Kamis, 17 Juni 2010

Komentator Dadakan #2: Mencipta Sejarah

Banyak sejarah telah tercipta memasuki akhir stage 1 Piala Dunia 2010 ini. Mulai dari gol pertama Slovakia dan Selandia Baru di Piala Dunia, kemenangan pertama Chile sejak 48 tahun lalu ketika menang atas Yugoslavia untuk menempati posisi ketiga di Piala Dunia 1962 yang juga digelar di rumah mereka sendiri hingga keberhasilan Swiss mematahkan rekor kemenangan 18 kali Spanyol.



Kesemuanya itu tentu saja membuat perbedaan dalam Piala Dunia. Sejarah yang tercipta itu juga lumayan untuk menutupi kebosanan akibat minimnya jumlah gol yang tercipta. Kemenangan Slovakia yang sudah didepan mata akhirnya lenyap ketika Reid menyamakan kedudukan untuk Selandia Baru. Walaupun cukup dengan berbagi angka, Slovakia dan Selandia Baru sama-sama telah mencatat sejarah masing-masing sebagai noktah merah keikutsertaan mereka di Piala Dunia.

Pemain Chile merayakan gol kemenangan

Chile, yang terakhir kali menang di Piala Dunia 1962 berhasil kembali meraih kemenangan yang sempat hilang selama 48 tahun. Pada penampilan perdananya sejak terakhir tampil di Piala Dunia 1982, Jean Beausejour akan menjadi pemain yang selalu dikenang setelah mencetak satu-satunya gol ke gawang Honduras. Barangkali, ia juga akan disejajarkan dengan Legenda Chile, duet penyerang Za-Sa, Ivan Zamorano dan Marcelo Salas.


Swiss adalah tim yang benar-benar menikmati malam kemenangan di Durban. Gol tunggal Gelson Fernandes membuat Swiss unggul atas Spanyol yang lebih diunggulkan dalam turnamen kali ini. Selain penampilan cemerlang kiper mereka, Diego Bonaglio, mereka juga patut berterimakasih pada pelatih mereka Ottmar Hitzfeld. Hitzfeld berhasil menerapkan taktik permainan disiplin untuk menutupi pergerakan cepat dan passing pendek Spanyol yang dimotori duet el Xaviniesta.


Bersama Hitzfeld, turut bersorak juga pendukung Swiss yang kali ini patut meminjam nyanyian fans Denmark, “We are red, We are white, We are Suisse dynamites!”. Melawan Spanyol yang jelas-jelas merupakan unggulan utama, Hitzfeld tidak terlihat gentar sedikitpun walau David Villa dan Torres masih meneror barisan belakang mereka.

Gelson Fernandes, man of the match yang merayakan golnya ke gawang Casillas.

Situasi seperti itu bukan pertama kalinya untuk Hitzfeld. Pada final Piala Champions Eropa 1997 yang berlangsung di Olympiastadion, Munich, strategi Hitzfeld berhasil menundukkan Juventus untuk membawa Piala Champions ke Westfallen, kandang VfB Dortmund. Berbekal pengalaman tersebut, Hitzfeld menunjukkan kematangannya sebagai pelatih yang berhasil menerapkan disiplin tinggi khas Jerman pada anak asuhnya di timnas Swiss sehingga Spanyol, sang favorit juara pun kandas di tangan mereka.


Melihat jadwal pertandingan selanjutnya, atas petunjuk seorang kawan, Argentina akan menghadapi Korea Selatan, wakil Asia yang terkenal karena kegigihan dan keuletannya. Akankah tercipta sejarah baru dimana Korea Selatan akan mengandaskan Argentina dan menenggelamkan superioritas Messi bersamanya? Menarik untuk ditunggu karena kedua tim tentu akan tampil menyerang untuk memastikan siapa yang akan lolos duluan ke babak selanjutnya.



Paninggilan, 17 Juni 2010. 00.16

*dibuat setelah menyaksikan kekalahan Spanyol atas Swiss, 1-0 dan menjelang pertandingan Argentina VS Korea Selatan
*gambar diambil dari FIFA.com

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...