Sabtu, 19 April 2014

Dua Kelamin Untuk Midin

Ada sebuah pertanyaan ketika membaca ulang “Dua Kelamin Untuk Midin: Cerpen KOMPAS Pilihan 1970-1980” dimana Seno Gumira Ajidarma menjadi editornya. Pertanyaan saya adalah bagaimana seorang Seno Gumira Ajidarma melakukan tugas editorialnya. Saya penasaran bagaimana cara SGA untuk menentukan cerpen mana saja yang layak masuk kumpulan terbaik periode 1970-1980. Pada rentang waktu tersebut sudah tentu banyak sekali cerpen yang dimuat oleh KOMPAS. Namun, bagaimana SGA mampu menentukan hanya 50 cerpen terbaik saja yang masuk kumpulan ini tentu dibutuhkan satu siasat tertentu.

SGA sendiri mengajukan sebuah pertanyaan agar cerpen pilihannya tidak didasari spektrum estetik dengan formasi diskursif yang terbatas. Bagaimana cerpen-cerpen ini menggambarkan perbincangan budaya yang berlaku di masa itu, dengan membuka kemungkinan untuk melibatkannya dalam perbincangan sepanjang masa, adalah satu pertanyaan SGA yang kemudian ia gunakan dalam tugasnya sebagai editor. SGA menggunakan pendekatan spectrum oriented dalam memilih karya penulis yang sudah dikenalnya. Untuk urusan ini, ia sengaja mengesampingkan terlebih dahulu cerpen-cerpen yang ditulis atas namanya.

SGA menganggap antologi cerpen adalah juga sebentuk kritik. Memilih dan tidak memilih sudah merupakan kerja kritik, artinya sebuah antologi memperlihatkan juga formasi diskursif tertentu. SGA cenderung memberi keseimbangan antara yang mainstream dan sidestream, antara yang stereotip dan yang kreatif, antara yang “umum” dan yang “ajaib”, antara yang teknik menulisnya “masih jujur” dan yang “sudah bisa ngibul”.



Terlepas dari segenap pro dan kontra yang timbul atas penerbitan buku ini, baik menyangkut pendekatan maupun karya-karya yang terpilih, penerbitan kembali cerpen-cerpen ini tetap bertujuan untuk meramaikan khazanah sastra Indonesia. Karya-karya yang mungkin sudah terlupakan, atau nama-nama pengarang yang belum pernah dikenal oleh khalayak penikmat sastra Indonesia masa kini, rasanya masih pantas untuk diketengahkan disini.

Sebagai catatan personal, saya tambahkan disini bahwa SGA turut memasukkan cerpen berjudul “Perasaan Yang Sangat Ajaib Kosongnya” dari Muhammad Diponegoro. Bila pembaca catatan ini adalah Pembaca SGA, saya yakin tuan dan puan masih ingat kalimat yang disitir SGA dari cerpen tertanggal 3 Februari 1976 itu. SGA menuliskan kembali judul cerpen itu sebagai kalimat akhir dari cerpennya yang berjudul “ Seorang Wanita Dengan Tato Kupu-Kupu di Dadanya” dalam kumpulan cerpen “Negeri Kabut” (Grasindo, 2003).

Dalam kesempatan lain, pada sebuah talkshow dalam rangkaian acara ASEAN Literary Festival di TIM, bulan Maret lalu, secara personal saya pun menyampaikan kesan atas pembacaan saya terhadap cerpen tulisan Arswendo Atmowiloto yang juga jadi judul buku ini “Dua Kelamin Untuk Midin”.

Sumber bacaan:
Seno Gumira Ajidarma. 2003. Dua Kelamin Untuk Midin: Cerpen KOMPAS Pilihan 1970-1980. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

 
Pharmindo, 19 April 2014.


Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...