Jumat, 25 Oktober 2013

Mendjokdja

Musisi jalanan mulai beraksi, seiring laraku kehilanganmu... 
(Yogyakarta - Kla Project)


Tidak ada hal lain yang terngiang setiap kembali ke Yogyakarta. Potongan lirik lagu dari Kla Project telah menjadi semacam trademark bagi siapa saja yang rindu kembali akan suasana khas Yogyakarta. Tidak terkecuali saya. Terakhir, saya mengunjungi Yogyakarta pada bulan Maret tahun 2000. Sudah tiga belas tahun berlalu. Medio 2007, saya sempat singgah disini namun karena sudah tengah malam, saya melanjutkan perjalanan ke Magelang.

Mountainous Terrain
Jum’at siang, pemandangan perbukitan yang mengelilingi Yogyakarta menyambut saya di Adi Sutjipto. Tidak heran, lapangan terbang ini disebut memiliki handicap tersendiri untuk landing dengan mountainous terrain di sekitarnya. Kurang lebih mirip bandara Husein Sastranegara di Bandung.

Menikmati malam yang meninggi di sepanjang Malioboro adalah seni tersendiri. Saya sangat menikmati suasana seperti ini. Banyak pula wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang kemari. Berbelanja di Sogo Jongkok atau menikmati kuliner sembari lesehan.

Nasi Gudeg Mercon dkk.
Usai berjalan-jalan, di depan gerbang Pasar Beringharjo, saya mampir di sebuah warung lesehan yang menyediakan bermacam menu kuliner khas Yogya. Nasi Gudeg and Mercon is a must. Akhirnya, keinginan saya untuk mencoba Oseng Mercon terlaksana. Delicioso!

Sabtu Pagi di Vredeburg

Sabtu pagi (19 Oktober), saya lari pagi di sekitar Malioboro. Karena letak hotel yang tidak begitu jauh dari Malioboro, saya pun membuat rute singkat yang mengelilingi jalan-jalan sekitarnya. Kehidupan pagi disini masih bercorak tradisional. Entah karena memang dekat dengan pasar, namun suasana seperti ini adalah local taste yang selalu membuat kesan tersendiri, terutama di daerah seperti Yogya atau Solo. Usai berlari, saya mampir ke Benteng Vredeburg yang terletak masih di Jalan Malioboro.

Sisi Dalam Benteng Vredeburg
Dibangun oleh insinyur Frans Haak pada tahun  1760 hingga 1767. Benteng ini berbentuk persegi dan dikelilingi oleh parit-parit. Nama Vredeburg dipilih menggantikan nama lama benteng ini yaitu Rustenberg. Vredeburg sendiri berarti ‘benteng perdamaian’. Nama ini dipilih sebagai manifestasi hubungan perdamaian antara Belanda dengan Kasultanan Yogyakarta untuk tidak saling menyerang.

Awalnya, benteng ini dibangun sebagai sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda. Vredeburg dibangun berdekatan dengan Keraton dengan dalih agar memudahkan Belanda dalam mengamankan wilayah Keraton dan sekitarnya. Tetapi, Belanda justru menggunakan benteng ini untuk mengontrol segala perkembangan yang terjadi di Keraton.

Pada masa penjajahan Jepang, Vredeburg dijadikan markas pasukan Kempeitai. Pada masa perang kemerdekaan (Agresi Militer II), Benteng Vredeburg dijadikan markas tentara Republik sehingga menjadi bulan-bulanan serangan udara Belanda. Saat ini, Vredeburg telah difungsikan sebagai museum. Terdapat beberapa ruang pamer yang berisi diorama-diorama peristiwa yang terjadi pada linimasa sejarah Indonesia.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949
Sekitar Benteng Vredeburg juga terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Sebagai pertanda untuk keberanian pasukan Republik dalam menumpas Agresi Militer Belanda jilid II. Untuk mengunjungi museum ini pengunjung cukup membayar tiket Rp. 2000,-. Museum dibuka mulai pukul 07.30 hingga 16.00.

Tiis Jaya Runner at Vredeburg Gate

Gladi Resik Pernikahan Agung

Sejak Sabtu pagi, Malioboro sudah mulai ditata dan ditertibkan. Maklum, hari ini akan digelar gladi resik pernikahan agung putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X. Polisi dan Satpol PP sudah mulai berkumpul di beberapa titik. Saya melewatkan prosesi kirab pagi hari. Saya kembali lagi Sabtu sore untuk melihat kirab penutupan. Ada 65 kereta kuda yang akan digunakan pada hari H pawai pengantin. Saya dan teman-teman mencoba menebak kereta mana yang akan dinaiki oleh pasangan pengantin baru.

Suasana Kirab
Satu hal yang membuat saya kagum dalam pelaksanaan gladi resik ini adalah ketaatan dan ketertiban yang ditunjukkan oleh pedagang-pedagang kali lima di sepanjang Jalan Malioboro. Jum’at malam, ada sebuah pengumuman mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh para pedagang esok hari.

Saya yang kebetulan berada di emperan Malioboro ikut menyimak. Pengumuman disampaikan oleh seorang koordinator pedagang melalui corong speaker yang terpasang di sepanjang koridor emperan. Dalam pengumuman tersebut, ikut disebutkan himbauan bagi para pedagang nasi kucing yang ingin berpartisipasi agar menyediakan 500 bungkus nasi. Saya penasaran apakah mereka akan mengikuti himbauan tersebut.

Saya tidak sempat melihat dari dekat apakah hal itu benar-benar dilaksanakan atau tidak karena berjejalnya pengunjung yang ingin menyaksikan kirab. Melalui liputan berita, saya menyaksikan bahwa hal itu memang benar-benar terjadi. Saya salut pada kekompakan pedagang Malioboro.

Epilog: Prada di Adi Sutjipto

Menikmati akhir pekan di Yogyakarta adalah sebuah kemewahan tersendiri. Yogyakarta memliki segala hal soal weekend runaway. Sambil menunggu keberangkatan pesawat ke Jakarta saya mampir melihat-lihat toko buku Periplus



Look what i just found! Ada sebuah buku menarik perhatian saya. The highly anticipated sequel to the sensational #1 bestseller: The Devil Wears Prada. Revenge Wears Prada. Novel karya Lauren Weisberger yang kemudian diangkat ke layar lebar. Film ini menampilkan Meryl Streep dan Anne Hathaway yang memerankan Miranda Priestly dan Andrea Sachs (Andy).

Saya dibuat penasaran lagi dengan kejutan apa yang disajikan pada sekuel ini. Saya kira hidup Andy Sachs sudah berakhir bahagia dengan meninggalkan Miranda Priestly. Halaman-halaman awal buku sekuel ini adalah flashback pada masa-masa dimana Andy berada dalam pengaruh dan ritme Miranda. Kemudian, cerita bergeser pada linimasa 10 tahun usai Andy meninggalkan majalah Runway, dimana Andy sedang menyiapkan pernikahannya.

Menarik untuk mengetahui kelanjutan ceritanya. Namun, saya harus pandai berbagi waktu untuk menyelesaikan buku ini bersama Aleph (Paulo Coelho). Semoga keduanya mampu saya selesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yogyakarta, akhirnya kembali membenam kenangan, dalam setiap paragraf Aleph dan Revenge Wears Prada.


Paninggilan-Pharmindo, 25 Oktober 2013.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...