Minggu, 21 Februari 2010

Surat untuk Sahabat

Sahabat,

Harusnya catatan ini dibuat sambil mendengarkan lagu Sahabat dari KLa Project atau You’ve Got a Friend ciptaannya Dianne Warren. Supaya ada satu perasaan saling memiliki yang mengiringi kelahiran catatan ini. Tetapi kalaupun sampai terdengar lagunya Iwan Fals yang liriknya ‘pernah kita sama-sama susah, terperangkap di dingin malam’* rasanya terlalu sentimental untuk mengenang kembali masa-masa itu. Masa-masa sama-sama susah. Masa-masa terjerumus dalam lubang jalanan.

Perlu diingat, catatan ini juga saya buat bukan karena terbayang-bayang pada bis AKDP-AKAP Sahabat yang semburat knalpotnya selalu membuat debu-debu cinta bertebaran antara Bandung - Cirebon. Tidak. Catatan ini juga bukan sekedar catatan pengisi waktu di sela-sela kesibukan dan deru jalanan ibukota. Bukan. Bukan itu sahabat.

Saya masih ingat waktu kita baru mau lulus. Kita sering berbincang tentang mimpi-mimpi malam. Tentang impian kehidupan yang kelak akan kita miliki dan sekarang memang sedang kita jalani masing-masing. Ditemani temaram lampu teras dan dua batang Dji Sam Soe bibir kita tak henti-hentinya berpacu dengan segala macam hal yang mampu dirasakan oleh jiwa dan dipikirkan oleh pikiran sehingga kita tak henti-hentinya juga saling terpekur dalam diam sunyi malam.

Kelak malam semakin meninggi dan rasa lelah itu makin menjadi. Esok masih tak pasti namun bukan pula sebuah kepastian. Begitu katamu. Rasanya setiap malam adalah malam-malam panjang dalam penantian. Entah tentang mimpi atau hidup itu sendiri. Itulah yang saya tangkap dari kerut di keningmu yang tampak selalu basah oleh keringat. Masih ingatkah engkau sahabat?

Setelah apa yang terjadi pada takdir kita masing-masing, jalan semakin terbuka untuk masa depan kita. Kau putuskan untuk menikah dan membangun keluargamu sendiri. Saya pun turut berbahagia untukmu karena engkau berhasil menambatkan jangkar cinta dan hidupmu pada perempuan itu. Hingga lama jarak membentang antara kita. Ruang dan waktu pun jadi sekat dalam dunia kita yang semakin tua ini. Lama tak kudengar kabar darimu. Sudah sering aku kirimkan pesan lewat SMS namun semua tanpa jawaban. Kadang saya tulis hal-hal yang selalu kita tertawakan di wall facebookmu. Tapi, hasilnya nihil. Masih tanpa jawaban. Apa yang sedang terjadi padamu sahabat?

Saya harap engkau tidak membalas setiap SMS itu hanya karena sekarang lebih sering bermain dengan trackball Blackberry untuk sekedar mengintip dan mengupdate status facebook. Saya tentunya bersyukur bila melihat statusmu yang terbaru dan paling up to date. Rasanya jarak, ruang, dan waktu tidak lagi jadi hambatan untuk kita.

Kabar yang sampai pada saya di akhir bulan itu sedikit membuat saya heran. Saya tahu anda adalah seorang petualang jadi rasanya aneh kalau saya merasa sedikit heran tentang pilihanmu. Kau telah putuskan untuk turun dalam bidang politik. Tentunya bukan sebagai praktisi politikus dadakan namun sebagai murid. Kau lanjutkan studimu di bidang politik. Sebuah bidang yang saya tahu benar bukan hal yang baru buatmu. Politik adalah makananmu sehari-hari. Mulai dari caramu mendekati perempuan itu hingga meyakinkan ayah dan ibu perempuan itu yang kini jadi mertuamu.

Tak ada yang aneh memang. Tadinya aku pikir kau sedang mencoba jadi seorang politikus seperti Eep Saifullah Fatah atau Yudi Latief yang opininya laku dibeli oleh media. Tentunya kau punya alasan sendiri mengapa politik telah jadi jalan hidupmu yang sekarang. Saya tidak tahu apakah kau memang berniat juga untuk ikutan maju di Pilkada. Tapi yang saya tahu kau tidak pernah mau jadi aktor politik tapi malah memilih jadi sutradaranya. Dengan negosiasi dan lobi-lobi yang sudah jadi remeh temeh bagimu tentu akan lebih mudah bagimu untuk tidak jadi pihak yang punya kepentingan. Kepentingan itu hanya milik mereka yang menginginkan kekuasaan dan kau sendiri tahu dan sadar benar bahwa kau tidak pernah ingin berkuasa-kecuali untuk istrimu sendiri. Saya tahu itu karena begitulah sifatmu.

*

Apa yang terjadi dengan alam politik bangsa ini? Apakah ada hubungan antara korupsi, politik, dan kekuasaan? Apakah ada hubungan antara Kasus BLBI, Bail-out Century dengan Pemilu kita yang kemarin? Kenapa Golkar ingin menarik diri dari koalisi padahal kita sama-sama tahu Golkar itu partainya pemerintah. Dari zaman anda sekolah dulu pun memang sudah begitu. Golkar adalah partai pemerintah yang selalu berada dalam lingkungan kekuasaan. Sehingga sulit sekali membayangkan langkahnya untuk mundur dari koalisi kekuasaan negeri ini. Menurut anda, apakah ini sebuah manuver politik belaka agar sesama partai koalisi yang punya pandangan sama dengan Golkar di Pansus Century untuk lebih kritis sekalipun berhadapan dengan partainya penguasa yang jadi induk koalisi dengan resiko dikeluarkan dari koalisi? Akankah keseimbangan iklim politik koalisi VS oposisi terganggu seandainya Golkar memutuskan untuk benar-benar keluar dari koalisi?

Lalu, apa tanggapanmu tentang kejatuhan Kabinet Belanda untuk keempat kalinya dibawah pimpinan Jan Belekenende, apakah ada hubungannya dengan isu-isu seputar demokrasi parlementer di Indonesia medio 1950-an? Apakah perilaku politik parlemen Belanda juga berlaku di Indonesia mengingat latar belakang sejarah kedua Negara? Barangkali anda lupa, kita Indonesia ini pernah mengalami peristiwa saling menjatuhkan parlemen. Dari zamannya Sjahrir bangsa kita sudah mengenal yang demikian, pun ketika Soekarno ingin membubarkan parlemen yang kemudian ditiru Gus Dur pada masa kekuasaannya.

Nah, yang perlu anda analisis adalah apakah bangsa kita juga belajar hal pemakzulan kabinet dari Belanda sebagai imbas penjajahan yang konon lamanya 3,5 abad? Apakah kita akan kembali pada demokrasi parlementer mengingat kelakuan beberapa anggota DPR yang merasa dirinya pahlawan dengan membentuk pansus, yang semakin menegaskan posisi dan power-legitimate Parlemen dalam konstelasi perpolitikan di jagad negeri ini?

Bagaimana dengan isu kedatangan Obama ke Indonesia bulan depan? Awalnya, saya pikir Obama sengaja datang ke Indonesia di bulan Maret untuk bersama-sama dengan saya merayakan 2 tahun hari kelulusan saya. Ternyata saya salah. Bukan itu agendanya. Menurut sumber CIA yang enggan disebut namanya, beliau ke Indonesia untuk beberapa alasan dan yang paling menonjol adalah alasan sentimental. Obama ingin bernostalgia dengan masa 4 tahunnya di Indonesia sekalian pelesir ke Yogyakarta untuk melepaskan penat sejenak dari urusan-urusan negaranya. Mungkin dengan belajar membatik di pusat kerajinan batik, belanja souvenir perak di Kotagede, dan menikmati malam sambil lesehan makan gudeg dan tempe penyet di Malioboro akan jadi obat yang ampuh untuk kebosanannya memimpin Negara superpower.

Menurut pendapat anda, apakah kedatangan Obama akan membawa perubahan yang signifikan bagi tatanan hidup masyarakat kita? Bila anda simak kembali janji kampanyenya, Obama ingin mempererat kembali hubungan USA dengan dunia islam yang ternoda akibat Perang Irak 2003, dan kita sadar bahwa Negara kita ini katanya yang jumlah umat islamnya paling banyak di dunia, sehingga memungkinkan adanya korelasi isu antara hubungan diplomatik dengan dunia islam. Mungkinkah itu terjadi? Apakah fundamentalisme dan radikalisme yang mengatasnamakan islam di berbagai belahan dunia akan jadi batu sandungan? Apakah peran OKI (Organisasi Konferensi Islam) akan berpengaruh dalam menjembatani isu-isu seputar hubungan islam dengan dunia barat?

Apakah mungkin Obama meminta Bambang Hendarso Danuri, yang mantan atasannya Susno Duadji itu untuk memberikan pelatihan cara menangkap teroris, karena seperti kita tahu dari jamannya George Bush (bukan George W. Bush), AS kesulitan untuk menangkap biang kerok terorisme dunia yang ditujukan pada Osama bin Laden? Atau juga Obama hanya ingin mengucapkan rasa terima kasihnya atas patungnya yang sempat ditempatkan di Taman Menteng, satu tempat yang saya rasa lebih layak untuk patung tokoh pahlawan sekelas Panglima Besar Soedirman. Satu lagi, apakah kedatangan Obama ini juga membawa misi perdagangan guna mempererat hubungan dagang RI-AS, mengingat Rini Suwandi (mantan Menperindag, menjabat zaman Mega) sudah terlebih dahulu menandatangani nota perjanjian China-ASEAN Free Trade Area pada 2003 dan AS berupaya agar tidak kehilangan potential marketnya?

Ingin sekali saya ajukan pertanyaan-pertanyaan itu dan meminta anda untuk menganalisisnya. Analisis yang menggunakan metode kualitatif-metode favorit anda, sehingga dapat ditemukan hubungan yang signifikan dari segi triangulasi fakta dan data bukan dengan angka-angka keparat statistik. Sebagai calon master yang menguasai bidang politik tentu anda harus mampu membuat pandangan dan teori sendiri untuk memahami, memecahkan, dan memberi solusi yang cerdas untuk kehidupan politik berbangsa dan bernegara. Tapi, sebelum anda melangkah kesana saya hanya minta anda menjawab pertanyaan saya lengkap dengan penjelasannya dibayar tunai.

Ada beberapa pertanyaan lainnya yang ingin saya ajukan. Mungkin saya tulis lagi di wall facebookmu atau sekedar jadi twit di twitter. Namun kekhawatiran saya masih sama seperti yang sudah saya tulis tadi, tidak ada jawaban. Kenapa, Bung? Apakah anda sudah tidak punya lagi daya analisis ilmiah lantaran kesibukanmu dengan proyek-proyek itu? Apakah anda sudah lelah untuk berpikir hal yang demikian dengan alasan terlalu sibuk?

Rasanya, saya yakin anda mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Anggaplah saya ini hanya seorang anak kecil yang sedang bertanya pada bapaknya. Jadi, sebagai bapak yang bertanggung jawab tentu anda akan menjawab dengan jawaban dengan analisis yang tajam dan mendalam serta tidak penuh asumsi-asumsi politik yang biasanya (selalu) menyesatkan.

Barangkali, anda bisa menuliskan pandangan anda tentang hal yang demikian ini, mungkin pada satu kolom kecil di satu harian terkenal ibukota, supaya kawan-kawan kita yang lain dan masyarakat tahu bahwa anda memang tidak sia-sia menjalani pilihan anda. Mungkin kami tidak akan heran lagi bila nanti anda diundang jadi analis untuk isu-isu politik yang sedang berkembang oleh stasiun televisi yang selalu bangga dengan predikatnya sebagai yang nomor satu. Dan yang paling penting, biarkan semua orang tahu bahwa anda memiliki kontribusi dan dedikasi pada bidang politik yang kadang-kadang menggelitik.



Salam dari Ciledug,

Ciledug, 19 Februari 2010


*dari lagu Iwan Fals, “Belum Ada Judul”



Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...