Senin, 27 September 2010

The Nightsong

Suatu malam, paman saya seperti biasa menemui kami di basecamp yang serupa rukan (alias rumah iya kantor juga iya). Kami tak bicara banyak. Kami hanya membahas kekalahan Chelsea dari timnya Juragan dari Arab, Manchester City 1-0, kekalahan kandang Arsenal atas tim promosi West Bromwich Albion, dan juga hasil seri 2-2 antara Liverpool-Sunderland (The Anfield Gang is now walking alone :(( ).

Selanjutnya, saya masih mengutak-atik model-model desain 2D bis AKAP yang baru saya unduh dari www.bismania.com untuk dijadikan papercraft, dan juga Land Rover Discovery III 2006 European Edition skala 1:100 yang akan saya modifikasi jadi mobil operasional lapangan tim kami (semoga Tuhan mengabulkan wishlist kami...!). Besok, saya berencana mencari papermodel Cherokee 1996 Limited USA (model Cherokee favorit saya) sambil berkhayal untuk dijadikan mobil operasional juga.

Tak lama saya pun segera menyudahinya karena barangkali saja datangnya beliau ini membawa suatu kabar. Sambil ngobrol perlahan lagu itu pun mengalun sunyi usai hujan reda di keheningan malam minggu. Lagu lama dari Paul Carrack yang saya download kemarin lusa, Eyes Of Blue (thank God it's 4shared!). Sambil kaget, paman saya itu pun bertanya kenapa sampai lagu itu bisa ada disini.



Entah karena saking senangnya, paman saya seperti terdiam ketika melihat lagu itu di playlist Winamp. Mungkin, itu membuatnya teringat kembali akan masa-masa galaunya dahulu. Betul saja, dia pun mulai bercerita tentang malam-malam panjang yang dilaluinya sambil mendengarkan lagu keluaran tahun yang sama dengan Toyota Corona Absolute generasi terakhir itu. Tak lupa juga beserta ungkapan-ungkapan atas segala kegelisahan hidup yang membaur dan segera menghilang bersama asap rokok yang terbawa angin.

Saya pikir, paman saya itu tidak menyukai lagu-lagu pop jadul seperti yang biasa saya dengarkan di radio. Makanya, saya agak sedikit heran dengan kejadian ini. Betapa suatu lagu mampu membuat kita bercerita tentang segala ingatan dibelakangnya. Termasuk, membuat kita jujur terhadap perasaan kita sendiri. Mungkin itulah sebabnya, lagu-lagu kenangan (a.k.a jadul alias oldies) akan terus hidup dan dikenang.

Saya sendiri menyenangi lagu itu secara kebetulan karena sering mendengarnya di nightshow sebuah radio di Bandung. Karena itu pula saya segera mendownloadnya (again, God Bless 4shared!) supaya semua ingatan tentang momen-momen yang saya rasakan di malam itu tidak hilang perlahan. Apalagi, kalau sampai teringat wajah seseorang yang pernah membuat perasaan ini jadi sedikit layu dan berbunga tiba-tiba. Saya rasa lebih baik kehilangan rasa cinta dibandingkan kehilangan momen-momen yang membuat kita bisa membuka diri dan jujur pada hati sendiri (sampai saat ini saya pun tidak yakin pernah menulis kalimat yang demikian :D ).

Saya rasa adalah manusiawi bila suatu saat kita mengalami hal yang demikian itu. Terkadang ada beberapa momen yang hadir kembali dan menyeruak dalam ingatan justru ketika mendengarkan suatu lagu dari masanya. Boleh jadi itu semacam Original Soundtrack yang bisa diasosiasikan untuk merepresentasikan bagian-bagian kecil peristiwa hidup yang kita jalani.

Sebagai penutup, quote ini saya kutip dari komentar seorang teman di album kenangan SMA: "Picture fade away, Memory is Forever".

Akhirul kalam, wallahu'alam bis shawab.


Paninggilan, 26 September 2010. 21:41

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...