Senin, 29 September 2014

Aku, Kau, dan KUA: The Movie

Tak kenal, maka ta'aruf...




Selayaknya film adaptasi, 'Aku, Kau, dan KUA' berusaha menyampaikan pesan-pesan dari bukunya yang terbit lebih dahulu. Film ini mencoba menangkap realita seraya memberikan pemahaman soal tahapan menuju ikatan suci pernikahan. Film ini berkesan santai namun berusaha untuk tetap tampil serius. 

Perjalanan menemukan pasangan hidup adalah lika-liku tersendiri. Fenomena taaruf menjadi topik bahasan utama dalam film komedi romantis ini. Sang sutradara, Monty Tiwa, mengemasnya dengan apik menjadi tontonan yang menghibur sekaligus mengedukasi. "Mengangkat soal ta'aruf sebagai opsi untuk memilih pasangan dalam film menjadi hal yang sangat menarik," ujarnya. 

Film ini berpesan bahwa menikah dengan proses ta'aruf itu menjadi hal yang menyenangkan untuk menghindari hal-hal buruk saat pacaran. Lagipula dalam Islam sendiri tidak mengenal istilah pacaran. 

Film ini juga berusaha meluruskan kesalahpahaman terkait taaruf di kehidupan sehari-hari. Film yang berdurasi 100 menit ini bercerita tentang Uci (Eriska Rein), Rico (Adipati Dolken), Deon (Deva Mahendra), Fira (Nina Zatulini), Mona (Karina Nadila), Pepi (Babe Cabiita), Lando (Eza Gionino), Jerry (Fandy Christian), Aida (Bianca Liza) dan Christian Sugiono dalam menemukan jodohnya. 

Jalan cerita sendiri diawali dari pernikahan Fira dan Lando yang gagal berlangsung, kemudian Deon yang memendam rasa pada Fira memutuskan untuk ta'aruf dengan Fira. Melalui segenap usaha Deon memenangkan hati Fira. Sementara itu, Mona memilih putus dari Jerry yang meminta sesuatu yang tidak boleh dilakukan sebelum menikah. Mona lantas jatuh cinta pada Ustadz muda yang ditemuinya pada satu acara seminar tentang memilih jodoh. Karakter kuat Dwi Sasono dalam memerankan sang Ustadz menjadi daya tarik utama dalam scene. Uci sendiri lebih berperan sebagai malaikat bagi sahabat-sahabatnya itu. Tak disangka, Rico menyatakan kesungguhannya kepada Uci. Uci pun lantas mengajak Rico untuk berdamai dengan segenap kekelaman di masa lalunya sebelum menerima pinangan. 

Anyway, semangat dari film ini cukup baik. Menghibur, mendidik, sekaligus memberikan pemahaman melalui cerita-cerita yang terjadi di lingkungan kehidupan sehari-hari. Film ini seakan ingin menunjukkan tahapan proses menuju pernikahan dengan cara yang baik bagi setiap pasang individu. Tanpa harus menerjemahkan maksud awal dari bukunya secara eksplisit. Bila pun terbit kembali dalam bentuk kepingan CD/DVD, fengan segala muatannya 'Aku, Kau, dan KUA' layak masuk daftar 'Must See'. 


Paninggilan-Sarinah, 29 September 2014. 

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...