Selasa, 05 November 2013

Pasar Seni Jakarta 2013

Jakarta punya Pasar Seni! Kehadiran sebuah pasar seni di Jakarta sudah berlangsung lama. Baik di Ancol maupun Senen. Jakarta tetap menjadi bagian penting dari perjalanan seni di Indonesia. 
 

Penyelenggaraan Pasar Seni Jakarta secara khusus diniatkan agar seni dan budaya dapat semakin diapresiasi oleh masyarakat secara lebih luas. Pasar Seni Jakarta merupakan wadah kegiatan seni dan budaya yang mempertemukan seniman dari berbagai unsur seni (seni rupa, seni musik, seni pertunjukan) yang ada di Jakarta untuk berekspresi dan berinteraksi dengan warga kota.

Jakarta adalah perwujudan ‘little Indonesia’. Jakarta bergerak dan berkembang dengan segala unsur kebudayaan yang hadir dari aneka suku bangsa. Jakarta yang kesehariannya diliputi dengan segala problematika metropolitan seperti kemacetan, kejahatan, dan renggangnya ikatan sosial, dituntut untuk dapat menemukan kembali inspirasi untuk menjadi kota yang layak huni bagi warganya. Kreasi seni dan budaya semacam ini diharapkan mampu mewujudkan harapan khalayak atas Jakarta yang lebih manusiawi.

Senin (4 November), usai mengunjungi Indonesia Book Fair 2013 di Istora Senayan, saya menyempatkan diri mampir ke Pasar Seni Jakarta yang berlokasi tidak jauh dari Istora. Pasar Seni semacam ini mengingatkan saya pada kegiatan rutin yang dilangsungkan di Bandung, bertajuk Pasar Seni ITB.

Pasar Seni Jakarta menghadirkan komunitas-komunitas penggiat seni yang berkumpul dalam beberapa stand. Aneka instalasi pun turut menghiasi arena. Pasar Seni Jakarta turut menghadirkan karya-karya dari para seniman nusantara. Beberapa nama diantaranya sudah saya kenal. Sebut saja AD Pirous, Sunaryo, Biranul Anas, Tisna Sanjaya, Isa Perkasa, Titarubi, Agus Suwage, RE Hartanto, Eko Nugroho, Willy Himawan, dan masih banyak lagi. Untuk lengkapnya sila kunjungi laman www.pasarsenijakarta.com.

Percakapan Menyilang/Crossing Conversations


Dalam arena pasar seni yang dibagi ke dalam 4 zona; Angin, Api, Tanah, dan Air ini, saya mengkhususkan untuk mengunjungi satu ruang pamer dengan pameran bertajuk ‘Percakapan Menyilang/Crossing Conversations’. Pameran ini dikuratori oleh Aminuddin TH Siregar yang lebih dulu saya kenal sebagai Dosen di FSRD ITB.

‘Percakapan Menyilang’ adalah sebuah program pameran sehari yang menyisip di hiruk pikuk Pasar Seni Jakarta 2013. Program ini terdiri dari pameran seni rupa, seni performa, pemutaran video dan suatu aksi artistik yang mempertemukan seniman lintas generasi secara berpasangan dengan mempertimbangkan interrelasi antar tema, medium, elemen-elemen seni, dan sejumlah kemungkinan lain yang bisa timbul. Melalui hubungan bersilang tersebut baik dari segi karya maupun seniman, program ini diharapkan bisa merentangkan sebuah percakapan imajinatif yang kaya dan dinamis.


Dengan menawarkan keragaman aktivitas, program ini direncanakan mampu memikat khalayak akan cakrawala seni rupa Indonesia yang lebih luas. Harapan lebih jauh adalah pengertian khlayak akan seni rupa lebih mewujud. Perlintasan generasi seniman serta jukstaposisi kekaryaan mereka juga turut membangun makna tentang hubungan-hubungan yang bernilai sejarah. Dari situ tampak bahwa cara kita mengerjakan seni, menuliskan, dan membicarakannya telah berubah.

Satu yang menjadi perhatian saya dalam pameran ini adalah lukisan bertajuk ‘The Hegemony Life’ dari Indieguerillas. Lukisan ini mengambil imaji dari lukisan Raden Saleh yang terkenal itu yaitu ‘Penangkapan Diponegoro’. Indieguerillas berhasil memadukan unsur seni rupa kontemporer dan sejarah dengan melukiskannya kembali dalam bentuk yang berbeda. Indieguerillas merubah lukisan itu dengan “meminjam” gaya khas komik populer ‘Tin Tin’. 



Proses apropriasi ini sangat menarik sebab Raden Saleh sendiri menyadurnya dari lukisan berjudul ‘Penyerahan Diponegoro’ yang dilukis oleh pelukis Belanda, Pieneman. Indieguerillas mengkonversi imaji heroik dari lukisan aslinya ke dalam bentuk lukisan yang lebih santai dengan unsur humor didalamnya.

Epilog

Saya menangkap kesan yang menyenangkan dari pengalaman pertama mengunjungi Pasar Seni Jakarta tahun ini. Hujan tidak turun sehingga pengunjung bisa lebih leluasa menikmati sajian pasar seni kali ini. Saya berharap kegiatan semacam ini akan menjadi program rutin tahunan. Saya yakin, imaji atas Jakarta yang lebih baik mampu diwujudkan melalui apresiasi seni dan budaya. Semoga.

Paninggilan, 5 November 2013.

Bacaan: Katalog Pameran Percakapan Menyilang Pasar Seni Jakarta 2013

3 komentar:

Titis Ayuningsih mengatakan...

Pasar seni ini sebenarnya bagus, kalau menurut saya : kurang promosi aja nih, coba kalau sering dipromosi-in pasti semakin banyak pengunjungnya ^^

sablon cup mengatakan...

mantap, maju terus pasar seni..

www.kiostiket.com

Unknown mengatakan...

salam.
apakah punya foto atau artikel tentang pertunjukan seni yang di perahu?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...