan dengan cara mereka meniru Bandai. Walaupun, saya akhirnya jadi tahu perbedaan besar antara keduanya. Sekali lagi mohon maklum. 

Material plastik rasanya terbuat dari plastik daur ulang. Terlihat jelas dari parts yang berwarna gelap. Fitur snap-on dan snap-fit terasa kurang meyakinkan. Diperlukan sedikit pekerjaan untuk membuat lubang agak besar. Decal dan stiker pun rasanya tidak menggunakan kertas khusus dan warna stiker pun terlihat terang mirip kertas warna terang berbahan kertas biasa. 

Hongli Kyrios Gundam 1/144 Scale Fighter Unpainted

Saya sengaja tidak menggunakan stiker dalam pengerjaan Kyrios Gundam ini. Buku petunjuk perakitan sudah cukup memuat detail pengerjaan. Hanya saja, petunjuk yang tercatat menggunakan bahasa China dan sedikit bahasa Inggris dengan banyak kesalahan tipografi. 

Overall, sebagai model kit yang masih setia meniru Bandai, Hongli mampu mengisi segmen low-cost modeling. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Hongli dapat menjadi alternatif pilihan belajar dan mengasah skill bagi para penghobi level entry atau pemula sebelum naik kelas ke model kit merk premium.

 
Cipayung, 25 April 2016.

Belajar Sejarah di Futurelearn.com

Courtesy: www.futurelearn.com

Sebulan yang lalu saya resmi menamatkan sebuah online course dengan subjek Perang Dunia I atau World War I disingkat (WWI). Online course ini diselenggarakan oleh sebuah situs social learning, yaitu www.futurelearn.com. Situs ini menghimpun berbagai institusi dunia yang membuka kelas belajar online di berbagai bidang ilmu. Biaya belajar di Futurelearn gratis namun peserta harus membayar 65 GBP untuk mendapatkan sertifikat.

Sebelum ikut kursus, Perang Dunia I bagi saya adalah perang yang sangat tidak masuk akal, non-sense. Dalam buku pelajaran Sejarah zaman SMP, selalu disebutkan bahwa Perang Dunia I disebabkan oleh terbunuhnya Franz Ferdinand, putra mahkota Hongaria, oleh seorang nasionalis Serbia. Konflik kemudian meninggi ketika Rusia, Jerman, Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat ikut terlibat. Tidak pernah ada statement khusus mengenai kenapa konflik antara Austria-Hongaria yang menyatakan perang terhadap Serbia mempu menarik pelatuk senjata perpecahan antara Jerman dan Rusia.

Berbeda dengan Perang Dunia II dimana kebangkitan ultra-nasionalis Nazi di Jerman menyebabkan terjadinya blitzkrieg ke Polandia dan menyebar ke seluruh Eropa. Sehingga, kesimpulan saya untuk Perang Dunia I masih seperti itu: “perang yang nggak jelas”.

Pencerahan akhirnya tiba dengan kursus online dari University of New South Wales, Australia ini. Saya jadi mengerti benang merah konflik antara Jerman, Rusia, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat. Saya dibuat paham bahwa Jerman harus menyerang Prancis lebih dahulu sebelum berhadapan dengan Rusia. Prancis pun mendapat bantuan dari Inggris dan Amerika Serikat. Beberapa tahun kemudian, Australia, Selandia Baru, dan Canada ikut mengirimkan pasukan mereka untuk bertempur di Prancis.

Perang Dunia I adalah medan perang pembelajaran bagi sekutu (Prancis, Inggris, Amerika Serikat) dan Jerman dalam menuju perang modern. Perang parit (trench warfare) dan perang elektronik (electronic warfare) menjadi subjek utama dalam pengembangan taktik militer. Sejalan dengan dikembangkannya konsep ‘Stormtrooper’ milik Jerman.

Melalui pembelajaran kembali ini, saya mendapat gambaran yang lebih luas dan detail tentang terjadinya perang. Dengan demikian, saya tidak lagi memiliki pendapat bahwa Perang Dunia I adalah perang yang non-sense dan ‘nggak jelas’. Tautan konflik ditayangkan dan dipelajari bersama.

Ada dua hal yang menjadi perhatian khusus saya di kursus ini, yaitu adalah mengenai pengaruh perang terhadap literatur dan juga pemaknaan atau perayaan khusus dalam mengenang perang yang berlangsung sejak 1914 hingga 1918 itu. Beberapa negara Eropa memiliki kenangan terhadap perang yang membekas dan dituangkan dalam sejumlah karya fiksi dalam bentuk novel atau puisi. Pemaknaan khusus terhadap Perang Dunia I lebih dirasakan khususnya di Australia dan Selandia Baru dimana dihelat ANZAC Day (Australia and New Zealand Army Corps) yang turut berperang melawan Jerman di Prancis bagian utara.

Anyway, kursus online yang berlangsung selama enam minggu ini cukup membuat pengetahuan saya bertambah, khususnya untuk Perang Dunia I. Lewat model kursus semacam ini, peserta juga dilatih untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris. Maklum, sampai saat tulisan ini naik cetak belum ada kursus online dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia.


Cipayung, 16 April 2016.

Senin, 04 April 2016

Leaving Microsoft Like a John Wood

Courtesy: www.goodreads.com

“Setelah manusia menghasilkan banyak uang, dia biasanya menjadi pendengar yang buruk.”
- John Wood

Membaca buku ini bagaikan menjalani sebuah petualangan. Petualangan tentang semua kemungkinan yang dimungkinkan oleh hidup ini sendiri. John Wood telah meninggalkan semua yang ia punya; harta; karir yang fantastis; yang ternyata tidak kunjung membuatnya bahagia. Sebuah lompatan kecil dalam hidupnya telah menjungkirbalikkan semua dunianya.

John Wood adalah seorang pekerja kerah putih yang memiliki karir cemerlang di Microsoft. Lewat sebuah email dari temannya dan perjalanan ke Nepal telah membukakan matanya sehingga ia melakukan apa yang ingin dan harus ia lakukan. Meninggalkan Microsoft adalah hanya satu fase yang harus dilaluinya. Selanjutnya, ia merangkai impian dari satu hal yang kecil untuk banyak hal besar.

John Wood mendirikan 'Room to Read' sebagai non-governmental organization/lembaga non-pemerintah yang tadinya bertujual untuk membantu sebuah sekolah di Nepal. Dari satu sekolah, 'Room to Read' semakin mendapatkan kepercayaan dari para donatur dan berhasil memberikan dampak nyata bagi lebih dari 1,3 juta anak-anak yang tersebar di belahan Asia dan Afrika. 'Room to Read' berperan nyata dengan membangun sekolah, laboratorium komputer, dan perpustakaan; menerbitkan judul bahasa lokal untuk buku anak dan memberikan beasiswa bagi anak-anak perempuan.

Inilah satu dari sekian kisah filantropis sejati yang inspiratif.


Judul        : Leaving Microsoft to Change The World
Penulis     : John Wood
Penerbit    : Bentang Pustaka
Tahun       : 2007
Tebal        : 368 hal.
Genre       : Memoar


Medan Merdeka Barat, 4 April 2016.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...