Sabtu, 24 April 2010

Pesan Kebahagiaan

Suatu hari datang seorang kawan mengetuk pintu kamarku. Aku pikir itu tukang pos karena aku sedang menantikan kiriman surat dari kekasihku. Tetapi, dugaanku salah karena kawanku itu sudah berdiri tegak menunggu pintu dibuka. Setelah mengucap salam dan berjabat tangan aku menyuruhnya masuk ke dalam kamar.

Aku pikir ia datang tadi untuk meneruskan diskusi kemarin, tentang kenapa Herman van Rompuy-Presiden Uni Eropa yang pertama asal Jerman- menulis haiku, tentang kenapa pesawat kepresidenan Polandia masih menggunakan Antonov bukan Boeing atau Airbus yang menyebabkan mendiang Presiden Polandia, Lech Kaczynski meninggal, dan juga tentang sisa-sisa peninggalan komunisme di Republik Czech. Waktu itu, diskusi terhenti ketika sampai pada pembahasan sebuah quote “freedom is one thing, while the free market is just another term for dictatorship of the dollar”. Kami yang memang sama-sama lelah walau memakai kopi dan rokok untuk doping tetap saja kalah oleh rasa kantuk yang luar biasa.

Tanpa basa-basi, kawanku itu minta aku bercerita tentang kebahagiaan. Aku heran kenapa kali ini ia begitu ingin mendapatkan sesuatu tentang kebahagiaan. Aku memang bukan tukang cerita tetapi aku selalu senang bila ada seseorang yang memintaku melakukannya. Karena ia bukan malaikat yang sedang menyamar dan sedikit memaksa akhirnya aku ceritakan juga.

*

Tanzilal azizir rahim....

Kebahagiaan ada dimana-mana bagi mereka yang menghendakinya. Entah disadari atau tidak kebahagian selalu bersama kita dan ada dalam setiap detak jantung. Kebahagiaan selalu mengisi setiap aliran darah. Makanya, aku tidak percaya waktu seorang kawan mengirim SMS berisi penggalan ayat dari Surat Yasin diatas dan juga berpesan untuk menyebarkannya ke 10 nomor lainnya dan hebatnya lagi setelah melakukan itu akan mendapat kebahagiaan. Nonsense.

Itu bukan kali pertama aku mendapatkan pesan-pesan yang seperti itu. Dulu, waktu masih SD, seseorang pernah memberiku selembaran yang berisi petuah dan nasihat penjaga makam Nabi Muhammad SAW. Petuah dan nasihatnya itu memang ada benarnya secara syariat walaupun standar saja. Yang mengherankan adalah ketika itu, aku lihat ayahku langsung merobek-robek dan membuang begitu saja lembaran itu. Aku pikir tindakannya salah tetapi kemudian ayahku bilang kalau itu hanyalah “hoax” yang menguji keimanan.

Kalau memang kebahagiaan akan didapatkan setelah menyebarkan isi pesan tersebut kepada beberapa penerima tentu saja telah terjadi ketidakadilan di dunia yang semakin tua ini. Kebahagiaan adalah milik semua orang tanpa terkecuali bahkan koruptor sekalipun. Rasanya diskriminatif sekali kalau hanya kebahagiaan itu milik orang yang punya handphone saja.

Masalah kebahagiaan sebenarnya ada dalam pikiran masing-masing. Kebahagiaan tidak hanya terletak pada rasa senang atas suatu pencapaian. Kebahagiaan bisa ditemukan dimana saja bahkan dalam lorong gelap sekalipun. Apakah ada yang salah dengan kebahagiaan sehingga untuk memperolehnya saja kita harus bersusah-susah mengirimi kawan-kawan kita SMS satu per satu supaya kebahagiaan itu benar adanya? Aku kira tidak. Kebahagiaan ada dalam diri setiap manusia dan pikiran lah yang membuatnya benar-benar ada.

Aku memang bahagia dengan apa yang aku punyai saat ini. Aku selalu berusaha untuk selalu merasakan kebahagiaan bahkan dalam kepahitan sekalipun. Kepahitan yang rasanya mungkin lebih pahit dari Kopi Aceh atau Teh Hijau asli Tiongkok tanpa gula. Kadang terlintas dalam pikiranku bahwa hidup yang selalu berada dalam kebahagiaan pun kadang membosankan. Justru, dengan adanya kesusahan, kepahitan, kesialan, dan ketidakberuntungan itulah yang membuat kita semakin menyadari arti kebahagiaan.

Kalau memang aku ingin mendapatkan kebahagiaan tidak cukup hanya dengan menyebarkan pesan-pesan yang diklaim akan mendatangkan kebahagiaan. Perlu ada usaha lebih dengan terus berusaha. Itu terdengar lebih masuk akal dibandingkan dengan bersembunyi dibalik kedok agama apalagi sampai membawa-bawa ayat dalam Kitab Suci. Sama saja dengan para Ulama yang mengharamkan rokok padahal mereka juga merokok.

Kalau engkau sampai bertanya padaku apakah aku melakukan sesuai yang diperintahkan isi SMS itu, maka dengan senang hati aku jawab tidak. Tetapi, barangkali kalau kau sampai ingin mencobanya silakan. Itu tergantung pikiranmu. Pikiranlah yang ikut memberi makna pada kebahagiaan dan karena itu bisa jadi sangat berarti.

*

Aku tidak bisa bercerita lebih banyak karena aku takut disangka sok tahu. Tapi, lebih baik sok tahu daripada tidak tahu sama sekali. Begitu kawanku menimpali perkataanku. Kebahagiaan tidak akan pernah berhenti pada satu titik. Ia akan selalu menjelma dan menyublim dalam bentuk lain di kehidupan ini.

Rasanya, kawanku ini masih ingin tetap bersamaku. Belum ada komentar darinya tentang kebahagiaan. Sementara, aku masih berpikir bahwa kawanku ini sedang mencari kebahagiaan atau malah mencari pembenaran tentang kebahagiaan yang mungkin baru saja didapatkannya. Kalau ia masih berkenan barangkali kami berdua akan meneruskan diskusi kemarin dengan sedikit topik tambahan, tentang kenapa jersey Timnas Jerman masih bergaya konvensional dan konservatif serta hubungan sejarah Piala Dunia dengan Unifikasi Jerman. Barangkali saja.



Paninggilan, 24 April 2010, 18.17

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...