Selasa, 02 Februari 2010

The Interview

“Bisa ceritakan awal perjalanan karir anda?”

“Saya merintis catatan karir saya dari seorang project officer di sebuah non-profit organization. Suatu pengalaman yang kelak memberikan saya pelajaran berharga untuk lebih menghargai hidup ini. Lalu, saya bergabung dalam satu organisasi internasional dalam bidang advokasi hukum dan hak azasi manusia.”

“Apakah anda pernah bertanya mengapa saya harus memilih pekerjaan itu?”

“Kadang-kadang saya melakukannya. Tapi, ada banyak hal yang kadang tidak perlu bertanya dua kali untuk melakukannya. It just came naturally.”

“Apakah anda sering menemui masalah dalam pekerjaan sebelumnya?”

“Semua orang punya masalahnya masing-masing. Entah yang berhubungan dengan pekerjaannya atau pun yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Saya juga punya masalah, namun saya harus tetap menghadapinya dan menyelesaikannya.”

“Bagaimana pendapat anda tentang masalah yang tidak dapat diselesaikan?”

“Semua ada jalan keluarnya. Lihat dan amati faktor penyebab masalah itu lalu segera tentukan solusinya. Bila belum bisa selesai juga berarti ada masalah dalam sistem.”

“Mengapa anda begitu yakin dengan hal tersebut?”

“Sebuah sistem yang berjalan baik tentu tidak akan menjadi penghalang bagi sistem pendukung lainnya maupun output dari sistem itu sendiri. Mereka bergerak sebagai satu kesatuan yang saling berkaitan”

“Anda kelihatan selalu optimistis apapun yang terjadi. Apa rahasianya?”

“Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Maka, lakukan saja yang terbaik semampunya, jaga komitmen, tetap fokus, dan selalu berdoa.”


**


“Apakah anda pernah mengalami suatu masa yang penuh kesulitan, dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, maupun secara sosial?”

“Ya, tentu saja. Saya rasa anda juga pernah mengalaminya. Semua itu tergantung pada sejauh mana kemampuan kita untuk mengatasi hal-hal tersebut. Tetap tenang itu kuncinya.”

“Bagaimana anda bisa tetap tenang di saat-saat sulit?”

“Itu adalah saat yang berat, tetapi jika kita mampu untuk tetap berpandangan positif dan yakin bahwa masa-masa sulit ini akan terlewati, maka anda akan bisa tenang sambil tetap melakukan perubahan-perubahan agar tidak menemui kesulitan seperti itu lagi.”

“Apakah anda cenderung membandingkan diri dengan kawan-kawan yang lain, untuk mengukur sejauh mana kesuksesan anda?”

“Tentunya definisi sukses itu relatif dan berbeda bagi setiap orang. Saya tidak membanding-bandingkan diri saya hanya untuk mengukur sesuatu yang ukurannya masih relatif walaupun kadang untuk beberapa hal tindakan seperti itu diperlukan. Lagipula, saya cukup puas dengan keadaan saya sekarang sehingga tidak perlu melihat orang lain lagi.”


**


“Apakah rasa optimisme anda masih dengan tahun-tahun sebelumnya?”

“Ya, tentu saja. Bila tahun 2009 kemarin kita semua dibayangi oleh resesi ekonomi global kini memasuki 2010 rasanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak optimis apalagi dengan AFTA yang sudah didepan mata. Optimisme adalah sebuah perasaan yang patut dijaga agar mampu memotivasi diri.”

“Apakah anda terkejut dengan loncatan karir anda?”

“Saya memulai karir profesional sejak masih kuliah. Itupun kadang-kadang dengan bayaran yang tidak sebanding. Namun, pengalaman telah mengajarkan saya bahwa ada jenjang-jenjang atau tingkatan yang harus dilewati untuk mencapai suatu tujuan. Saya tidak pernah terkejut dengan hal itu. Pun, ketika saya harus jadi pengangguran.”

“Apakah anda pernah punya masalah dengan partner kerja?”

“Pernah, beberapa kali. Saya pernah dicap sebagai pembangkang oleh atasan saya hanya karena saya tidak mau mengikuti perintahnya untuk sesuatu yang tidak masuk akal. Kadang perintahnya hanya menyiratkan ketidakmampuan atasan saya untuk mencari solusi atas semua permasalahan yang dia hadapi.”

“Selanjutnya, apakah semua itu berpengaruh terhadap anda dan pekerjaan anda?”

“Tentunya itu berpengaruh seputar relasional dalam profesionalitas saja. Selebihnya tidak ada pengaruh yang berarti. Saya pikir lebih baik kita saling menghargai komitmen dan tanggung jawab masing-masing.”

“What is the biggest fear for your career?”

“I’m afraid if there would be no one to trust me anymore. So, I always do my best and keep reliable to rely on.”


***


Gadis yang mengenakan blazer merah dipadu dengan celana panjang Editor Series dari The Executive itu masih menatap pada lembaran-lembaran kertas kerjanya. Catatan-catatan yang ia kumpulkan untuk menganalisa setiap jawaban yang meluncur dari mulut si calon pegawai. Lembaran itu kini bertambah banyak. Maka, bertambah pulalah tugasnya. Satu per satu ia amati kembali lembaran yang dipenuhi coretan tinta merahnya. Ada banyak yang memberi kesan bagus untuknya. Namun, ia masih bingung untuk memutuskan.

Senja kemerahan telah mengisyaratkan untuk menutup hari. Sungguh hari yang melelahkan baginya. Tapi ia tidak dapat mengeluh karena itu memang sudah jadi pekerjaannya. Bergulat dengan kiasan-kiasan manis yang kadang terdengar begitu merdu memanjakan telinganya. Beberapa terdengar klise dan terkesan normatif baginya. Kadang ia terbayang pada kekasihnya yang telah memberikan suatu kenikmatan terindah seperti senja diluar sana. Sementara mega berarak menemani matahari yang cahayanya mulai pudar, ia masih duduk disitu memeriksa kembali setiap catatannya sambil sesekali membetulkan letak kacamatanya.

Tidak ada waktu untuk menunda pekerjaannya. Ia tahu, esok hari akan lebih banyak lagi yang akan ia kerjakan. Ia pun belum merasa bosan. Secangkir espresso latte menemaninya dan telah membasahi kerongkongannya yang mulai terasa kering. Malam sudah turun menyibakkan layarnya. Ia telah tiba pada lembaran terakhirnya. Ia tuliskan sebuah catatan kecil di ujung kanan atas dengan tinta merahnya: They're all not recommended.



Cimahi, 2 Februari 2010

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...