Senin, 03 Mei 2010

Fragmen Mimpi

“Mari pulang, Nak”

“Tidak, Bu. Ibu saja pulang duluan.”

“Setiap lelaki adalah pejuang dan pejuang pasti akan pulang, Nak.”

“Aku bukan tipe pejuang seperti itu, Bu.”

“Apalagi yang kau tunggu, Nak?”

“Aku tidak sedang menunggu siapa-siapa. Jadi, lebih baik Ibu pulang saja.”

“Kenapa, Nak? Katakan pada Ibu, apakah kamu sedang menunggu Deo Mi?”

“Aku masih berharap untuk dapat melihatnya lagi, Bu.”

“Percayalah Ibu, Nak. Kelak Deo Mi akan meninggalkanmu juga seperti Dal Hee.”

“Aku tahu suatu saat Deo Mi pasti akan begitu.”


“Kalau begitu, marilah pulang bersama Ibu.”

“Tidak, Bu. Tidak bisa.”

“Ayolah, Nak. Ibu paling tahu dirimu. Sudahlah, mari kita pulang.”

“Tidak, Bu. Aku masih mau disini.”

“Nak, ikutlah pulang. Ibu buatkan sayur capcay kesukaanmu ya?”

“Terima kasih, Bu. Tetapi, bukan sekarang saatnya.”

“Kenapa, Nak? Beritahu tahu Ibu.”

“Tidak perlu, Bu. Aku masih mau sendirian disini. Ibu pulang saja.”

“Tidakkah kamu ingin pulang melihat Bapak dan Adikmu?”

“Tolong, Bu. Jangan buat aku merasa bersalah.”

“Kucing kita, si Abu, sudah besar sekarang, semakin merepotkan saja. Begitu juga dengan arwananya.”

“Aku mohon, Ibu. Pulanglah. Jika aku tak kembali kelak Ibu pasti tahu dimana harus menemuiku.”

“Aku pergi sekarang. Ibu, aku mohon pulanglah, jaga Bapak dan Adik.”

“Nak,...dengarkan Ibu dulu...”


*

Aku mendengar Ibu menangis. Tetapi langkahku tetap tidak mau berhenti. Jalanku masih panjang maka aku takkan segera pulang.




Paninggilan, 3 Mei 2010, 23.49

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...