Sabtu, 08 Juni 2013

Ceuk Aing Oge, de Jong!

Entah untuk alasan apa PSSI berani mengundang Timnas Belanda untuk main di Indonesia sebagai bagian dari Tur Asia mereka. Kalau untuk alasan bisnis, masuk akal. Indonesia punya basis fans yang kuat untuk para pemain Belanda dan Timnas mereka sekalipun. Sebut saja RVP; Arjen Robben, Wesley Sneijder, dan Dirk Kuyt. Belum lagi, keterikatan sejarah dua bangsa yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Dengan demikian, dari sudut pandang bisnis ini adalah peluang yang sangat menjanjikan keuntungan.


Kalau memang untuk alasan pembenahan prestasi, apa PSSI tidak menyadari sudah banyak ujicoba yang dilakukan dan hanya berakhir dengan kekalahan belaka. Tanpa corrective action yang menyeluruh terhadap sistem manajemen tim nasional. Alih-alih meningkatkan prestasi, malah membuat rangking Indonesia semakin merosot di daftar peringkat FIFA.

Tapi, apapun itu, niatan untuk memajukan sepakbola Indonesia dengan jalan mencari sparing partner yang punya kualitas standar permainan yang lebih jauh diatas timnas adalah langkah nyata menuju kesana. Minimal, pemain timnas bisa melatih mental mereka dalam menghadapi lawan yang memang tidak sepadan.

Pertandingan Indonesia melawan Belanda sendiri buat saya menyiratkan pada banyak memori atas pembacaan kuartologi Rosihan Anwar: Sejarah Kecil 'Petite Histoire' Indonesia jilid 1-4 dan 'Doorstoot Naar Djokdja' karya Julius Pour. Memori atas segenap peristiwa masa lalu kian meruang. Pikiran saya mulai liar.

Sungguh suatu kenikmatan bahwa kita tidak perlu ikut merasakan perjuangan mengusir Belanda dari tanah air tercinta. Sehingga kita kini bisa menyaksikan Boaz Solossa dan kawan-kawan saling menjabat kolega mereka yang datang jauh dari Negeri Kincir Angin. Apakah mereka berpikir tentang darah dan air mata yang tumpah selama perang kemerdekaan? Apakah mereka merasakan desir perjuangan Jenderal Soedirman dalam mempertahankan Republik? It was lost a long time ago but do they really feel those?


Bahkan, sebelum pertandingan dimulai Indonesia seakan mengalami kembali masa-masa perjuangan Republik di meja perundingan. Sebagai tuan rumah, Indonesia kehilangan hak untuk mengenakan kostum merah putih kebanggaan. Toh, walaupun berasal dari perusahaan apparel yang sama, tiada jalan yang bisa diusahakan agar Republik kembali meraih kehormatannya. Seakan-akan, promotor dan event organizer adalah Tuhan kecil yang menentukan takdir timnas.

Republik Indonesia selalu jadi pihak yang 'dipaksa' atau sengaja harus menerima apapun yang diajukan Belanda. Perundingan Linggarjati dan Renville terlanjur jadi saksi. Terima kasih pada delegasi pimpinan Bung Hatta yang gigih berjuang untuk kedaulatan Republik di KMB, Den Haag 1949. Keengganan timnas Belanda untuk menggunakan kostum tandang mereka adalah satu bukti lagi bahwa posisi daya tawar kita masih rendah, sekalipun kita adalah tuan rumah.

Pun, ketika melihat bendera Belanda diarak naik bersamaan dengan lagu nasional Het Wilhelmus. Bendera merah-putih-biru itu berkibar di tanah yang dulu sempat menolaknya. Bendera yang dulu sengaja diturunkan paksa dan disobek demi berkibarnya sang Merah Putih. Rasanya, saya tidak perlu mengingatkan pembaca pada Insiden Hotel Yamato.


Anyway, pertandingan yang tergolong ke dalam FIFA Matchday ini menyuguhkan tontonan yang sangat menghibur. Kita dibuat lupa soal Century, impor sapi, 40 wanita di sekitar Ahmad Fathanah, Korupsi Dada Rosada, isu kenaikan harga BBM, sampai tingginya harga jengkol di pasaran. Seperti kata Emha Ainun Nadjib dalam satu ceramahnya, asal Indonesia menang main bal-balan (sepakbola) kabeh lali. Semua berseru untuk satu nama: INDONESIA!

de Jong, ik hou van jou...!!!

Jum'at pagi, dalam sebuah harian yang mengaku sebagai harian olahraga pertama di Indonesia, saya mengamati prediksi starting line up pemain yang akan diturunkan oleh Tim Ratu Beatrix. Terdapat satu nama yang masuk shortlist saya dalam gelaran UEFA Champions League musim ini, Siem de Jong. Siem de Jong, pemain asal Ajax Amsterdam ini diperkirakan akan menemani RVP di lini depan Belanda.

image courtesy: twitter.com/siemdejong

Saya mengamati bahwa de Jong akan jadi pemain yang berbahaya untuk pertahanan timnas. Saya yakin itu sejak melihat aksinya ketika Ajax Amsterdam menahan seri Manchester City. Siem de Jong memiliki andil besar dengan mencetak tiga gol yang membuat dahi Roberto Mancini semakin berkerut. Bukan mustahil kalau suatu saat Siem de Jong akan menjadi The Next Ajax's Hot Property seperti para pendahulunya.

Menjelang kick-off, Siem de Jong tidak nampak dalam starting eleven. Barangkali, Louis van Gaal sengaja menyimpan de Jong dan memberikan kesempatan pada penonton Indonesia untuk merasakan kehebatan van Persie dan Sneijder. Memang, van Persie berhasil membuat publik terhenyak dengan gol di menit awal yang dianulir wasit karena terjebak offside. Kemudian, tak kurang ada 4 peluang lainnya yang mentah di tangan Kurnia Mega. Skor 0-0 adalah hasil yang realistis bagi Indonesia dalam mengimbangi permainan agresif Belanda.

Memasuki babak kedua, Siem de Jong diturunkan untuk menggantikan Robin van Persie, bersama dengan pemain lainnya. Agaknya, van Gaal masih ingin melihat potensi dari skuad muda Oranje untuk mengikuti kultur buatannya, seperti ketika melatih Ajax, Barcelona, AZ Alkmaar, dan Bayern Muenchen. Siem de Jong berhasil memecah kebuntuan serangan een soldaten von Oranje dengan memanfaatkan umpan lambung Schanker. Tak lama kemudian, berasal dari sebuah kemelut, de Jong mencetak debut gol keduanya. Robben juga ikut menitipkan namanya dalam papan skor setelah berhasil mengecoh dua bek plus Kurnia Mega.

Memang rasanya sangat tidak menyenangkan bahwa Indonesia dikalahkan lagi oleh kompeni Belanda. Tragedi masa lalu zaman perang masih terlanjur membekas. Luka sejarah itu masih ada.


Namun, yang membuat saya ikut bersorak adalah Siem de Jong. Siem de Jong mencetak dua gol. Sesuai dengan prediksi sebelumnya, saya merasa puas bahwa Siem de Jong berhasil menjadi seorang pembeda. Saya sangat puas karena Siem de Jong membuktikan hasil pengamatan saya selama ini. Saya pun tak kuasa untuk berkata, 'de Jong, ik hou van jou...!!!'.

Beruntung sekali Siem de Jong menggantikan van Persie. RVP, Sneijder, bahkan Robben pun bagi saya sudah overdue. Coverage media sepanjang musim sudah cukup menegaskan bahwa Robin van Persie berhasil memberi gelar ke-20 untuk Manchester United. Pun, untuk Arjen Robben usai keberhasilannya mempersembahkan treble winners bagi Der Bavarians, Bayern Muenchen. Sudah terlalu banyak liputan berita soal mereka, setiap hari, setiap minggu.

So, matchday ini adalah milik de Jong. Louis van Gaal harusnya jadi orang paling beruntung malam ini karena Indonesia telah menunjukkan padanya seorang bakat baru yang potensial. Seperti kita maklumi, Belanda selalu punya generasi penyerang hebat sejak zaman Johan Cryuff. Tak pelak, Siem de Jong adalah one of a kind generasi penerus mereka.

Ceuk aing oge, de Jong!

 

Paninggilan, 7 Juni 2013.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...