Selasa, 04 Oktober 2011

Playlist Cinta

Barangkali aku sedang jenuh, maka akan kucoba untuk menulis surat pada Aninda. Sudah lama, aku tidak mengirim kabar padanya. Entah, seperti apa rupanya saat ini aku tidak tahu. Apakah dia akan membaca suratku? Aku juga tidak pernah tahu.

*

Dear Aninda,

Sudah lama rasanya aku tidak menjumpaimu lewat tulisan. Ya, tulisan yang hanya sekedar tulisan pelipur lara saat jauh darimu. Ah, aku jadi malu. Aku tidak pernah setidakpercayadiri seperti ini untuk menulis sepatah-duapatah kata untukmu. Aku malu kalau ingat bahwa inilah tulisan pertama sejak engkau memutuskan untuk tidak hidup bersamaku di kota yang memang telah penuh sesak dengan manusia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana engkau bisa menjalani ritme kehidupan di kota ini yang memang terlanjur serba cepat. Bahkan hampir meninggalkanku dengan segala dinamika artifisial. Aku tetap hormati keputusanmu karena ibaratnya jarak, waktu, dan ruang hanyalah relativitas ilusi belaka. Engkau tentu masih ingat pelajaran Ibu Guru kan?

Apalagi yang harus aku ceritakan? Tentang hidup? Tentu kau sudah bosan mendengar cerita kehidupan. Kau tentu tahu aku sendiri masih tidak yakin bahwa yang kujalani sekarang ini adalah sesuatu yang dinamakan hidup. Terserah mereka mau re-shuffle kabinet, menggembosi KPK, atau mau bubarkan DPR sekalian, aku tidak peduli. Aku hanya tidak ingin semua itu menambah beban hidup kita yang memang semakin hari semakin bertambah. Sayangnya, malah tidak jadi lebih baik.
 
Anindaku sayang,

Bagaimana keadaanmu disana? Sudah tentu masih kau rasakan wangi tanah sisa hujan semalam. Musim penghujan mulai tiba, nyaris tanpa pesan. Apakah masih dia bawakan kenangan kita yang telah lama hilang? Barangkali, aku perlu tanya sendiri nanti kalau aku pulang ke kotamu. Aku selalu ingat betapa hujan selalu membawa lagu-lagu itu. Seakan jadi penanda atas jalinan hati kita. Mengalun pelan, membelai rambutmu, menapaki seluruh buluh rinduku.

Aninda, engkau tentu masih meneruskan kebiasaanmu mendengarkan radio kan? Engkau tentu masih setia untuk menunggu penyiar pujaan mulai mengudara dengan lembut suaranya. Engkau pun tentu masih setia menunggu barangkali saja aku mengirim salam lewat sebuah lagu padamu. Baru saja kubuat sebuah playlist berisi 10 lagu tentang kita. Sepuluh lagu yang selalu jadi penanda masa yang telah kita lewati bersama. Sepuluh lagu yang kususun dengan detak jantungmu yang menyatu dalam aliran darahku. Sepuluh lagu tentang kisah problematika dua manusia yang terentang jarak, ruang, dan waktu. Niscaya, engkau memintaku untuk bercerita kembali tentang kisah kita dalam lagu-lagu itu, aku tentu selalu sanggup memenuhinya. Tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali memori. Memori dalam melodi.

 

Aninda tercinta,

Semuanya terjadi begitu saja. Tiba-tiba setelah daftar lagu itu selesai, aku merasa harus menulis sesuatu padamu. Pernahkah kau merasa rindu datang tiba-tiba? Saat lagu itu mengalun pelan. 

Back to you... I'm coming back to you *

Begitulah kira-kira Aninda. Aku akan selalu kembali padamu. Menempuh jarak rindu yang hanya sehempas sinar matahari senja. Menelusuri lubang waktu menuju keabadian kasihmu. Menambat harap pada ruang hatimu. Senja sudah lama berlalu. Malam masih terlalu pagi, masihkah kutemui bayangmu?

Peluk dan cium hangat,


Faithfully yours



Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 4 Oktober 2011.


* dari lirik lagu "Back to You" dinyanyikan oleh Bobby Caldwell.




Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...