Sabtu, 28 Juni 2014

Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990

Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli.



Dilan adalah sebuah kisah sederhana tentang dua orang muda yang saling mencinta. Lika-liku kisah romansa anak sekolah tahun 90-an membawa pembaca (terutama yang tinggal di Bandung) ikut merasakan kembali gelombang nostalgia.

Dilan bertemu Milea secara tidak sengaja. Walau begitu, Dilan tidak henti-hentinya membuat Milea penasaran. Berbagai macam cara yang Dilan lakukan selalu berhasil mengesankan Milea. Alhasil, Milea mencoba mencari lebih dalam siapa sosok Dilan. Milea tidak mau begitu saja percaya pada informasi yang beredar di lingkungan sekolahnya soal jatidiri Dilan.

Milea menemukan sesuatu yang menyenangkan dari Dilan dan mulai jatuh hati padanya. Milea pun memutuskan kekasihnya. Mencintai Dilan adalah sebuah labirin tersendiri bagi Milea yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Bunda, Ibunda Dilan. Kedekatan mereka berlangsung cukup akrab hingga Milea menemukan beberapa potongan puisi yang ditulis Dilan untuknya.

Mencintai seseorang memang tidak mudah. Ketika Dilan menghilang, Milea mengalami pengalaman buruk dengan Anhar, teman Dilan. Anhar menuduh Milea mempengaruhi Dilan untuk membatalkan sebuah rencana penyerangan. Sebuah tamparan yang menerpa pipi Milea kemudian membuat Dilan lepas kendali. Dilan menghajar Anhar setelak-telaknya.

Usai kejadian itu adalah sebuah happy ending. Mengapa? Saya pun bertanya, apakah cinta masih butuh sebuah pengakuan untuk diucapkan? Kalau pembaca berpikir bahwa Dilan akan jadian dengan Milea, memang benar adanya. Ibarat teks proklamasi, Dilan dan Milea resmi berpacaran dengan sebuah ikrar bermaterai. Plus, lima buah kerupuk dan bala-bala.

Catatan Singkat

Pengalaman membaca Dilan adalah satu yang berbeda dari sekian banyak novel yang telah saya baca. Biasanya, sang penulis masih merahasiakan cerita novelnya seperti apa. Kalaupun mau memberi clue, beberapa hanya sebatas 140 karakter di Twitter. Beda dengan Dilan. Novel ini bahkan sudah dapat dibaca sebelum terbit versi cetaknya.

Sejak pertama membaca Dilan via blog, saya langsung menyukai cara Pidi Baiq bercerita. Seakan Pidi Baiq membelah dirinya menjadi dua, satu jadi Milea, dan satu lagi jadi Dilan. Jalan cerita yang mengalir membuat pembacaan novel sepanjang 330 halaman ini terasa menyenangkan.

Dilan sendiri adalah tokoh rekaan yang terasa nyata. Entah apa hubungannya dengan Bob Dylan, yang jelas Dilan memberi contoh dan pelajaran bagaimana memenangkan hati seorang perempuan. Dengan cara yang tidak biasa tentunya. Kalaupun sampai Dilan ini difilmkan, saya rasa tidak akan menyaingi si Boy. Namun, Dilan akan mencuri hati siapapun yang menontonnya.
 
Judul           : Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis        : Pidi Baiq
Penerbit      : DAR! Mizan
Tahun          : 2014
Tebal          : 330 hal.
Genre         : Novel Remaja

Pharmindo, 13 Juni 2014.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...