Rabu, 16 Desember 2009

Patung dan Eksistensi

Tentu anda semua sudah mendengar dan menyaksikan kabar tentang Patung Barack Obama di Taman Menteng. Konon, patung itu dibuat untuk mengenang masa kecil Barack Hussain Obama yang menghabiskan masa 4 tahun sekolah dasarnya di Menteng sana. Bahkan ada semacam joke yang bilang kalau semua sekolah internasional di Jakarta hampir kehilangan muridnya karena mereka semua ingin pindah ke SD Asisi Menteng tempat Obama bersekolah dulu.

Menurut hemat saya, patung ini menandai semakin eratnya hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat. Patung itu tidak hanya menjadi simbol eksistensi Obama semata. Lebih jauh, patung itu menjadi semacam monumen bagi pengakuan atas keberhasilan Amerika Serikat dalam menanamkan benih-benih demokrasi dan HAM di Indonesia. Bisa juga patung itu merupakan hadiah dari petinggi Kecamatan Menteng dan Gubernur DKI untuk Obama yang sukses membuat nama Menteng dan Jakarta mendunia sehingga memudahkan promosi pariwisata Enjoy Jakarta-nya DKI. Siapa tahu.

Rupanya bangsa ini telah kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang besar, dilihat dari bagaimana bangsa ini memperlakukan sejarah bangsanya sendiri. Memang, para tokoh pengisi sejarah bangsa ini punya monumennya masing-masing. Bung Karno dan Bung Hatta dibuatkan patungnya di Monumen Proklamasi dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Korban G30S PKI dibuatkan Monumen Lubang Buaya.

Namun, mengapa patung Panglima Besar Jenderal Sudirman ditempatkan di Jalan Sudirman sambil menghormat pada gedung-gedung pencakar langit simbol keberhasilan kapitalisme? Tidakkah mereka peduli pada hal ini? Kenapa bukan pahlawan asli Betawi macam Si Pitung itu atau malah Ali Sadikin, sang gubernur yang benar-benar membangun Jakarta dengan penuh kontroversi dibuatkan patungnya lalu ditempatkan di Taman Menteng sebagai landmark Jakarta.

Tidak ada muatan dan esensi lokal dari patung Obama itu. Sehingga kalau kini terdengar gugatan atasnya mudah-mudahan itu jadi tanda bahwa nurani kita masih hidup untuk menggugah rasa nasionalisme dan patriotisme dalam jiwa kita bukan sebagai penanda eksistensi belaka.

Siapakah Obama itu bagi Indonesia? Obama hanyalah Presiden Amerika Serikat yang belum pernah sekalipun mengunjungi Indonesia. Obama juga adalah seorang penerima Nobel Perdamaian yang penuh kontroversi karena ia juga yang menyetujui penambahan 30.000 pasukan NATO di Afghanistan. Mungkin karena itu juga ia menilai dirinya B+ untuk performancenya sejak mengambil alih jabatan dari Bush Jr tahun lalu. Pada KTT Asean yang berlangsung tahun ini di Singapura pun Obama tidak menyempatkan singgah di Indonesia.

Kalau ia nanti jadi singgah apalagi yang akan Negara ini buat? Masih ingat waktu Bush Jr mampir ke Istana Bogor sambil naik helikopter? Obama sempat bilang bahwa ia akan berkunjung ke Indonesia tahun depan pada saat anak-anaknya liburan sekolah. What a nice Daddy!

Kalau sekali nanti anda mampir ke kota Firenze di Italia sana yang ada patungnya Gabriel Omar Batistuta anda bisa lihat bahwa patung itu dibuat bukan karena alasan keberadaan dan eksistensi Batistuta yang melegenda di klub Fiorentina tetapi lebih sebagai simbol penghargaan dan penghormatan kepada Batigol (julukan Batistuta) yang telah membuat semarak kehidupan kota itu. Semarak kehidupan yang berasal dari euphoria sepakbola yang menembus celah-celah dan lorong-lorong gang kecil di setiap sudut kota Firenze.

Bahkan, Batistuta bisa dianggap sama sucinya dengan orang-orang macam Macchiavelli dan Dante yang juga lulusan Firenze. Maka, ketika Batistuta meninggalkan Fiorentina untuk bergabung dengan AS Roma tahun 2001, seluruh Firenze bersedih karena ditinggal pahlawannya. Sempat muncul wacana untuk menghancurkan patung tersebut namun batal karena mereka menghargai sejarah-terlebih kehidupan sejarah sepakbola mereka.

Saya kira, begitu juga yang terjadi dengan patung-patung lainnya yang ada di belahan dunia yang lain. Patung-patung itu dibuat dengan berbagai latar belakang dan sejarah yang menghiasinya. Patung Lenin di Leningrad, Patung Stalin di Stalingrad untuk memperingati aksi heroik Pasukan Merah Rusia ketika mengusir Tentara Jermannya Hitler, Patung Kim Jung Il di Korea Utara sana, Patung Napoleon, hingga Patung Pemain Sepakbola di Jalan Tamblong Bandung, bukannya patung seorang yang menunggu kekasihnya*) buatan Seno Gumira Ajidarma.


Pharmindo, Cimahi, 15 Desember 2009


*) Cerita tentang patung ini bisa dibaca pada kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma “Iblis Tidak Pernah Mati”, Galang Press, 2005.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...